MaBa

20.7K 720 37
                                    

Ribuan manusia memadati area parkir balairung tempat dibukanya OSPEK universitas. Khas mahasiswa baru pada umumnya, memakai pakaian serba putih dan tampak terlihat lusuh setelah selama berjam jam mendapatkan pengarahan mengenai kegiatan perkuliahan di kampus.

Seorang gadis terlihat tidak sabar mengecek jam tangannya berkali-kali. Di lengannya tersampir jas almamater kampus. Wajahnya terlihat lelah namun tidak melunturkan sedikitpun kecantikan dari wakil ketua panitia OSPEK Universitas, Shani Indira Natio.
Gadis yang sekarang memasuki semester 5 di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi.

Berkali kali dia melemparkan senyum kecil kepada panitia-panitia yang melewatinya hanya untuk menyembunyikan kekesalannya karena menunggu terlalu lama. Dia paling tidak suka menunggu.
Harusnya bocah itu sudah tau.

Yayang
Sayang, dimana? Share loc aku ga liat kamu :(

Sebuah pesan dari seseorang yang selalu menguji kesabaran Shani. Bocah alay, yang bahkan mengubah sendiri nama kontaknya di hape Shani. Ingatkan shani untuk merubahnya kembali, karena itu gak shani banget.

Segera Shani memencet nomor dial untuk menghubungi bocah gendut itu.

"Halo"

"Aku di bawah pohon, cepet kesini."

"Pohon yang mana?"

"Yaampun, kamu aku jelasin sedetail itu ga baca?! Kan udah ku chat tadi."

"Hehe iya, sayangnya aku kok marah marah terus sih dari tadi. Ntar diliat maba lain pada ilfeel lo, panitia favorit mereka ternyata galak banget."

"Bodo amat. Cepet kesini."

"Iya Sayanggg"

bersamaan dengan jawaban yang terdengar di telpon, terdengar juga dari arah belakang Shani. Segera dia membalikkan badan dan disana, berdiri orang yang selalu menguji kesabarannya. Dengan senyum jail yang sangat menyebalkan di mata Shani.

Orang yang membuatnya rela menerima jabatan sebagai wakil ketua untuk kegiatan ospek kali ini karena dia menjadi salah satu pesertanya, orang yang selama setahun ini membuat penyakit darah tinggi Shani muncul karena tingkah childishnya. Namun orang ini juga yang selalu memberinya kebahagiaan dan perasaan lega ketika melihat senyumnya. Katakanlah shani bucin, karena memang belum pernah dia merasakan perasaan sebesar ini kepada seorang lelaki. Lelaki yang walau terlihat capek masih memamerkan senyuman manisnya pada Shani, dengan pakaian serba putih dan papan nama yang tergantung di dada membuat shani secara refleks menghapus sisa keringat di dahi laki-laki ini. Layaknya bumi yang berevolusi pada matahari, begitupun Shani yang tidak memperdulikan apapun lagi saat sudah bersama dengan brondong alay kesayangannya.

Gracio Harlan.

Dengan dibukanya ospek mahasiswa baru di universitas mereka, dimulailah perjalanan cinta mereka di masa kuliah. Gracio bukan lagi anak SMA, dan Shani tidak perlu lagi merasa pedofil karena berpacaran dengan anak sekolahan.

***

Yuhuu, akhirnya nulis Greshan juga 😂
Setelah resmi pindah oshi ke Gre, jadi ini didedikasikan buat Gre dan Shani, yang akhir akhir ini entah kenapa jadi berasa punya magnet buat narik dan liatin mereka terus.
Gatau bakal lanjut terus apa ga sih,

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang