Head Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri.
Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...
Bebas dengerin lagu sedih apapun. Kebanyakan lagu sedih saya jadi bingung
"Kak Shanju ga sama Shani?"
"Dia di Perpus mungkin"
Gracio melihat hasil bidikan kameranya. Pada sebuah pohon alpukat yang ada di halaman fakultas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alpukat bahagia. Kontras dari kehidupan dua orang penikmat alpukat yang saat ini jauh dari kesan bahagia.
Saat ini dia tengah menikmati suasana taman fakultas dengan Shania mengikuti di belakangnya.
"Kak Nju ga harus nemenin aku, aku gapapa kok"
"Lo jangan ngira gue nyari kesempatan ya, gue cuma mau ngecek keadaan lo aja"
"Iii, siapa yang ngira kaya gitu sih, sewot banget dehh. Iya makasi Ci Caniyaaa"
Gracio berbalik, dan memijit tombol shutter berkali-kali untuk mendapatkan citra seorang Shania Junianatha yang masih menggunakan pakaian hitam putihnya, khas seragam anak magang.
"Gimana mendakinya kemarin?"
"Seru, sumpah! Kemarin akhirnya kita rock climbing di tebing yang asli Kak. Gila sih degdegan banget. Rabu ini rencananya kita caving ke Gua Keraton. Terus minggu depan Paralayang. Ya walau bakal sibuk banget sih"
Shania tidak bisa menahan senyumnya melihat lelaki di depannya menampilkan ekspresi bahagia.
Karena mungkin bagi Shania sudah cukup melihat lelaki itu bersedih.
"Asyik dong? Gapapa sibuk, yang penting kamunya seneng" Shania mengelus kepala Gracio. Hubungan Shania dan Gracio membaik akhir-akhir ini. Hampir tiap hari mereka berkirim chat, menanyakan kabar, atau sekadar berkirim sticker lucu.
"Ci Caniya?" Shania terkejut dengan panggilan dari Gracio.
"Boleh kan aku manggil Kak Shania dengan panggilan Ci?"
"Boleh-boleh aja, asal lo ga manggil gue aneh aneh sih OK"
"Kalau manggil sayang boleh?"
Plakkk
"Itu mulut yah, lemes banget sumpah"
Gracio hanya mengelus pundak yang dipukul dengan sekuat tenaga oleh Shania.
"Ci Caniya"
"Apa Cioooo"
"Hari itu, kenapa milih nemenin aku, bukan Shani?"
Shania memejamkan mata. Pertanyaan ini juga mengganggu dirinya selama seminggu ini. Kenapa dia memilih meninggalkan sahabatnya dan mengejar Gracio.
"Aku gatau, kata hatiku bilang kamu lebih butuh aku daripada dia. Tapi kalau boleh jujur, aku bener-bener nyesel ninggalin Shani hari itu. Bahkan aku nyesel nurutin kamu buat dateng ke apartemen Shani. Sepertinya aku lebih baik ga terlibat dalam kisah kalian."