kalah telak

4.9K 457 38
                                    

"Gendutt, bangun yu sayangg." Shani menepuk pipi Gracio pelan. Rasanya sudah puluhan kali kegiatan ini dia lakukan, namun alih-alih bosan, rutinitas ini menjadi aktivitas favorit Shani di pagi hari. Karena melihat wajah polos kekasihnya tak pernah menimbulkan rasa bosan.

Gracio membalikkan tubuhnya membelakangi Shani yang ikut berdesakan pada sofa kecil di ruang tengah. Untuk sementara karena kehadiran Kyla dan Zara, mereka tidak bisa tidur berdua seperti malam-malam sebelumnya. Walau Gracio memiliki kamar sendiri, selama ini ada saja alasan entah itu dari Gracio ataupun Shani untuk selalu tidur bersama.
Terkadang mereka tidak melakukan apapun, hanya sekadar tidur seranjang tanpa melakukan aktivitas seksual yang penuh keintiman. Hanya perlu kehadiran kekasihnya menempati area kosong di ranjang king size nya sudah membawa ketentraman bagi mereka berdua.

Bucin banget kan?

Shani memeluk Gracio dari belakang, menarik jambang rambut bocah kecil yang tak pernah dia sangka akan menjadi kekasihnya, bahkan menjadi pacar terlamanya.

"Katanya mau olahraga ke kampus, segitu capeknya ya sampai ga bangun bangun?" Shani membenamkan kepalanya di belakang leher Gracio.
Hembusan hangat nafas Shani tentu mengganggu tidurnya. Dengan pelan membalikkan tubuhnya dan mendapati wajah Shani hanya berjarak 5 centi dari wajahnya.

"Kok kamu tidur di sofa, gak sama Caca Baba?"

"Apaan, mereka ganas banget tidurnya, masak mereka tidurnya udah kaya baling-baling, abis badanku ditendang tendang."
Gracio mengadu. Disaat saat seperti ini Shani semakin merasa seperti pedofil karena berkencan dengan Gracio.

"Kamu juga gitu ih kalo ga aku peluk tidurnya. Makanya aku selalu peluk kamu kalo lagi tidur soalnya kalo kamu ga dikasi guling tidurnya udah kemana mana."

"Tau gitu kemarin aku nyelinap ke kamar kamu aja yang" Gracio mengelus pipi Shani. Rasanya sudah lama mereka tidak quality time berdua.

"Ihh katanya gamau kalau nanti Caca sama Baba kaya film kemarin. Udah sana cuci muka, gosok gigi. Kita olahraga ke kampus. Bangunin adik adikmu, aku siapin minum dulu. Awas ya tidur lagi." Shani mengancam Gracio yang matanya sudah mulai tertutup kembali.

***

"Abang ayo dong lanjut, masak segitu doang capek, payah!" Zara mendorong tubuh Gracio untuk tetap berjalan, sedangkan Gracio sudah tampak kelelahan mengelilingi danau kampus mereka.

"Abang capek dek, kemarin abis mendaki kamu kira abang kemarin terbang ke gunung? Udah kamu lanjut sama Caca sama Cici sana. Abang tunggu disini"

Shani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya namun tidak memaksa Gracio seperti biasanya. Dia tahu Gracio sangat kelelahan, atau mungkin sangat mengantuk? Jadi biarlah kekasihnya itu beristirahat sebentar sementara Shani menjalankan tugasnya sebagai calon kakak ipar yang baik.
.
.

"Cio!!!" Gracio merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya, dan mendapati Lala tengah merangkul pundaknya.

"La? Olahraga juga? Eh kakinya udah sembuh?"
Gracio mengamati Lala yang tidak lagi menggunakan tongkat.

"Iya udah baikan kok kakinya, aku lagi pertemuan UKM Tari Modern nih. Hehehe. Ini lagi pemanasan."

Gracio asik bercengkrama dengan Lala mengenai jadwal kuliah yang akan dimulai besok hingga tidak menyadari dari jauh 3 orang gadis memandang mereka dengan tatapan menyeramkan.

"Abang!!" Zara mempercepat langkahnya walaupun nafasnya sudah ngos ngosan, tatapannya penuh selidik memandang Lala.

"Eh udah selesai?" Gracio berdiri menyambut Zara yang juga diikuti oleh Lala.

"Abang kok malah ngobrol sih?" Zara memeluk lengan Gracio posesif. Saat ini Kyla pun sudah berdiri disebelah Gracio. Tidak seperti Zara yang langsung menyerang Abangnya, Kyla hanya terdiam sambil memandangi Lala.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang