chapter thirty six

453 19 0
                                    

Suara deru motor yang cukup kencang dari arah sana mengalihkan semuanya. Motor besar tersebut berhenti mulus di samping banyaknya motor yang sudah berjajar rapi.

Pria tersebut melangkah menuju meja makan yang tersedia sengaja berada di luar, disana terdapat teman-temannya yang sudah menunggu.

"Dari mana aja lo bangke?"tanya Rakan kepada seorang pria yang baru datang tadi.

Gavin menyengir menampilkan sederet gigi putihnya. "Biasa."

"Si anjay, ngurus cabe mulu kerjaannya."celetuk Erlando.

Gavin tidak mempedulikan perkataan Erlando, dia menduduki kursi di samping Rakan lalu menyeruput minuman kopi yang ada di meja.

Di sini jika malam hari lebih ramai dua kali lipatnya seperti hari biasa. Apalagi jika malam minggu, Cafe ini hampir 24 jam tidak pernah sepi.

"Lo berdua kenapa sih minta ketemuan segala di Cafe Bang Tio? Tiap hari maennya kesini juga."tanya Gavin penasaran.

"Kita berdua mau nginep di rumah lo."jawab Rakan seadanya.

"Gue kira ada apaan, sampe Lando maksa gue buat cepet-cepet kesini."

"Lo nyesel ketemuan sama kita?"tanya Rakan menaikan sebelah alisnya.

"Nggak gitu, gue terpaksa cancel jalan sama doi karna mau kesini."

"Gitu ya lo Vin, lebih berharga sama pacar ketimbang sahabat. Temen macam apa lo? Pacar diprioritasin, putus baru tau rasa lo."celoteh Erlando.

"Terserah lo aja Ndo."

Rakan kembali memilih memangku gitar yang sejak tadi hanya menganggur. Sebuah petikan mengalun dengan nada rendah, tapi membuat siapa saja yang mendengar seolah tertarik untuk ikut menganggukkan kepala.

Melihat sahabatnya yang keasikan memainkan gitar, Gavin menyerngit. Terkejut saat melihat Rakan dapat bermain gitar dengan lincah.

"Bukannya udah lama banget ya lo nggak main gitar? Masih jago?"

Rakan tersenyum miring. "Gue kan Raja."

"Heran. Sekarang lo kok suka main gitar sih Kan? Sampe mau aja bawa gitar dari rumah segala."ucap Erlando.

Memang akhir-akhir ini Rakan lebih suka bermain gitar disaat waktu luang, terkadang jika di rumah ia akan bermain beberapa alat musik yang sudah sejak lama tidak dipakai.

Padahal Rakan adalah tipe orang yang malas untuk melakukan hal apapun. Makanya jika sedang gabut ia memilih untuk tidur ataupun mendengarkan lagu saja.

"Keahlian yang harus di kembangkan. Kalo iri bilang aja, mau gue ajarin?"jawab Rakan.

"Yee, Abangnya sombong amat."cibir Erlando.

"Wajar Rakan sombong, dia punya banyak keahlian."jawab Gavin.

"Asal lo tau, Rakan belajar juga dari gue pastinya."sambungnya terkekeh.

"Gue juga punya keahlian."ucap Erlando tak mau kalah.

"Halah palingan juga lo ahli dalam bidang menggali lubang hidung untuk mencari kerak yang sudah menghitam."balas Gavin, diikuti tawa ngakak dari Gavin dan Rakan.

"Gue aja bingung kenapa jadi suka main gitar."batin Rakan.

***

"Jangan lupa di makan Rakan."ucap Erlando dan Gavin bersamaan. Sukses membuat mereka berdua tertawa terbahak-bahak merasa konyol terhadap tingkahnya.

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang