chapter thirty four

429 17 0
                                    

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok pria yang rambut tebalnya basah khas orang baru mandi. Rakan melangkahkan kedua kakinya ke lantai bawah, menuruni beberapa anak tangga.

Niatnya yang akan sarapan tapi ia urungkan, sepertinya lebih enak makan di luar saja. Pikirnya.

Di sana nampak Aldrick tengah menonton Televisi di atas sofa sambil memakan camilan. Dihampirinya adiknya tersebut.

"Daddy mana?"tanya Rakan kepada Aldrick.

"Keluar. Mau ketemu sama temannya."jawab Al tanpa menoleh.

"Lo mau ikut gue nggak?"

Aldrick menoleh menatap Rakan. "Kemana?"

"Makan."

Sempat berpikir sejenak menimbang ajakan Rakan yang mendadak. "Gak ah, gue lagi mager."

"Terus gue sama siapa?"

"Lah kok tanya gue sih? Makanya punya pacar biar bisa diajak jalan bareng."jawab Aldrick.

"Nyesel tadi ngajak lo."ucap Rakan berlalu meninggalkan Aldrick yang masih terkikik geli.

Rakan menaiki motor sport miliknya, ia hanya memakai kaos putih oblong serta celana jeans selutut. Simple.
Cuaca hari ini belum panas karena masih menunjukan pukul sepuluh pagi.

Dia terpaksa untuk keluar sendirian tanpa minta ditemani oleh Aldrick, sebenarnya bisa saja Rakan meminta sahabatnya untuk ikut. Tapi setelah dipikir kembali lebih baik sendiri saja. Toh, Rakan sudah terbiasa sendirian.

Iya sendirian, sendirian memperjuangkan dia yang tak kunjung peka.😂

Mesin motor telah mati, Rakan turun dari motor besar tersebut yang sudah terparkir aman.

Disinilah Rakan, sebuah cafe ala remaja yang biasa dijadikan tongkrongannya bersama teman-teman.

Rakan menuju tempat duduk yang masih kosong, disini cukup ramai karna hari ini hari minggu. Seseorang datang menghampiri meja Rakan, orang tersebut tersenyum sumringah saat bertemu dengannya.

"Sendirian aja Rak, yang lain kemana?"tanya seorang pria tampan yang masih muda.

"Pada sibuk bang."jawab Rakan sekenanya.

Dia hanya mengangguk paham. "Kaya biasa nih?"

"Iya."

Setelah itu pria tadi pergi meninggalkan meja Rakan. Segera menyiapkan pesanan.

Pria yang tadi menghampiri meja Rakan adalah pemilik cafe ini, namanya Tio. Masih terbilang muda, karena yang umurnya masih 20-an. Rakan bisa mengenal Tio karna dirinya dan teman-teman sering mengunjungi tempat favoritnya ini. Dan disitulah mereka dapat mengenal satu sama lain dan sudah terbilang akrab, apalagi umur mereka yang tak jauh beda membuat pertemanan tidak merasa canggung.

Sambil menunggu makanannya datang Rakan memainkan ponselnya yang tadi menganggur. Rasa lapar terus menyerang, dan hari sudah mulai siang.

"Hai cogan."sapa seseorang.

Rakan yang merasa dirinya sedang diperhatikan mendongak, menatap dingin seseorang yang tadi menyapanya.

Tanpa persetujuan dari Rakan, orang tersebut mengambil duduk di depan Rakan. Senyum manis kembali terbit di bibir kecilnya, tak lepas dari pandangannya menatap wajah tampan Rakan.

"Lo sendirian?"tanya Geby memastikan.

Menoleh ke kanan ke kiri melihat siapa yang sedang bersama Rakan, tapi Geby tidak menemukan seseorang yang bersamanya. Dan itu artinya Rakan memang sendiri disini.

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang