Give Up

3.7K 348 138
                                    

Selasar Fakultas Ekonomi dan Bisnis ramai dipenuhi mahasiswa yang menunggu hujan reda. Beberapa mahasiswa memilih duduk lesehan di selasar, mempersempit ruang gerak mahasiswa yang berganti kelas. Gracio melirik jam tangannya, seharusnya kelas Shani sudah bubar.

Sejak kemarin Shani hanya merespon chat Gracio seperlunya, kalimat jawab yang lugas dari chat Shani seolah menandakan gadis itu sedang sibuk dan tidak ingin diganggu. Mirip Shani ketika baru-baru menginjak kuliah, namun perubahan saat ini terasa begitu tiba-tiba.

Sudah beribu macam cara Gracio lakukan untuk mencairkan suasana, atau memperbaiki mood Shani yang dirasa memburuk namun Gracio menyerah. Mungkin Shani hanya butuh waktu untuk sendiri. Nanti juga balik lagi menghubungi dirinya seperti dulu. Begitu kan kebiasaan Shani?

Gracio urung mendekat begitu senior-seniornya keluar dari ruang kelas. Shani tidak sendiri. Boby dan Shania terlihat mendampingi langkah Shani yang sedang sibuk berdiskusi bersama dengan teman-temannya. Di depan ruang kelas anak peminatan SDM, Vino bergabung bersama Shani dan kawan-kawan menuju Ruang BEM Fakultas Ekonomi. Sedikitpun Shani tidak melirik Gracio, memilih sibuk mengecek jadwal yang baru diberikan oleh Boby. Hanya Shania yang memandang Gracio dengan pandangan sulit dimengerti.

Tidak dipungkiri, minggu-minggu ini adalah minggu yang sibuk untuk pengurus BEM Fakultas, selain mempersiapkan memorandum akhir jabatan bagi BEM periode sekarang, mereka juga mempersiapkan tarung untuk ke BEM Universitas. Ditambah bulan-bulan ini ada acara Makrab untuk Angkatan 2019, Panggung Seni untuk anak FE, dan juga event kuras keringat yaitu beberapa kegiatan olah raga yang diadakan fakultas. Tak pelak Shani dan kawan-kawan yang memang sudah sibuk bertambah sibuk lagi.

Dengan lemas Gracio melangkahkan kaki menjauhi gedung FE. Rintik hujan seakan tidak mengganggu dirinya untuk tetap melangkah. Dibalik jendela ruang BEM, Shani memandang sendu kekasihnya yang terlihat menerobos hujan menuju ke fakultas sebelah. Sudah dua hari dia mendiami Gracio. Mencoba menakar apakah hatinya mampu jika harus berpisah dengan lelaki itu, dan Shani mengisi waktu dengan kesibukannya di kampus dan juga organisasi. Seakan tidak membiarkan pikirannya barang sedetikpun untuk memikirkan laki-laki yang masih berstatus kekasihnya.

Tanpa sadar Gracio sudah berada di jembatan penghubung antara Fakultas Teknik dan Ilmu Budaya. Jembatan yang berada di atas danau yang juga membelah wilayah fakultasnya dengan fakultas sebelah. Perasaan Gracio membaik melihat hujan turun membasahi daun dan bermuara di danau yang melintang di bawahnya.

Gracio adalah penganut asas semi easy living. Berbeda dengan Shani, Gracio selalu berpikir positif. Namun saat ini, susah rasanya tetap berpikiran positif kala melihat perubahan yang tergambar jelas di hubungannya dengan Shani. Semakin hari, ketakutannya berbuah semakin besar. Apa Shani sedang berusaha menjauhinya?

"Kata orang, jembatan ini udah angker. Jangan ditambah jadi lebih angker dengan kamu yang bengong kaya gitu."

Lamunan Gracio dipecahkan oleh suara seorang gadis yang sedang mendekat ke arahnya. Dengan tubuh yang ditutupi hoddie sampai ke kepala, Lala mengikuti langkah Gracio begitu mengetahui teman baiknya berjalan seperti orang linglung menerobos rintik-rintik hujan.

"Kamu ngapain disini?" Gracio memandang mata bulat Lala yang entah kenapa selalu memancarkan kebahagiaan. Dengan tiba-tiba Lala menempelkan telapak tangannya di pipi Gracio.

"Aku abis latihan dance dan liat kamu jalan sendirian kesini, padahal lagi hujan gini. Dingin kan"

"Hahaha, iya.. lagi pengen nikmatin hujan sebelum dibuat kesel sama dia."

"Am I bothering you?"

"No, ofcourse not. Thank you for coming"

"Kamu kenapa? Kalau ada yang mau diceritain aku tuh siap lo jadi pendengar yang baik. Iam a good listener you know"

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang