Setelah mendengar pengarahan dari panitia, mahasiswa baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis diizinkan pulang untuk mempersiapkan Youth Camp yang akan diadakan esok hari. Gracio dengan sabar menunggu Shani di shelter. Hari ini dirinya sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Saat menyadari mobil Shani mendekat, Gracio terheran karena yang muncul bukan Shani, melainkan Shania.
"Yuk masuk."
"Ci Shani mana?"
"Shani masih menghadap Dekan, tadi dia minta gue buat jemput n anter lo pulang."
Gracio menghembuskan nafas kecewa. "Yaudah biar aku yang nyetir Kak." Gracio segera menuju pintu kemudi, Shania pun dengan senang hati berpindah duduk disebelahnya. Lega karena tidak harus menyetir di rush hours seperti ini.
"Inget buat tugas OPKnya, gue gamau nama gue kebawa gara-gara jadi Kakak Asuh lo." Shania memecah keheningan yang menyelimuti mereka. Sedikit heran kenapa kekasih sahabatnya lebih pendiam hari ini.
"Iya, bantuin makanya Kak. Kasian temen aku lagi sakit."
"Ya lo nya juga ngapain sih ga nyari yang lain aja. Jadi ribet sendiri kan."
"Kalo semua gamau sekelompok sama dia, trus dia sama siapa dong? Lagian gapapa, Lala enteng kok."
Shania menggelengkan kepala tidak percaya. Ini anak tingkat kepekaannya emang dibawah rata-rata.
"Ya tapi lo mesti inget disana ada Shani. Apa lo ga takut pacar lo cemburu liat lo gendong-gendong cewek lain?"
"Ga, Ci Shani ga pernah cemburu. Ci Shani itu ya Kak mana pernah cemburu sama aku. Aku yang harusnya cemburu. Aku baru nyadar sekarang, saingan aku banyak ternyata."
"Lo baru nyadar? Hellooo? Lo kemana aja sih?! Lo baru nyadar banyak saingan setelah hampir dua tahun pacaran sama Shani? Emang lo ga pernah ngecek chat yang masuk ke hpnya?"
Gracio menggeleng.
"Ga pernah stalking komenan Instagram atau replyan di twitterannya?
Nope
"Buka DM instagramnya?"
"Baca surat atau nemu coklat dari penggemarnya? Gimanapun kalian serumah!"
Gracio menggeleng.
"Ci Shan sering kasi aku coklat, tapi aku ga pernah tanya darimana dan Cishan juga ga pernah bilang itu dari siapa. Berarti itu dari fansnya dong!"
Tiba-tiba Gracio berteriak kesal. Sedangkan Shania hanya bisa menggeleng frustasi. Telat banget keselnya!
"Gue sebagai Kakak Asuh yang baik cuma mau peringatin sama lo, kalo yang ngarepin Shani banyak. Jadi lo jadilah anak baik dengan ga buat masalah sama Shani. Lo harusnya bersyukur, YangMahaSempurna Shani milih lo jadi cowoknya diantara ribuan orang yang dengan sukarela mau jadi budak cintanya."
***
'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif-'
Gracio mengerang kesal sambil melemparkan hpnya ke sofa. Sudah lebih dari 10 kali dia mencoba menghubungi Shani namun tetap handphone kekasihnya tidak aktif. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Shani belum juga kembali dari kampus. Gracio biasanya akan sangat senang jika Shani ada kegiatan di kampus karena bisa berlama-lama main PS, namun tidak untuk kali ini. Setelah dinasehati oleh Shania, ada sedikit rasa takut jika Shaninya akan diambil orang.
Dddrtt Ddrtt
Dengan sedikit berlari Gracio mengambil handphonenya, namun bukan nama Shani yang tertera di layar melainkan nama adik bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...