distance

3.4K 320 152
                                    

Dengerin lagu di header yaa....

Bangkok, Thailand

Magang kali ini benar-benar pengalaman yang sangat menyenangkan bagi Vino maupun Shani. Dengan berpartisipasinya mereka dalam kegiatan ini mengajarkan banyak hal, juga mengenalkan mereka pada hal-hal baru yang belum tentu akan mereka dapatkan di dunia perkuliahan.

Shani memperhatikan Vino yang terlihat sibuk mengantarkan para tamu undangan dan delegasi ke meja yang telah ditentukan, lelaki itu terlihat sangat serius bahkan tidak menyadari bahwa Shani sedari tadi memperhatikannya.

Bagai memiliki kontak batin, lelaki itu menoleh tepat saat Shani masih memandangnya. Melihat senyum yang diberikan Shani entah kenapa mampu membuat bibir lelaki itu tertarik ke atas. Dengan masih tidak memutuskan kontak matanya pada Shani, Vino melangkah mendekati gadis itu.

"Isitirahat dulu, nih" Shani mengulurkan sebotol air mineral yang langsung diteguk Vino sampai habis. Perhatian Vino sedikit teralihkan kala Shani membenarkan letak name tag yang tergantung di lehernya. 

"Serius banget sii, sampai ga perhatian tulisan Ushernya ketutupan."

"Kamu juga, serius banget sih sampai ga sadar tali sepatunya lepas."

Dan kejadian selanjutnya Shani dikejutkan oleh tindakan Vino yang tiba-tiba menunduk dan mengikatkan tali sepatunya.

"Wooo"

Tanpa mereka sadari beberapa panitia yang sebagian besar berasal dari universitas di Bangkok memperhatikan gerak-gerik dua orang Indonesia yang selalu bersama ini. Tak perlu bertanya-tanya lagi mengapa mereka menjadi salah satu objek perhatian, karena memang Shani dan Vino terlihat seperti pasangan yang serasi.

"We just curious, are you two dating?"

"No, we're just friends" Shani buru-buru meralat sebelum ada yang salah paham. Shani menyadari bahwa banyak wanita disini yang mengidolakan Vino, bagaimana laki-laki itu tampak cool namun perhatian at the same time.

"Ahhh, but you well-suited for each other"

"Yes, I think they are made for each other."

Vino hanya tersenyum mendengar godaan teman-temannya, dengan lembut ia menyentuh lengan kiri Shani.

"Aku lanjut dulu ya, semangat Shan"

Shani bukannya tidak menyadari bahwa Vino melimpahkan banyak perhatian pada dirinya, mengambilkan kotak makan, menemaninya malam-malam jika sedang ingin ke Seven Eleven, bahkan rela diganggu malam-malam saat mulai terdengar bunyi-bunyian aneh di asrama mereka. Shani merasa di spesialkan. Bagaimana lelaki itu selalu menunggu hingga tugasnya selesai, tapi jika Shani yang selesai lebih dulu dia akan langsung bangkit dan tidak mau membuat Shani menunggu.

Nyaman? Tentu dirinya tidak memungkiri perasaan nyaman yang datang bersamaan dengan perhatian-perhatian Vino, perasaan dilindungi, dan diprioritaskan. Sepertinya itu sifat dasar perempuan.

Shani membuka lock screen handphoneya yang langsung menampilkan wajah close up Gracio. Pukul 13.05 PM, waktunya mengingatkan bayi besarnya untuk makan siang...

.

.

"Shani, setelah lulus rencanamu selanjutnya apa?"

Vino berusaha mengalihkan perhatian mereka dari dinginnya udara di luar. Saat ini mereka tengah berjalan kaki menuju asrama setelah menemani Shani berbelanja di Seven Eleven. Tubuh Shani sekarang dilindungi oleh jaket cokelat milik Vino, sedangkan dirinya hanya menggunakan tshirt kepanitiaan kemarin.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang