Ada yang bilang kalau lagu di media cocok banget buat kisah Shania. Dan waktu denger ternyata beneran pedih :(
Gracio sedikit berlari memasuki mobil small hatchback yang terparkir di depan kosnya, menghindari gerimis yang kembali menyapa kota. Dirinya diburu sehabis kuliah sore oleh wanita yang saat ini dengan duduk di kursi penumpang.
"Ini keringin dulu." Gadis itu menyerahkan handuk pada Gracio, membiarkan saja handuknya digunakan untuk mengeringkan kepala dan badan lelaki ini. Dirinya sibuk mengganti-ganti saluran radio, karena cuaca membuat susahnya frekuensi tertangkap dengan baik.
"Kak Shanju ga usah repot-repot jemput aku. Aku bisa pulang pas hujannya reda kok."
Gracio mulai menjalankan mobil Shanju. Gadis itu tadi siang mengajaknya untuk pulang bersama, kebetulan Shania akan pulang ke Bekasi."Gapapa kan sekalian. Nanti kamu aja yang bawa mobilnya ya."
"Eh? Gamau ah Kak. Masak aku yang bawa." Gracio menolak. Gracio sangat anti menggunakan barang milik orang lain. Jangankan mobil Shania, mobil Shani saja Gracio tak mau pakai jika yang punya tidak ikut.
"Gapapa Cio, gue lagi males nyetir. Ya? Ga menerima penolakan." Gracio mendengus mendengar ucapan Shania. Memang masih bisa dirinya mendebat?
"Kak Shanju mau tidur? Tidur aja dulu nanti aku bangunin, kan udah pakai gmaps juga."
Gracio melihat Shanju yang beberapa kali menguap tidak tega jika Shania harus menemaninya tetap terjaga. Namun gadis itu menggelengkan kepala. Dia merecline seat namun alih alih tidur, gadis itu sibuk dengan handphonenya sambil sesekali bersenandung lagu lagu LANY yang terputar di perangkat audio."Kak Shanju foto aku?" Gracio bertanya saat beberapa kali dia melihat Shania mengarahkan handphone ke arahnya.
"Dih geer, gue lagi buat insta story kok."
"Loh, instastory in aku dongg." Godaan Gracio seketika membuat Shania jadi salting sendiri.
"Enggak ya, gue masih mau hidup tenang"
Dengan santainya Shania menaikkan kakinya ke dasbor mobil, sedangkan lelaki disebelahnya membiarkan saja. Hampir dua jam waktu yang mereka tempuh untuk sampai ke perumahan Shania. Saat sampai di depan rumah gadis itu, Gracio menunggu hingga Shania mengambil semua barang-barangnya di jok belakang.
"Yuk turun dulu, masukin aja mobilnya"
"Ih Kak, gamau ah. Aku ga berani."
"Ayo gapapa, kalo kamu balik sekarang transformer-transformer masih menuhin jalan. Bakal capek banget itu. Yuk"
Shania akhirnya keluar lebih dulu. Menyisakan Gracio yang pasrah akan kelakuan Shania. Dirinya memilih ikut turun dan mengikuti sang empunya rumah untuk masuk ke ruang tengah.
"Skyeeeee"
Guk guk
Begitu mendengar gonggongan anjing Gracio seketika memilih mundur. Takut jika harus menjadi korban gigitan anjing Shania, namun dia jadi geli sendiri saat yang muncul adalah seekor anjing kecil sepertinya jenis Pomeranian yang saat ini terlihat sangat nyaman dalam pelukan Shania.
"Hai Skye, say hi to Cio"
Gracio tidak bisa menahan senyumnya melihat Shania yang terlihat sangat berbeda dengan dirinya sehari-hari. Siapa yang menyangka Shania bisa selembut ini?
"Hai Skye, sini yuk." Gracio mengelus bulu cokelat halus itu, dan Shania takjub sendiri karena Skye terlihat menikmati usapan Cio. Dirinya tambah terkejut ketika Skype dengan sukarela berpindah ke dalam pelukan Gracio yang sekarang menggendongnya.
"Aneh lo, dia biasanya galak banget sama orang baru."
"Hahaha, berarti Skye suka aku Kak."
"Hmmm, mungkin Skye ngira dia lagi ketemu temen." Ucapan Shania langsung mendapat delikan tajam dari Gracio. Namun tidaklah lama karena senyum kembali menghiasi wajah ketika dirinya bermain kembali dengan anjing kesayangan Shania.

KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
Fiksi PenggemarHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...