EP1: the act of love

9.9K 379 393
                                    

Udah saya ga baca ulang, cuma kalian jangan baca di tempat ramai. Jangan baca pas lagi kerja. Udah itu aja

30 kilometer ke arah barat daya Sydney, di sebuah ruang makan kecil yang disediakan oleh Celebrant ini, keluarga Shani, keluarga Gracio, juga Shania menghabiskan makanan penutup mereka. Sebuah pavlova dengan buah kiwi, strawberry dan blueberry bertabur diatasnya, memberikan kesegaran di tengah teriknya matahari. Tampilannya seperti fruit tart, namun lebih lembut.

Gracio sudah melepaskan jas dan melonggarkan dasi yang mengikat lehernya dengan erat. Di Sebelahnya, duduk Shani Indira Harlan, kekasih yang akhirnya menjadi istrinya. Shani terlihat sedang asik berbincang dengan Shania, suatu kebahagiaan tersendiri bagi Shani dan Gracio bahwa Shania dan Mario meluangkan waktunya untuk menghadiri pernikahannya.

"Balik yuk, kita mesti siap-siap buat packing"

Semua satu suara mengikuti Keenan untuk bangkit dan menuju uber yang telah mereka sewa selama 6 jam. Shani masih asik bercerita dengan Shania, tiba-tiba bahu Gracio dirangkul oleh Keenan. Lelaki itu menarik Gracio untuk berjalan paling belakang, bersama dengan Mario dan Dyo.

"Lo kalo Shani capek jangan dipaksa ya! Awas aja" Dyo yang sudah menanggalkan jas dan dasinya bicara dari arah kiri Gracio.

"Iya lo harus pengertian dia disini kuliah sambil kerja juga, sambil ngurusin bocah kaya lo, jangan egois mau dilayani terus. Awas ya, nih" Keenan menunjukkan kepalan tangannya. Sementara Mario hanya tertawa melihat sahabatnya diintimidasi oleh Koko koko Shani yang sangat posesif itu.

Gracio hanya mengangguk polos. Dia juga tak tega kalo Shani harus kecapean.

"Gre? Kenapa itu?"
Shani yang sudah berdiri di depan mobil memandang heran Koko Koko nya yang mengerubungi Gracio. Langsung setelah itu kedua kakak Shani melepaskan rangkulannya dan hanya cengengesan, membuat Shani semakin curiga akan tingkah mereka.

"Ga apa-apa kok Dek. Cuma ngasi nasihat sama Cio, Ya ga Yo?"

"Awas ya kalian aneh-aneh lagi." Shani menggandeng tangan Gracio untuk masuk ke dalam mobil yang telah terisi oleh Zara, Kyla, dan dan Papa Hilman.

"Baba masih mau disini Bangg" Zara melanjutkan rajukannya yang sebelumnya ia lakukan pada Shani, berharap abangnya yang begitu memanjakannya akan mengabulkan keingannya.

Malam ini keluarga Shani serta keluarga Gracio akan kembali ke Jakarta. Mereka memang memilih tinggal lebih lama saat masa-masa persiapan pernikahan, agar dapat membantu persiapan Shani dan Gracio.

"Adek kan sekolah, pulang dulu ya. Nanti liburan sekolah kesini lagi" Ayah Gracio dari kursi depan mencoba membujuk Zara.

"Iya, pulang dulu yaaa.. Nanti abang janji ngajak Baba sama Caca kesini lagi."

"Pas Caca punya ponakan ya Bang?"

Mereka semua tertawa,

"Iya pas Caca nanti punya ponakan. Sekarang pulang dulu ya"

Gracio memangku Kyla dan memeluk adiknya itu. Sebenarnya berat bagi Gracio harus meninggalkan Indonesia dan meninggalkan kedua adiknya hanya bersama Bibi, karena Ayahnya pun pasti harus kembali bekerja ke NTT. Namun prioritas Gracio bukan hanya mereka sekarang. Gracio punya Shani yang juga pasti membutuhkannya disini.

"Baba juga mau Abangg"

"Sini sama Cici" Shani langsung memangku Zara dan memeluk adik Gracio itu dengan penuh sayang.

"Gantian sama Caca boleh, Caca juga mau dipeluk Ci Shani."

Untuk pertama kalinya, Kyla mau berdekatan dengan Shani yang tentu membuat Shani sangat bahagia. Ia memeluk adik iparnya itu dengan erat, dan Kyla pun walau dengan malu-malu balas memeluk pinggang Shani.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang