dealing with your brother

4.4K 427 73
                                    

"Dek, kamu pacaran beda agama?"

Akhirnya pertanyaan ini datang juga. Pertanyaan yang mempertanyakan hubungan Shani dan Gracio. Selama ini dia selalu mencoba tak ambil pusing dengan hubungan yang mereka jalani. Bahagia dengan kebersamaan mereka. Baru akhir-akhir ini setelah memutuskan tinggal bersama dengan Gracio, Shani mulai memikirkan ini. Masalah terbesar yang mungkin akan mereka hadapi dalam hidup.

Jangan kira bahwa masalah ini tidak membebani. Beberapa kali dia melakukan studi literatur mengenai ajaran agamanya, mengenai ajaran agama Gracio, bahkan membuka forum diskusi bersama Shania dan teman-teman dikelas.

"Dek?" Keenan mengembalikan kesadarannya. Akhirnya Shani memberanikan diri memandang Dyo dan Keenan, saudara yang sangat dia sayangi.

"Iya Ko, aku sama Gracio pacaran. Dan dia memang bukan muslim." Shani dapat melihat pandangan kecewa dari kedua kakaknya. Mungkin setidaknya itu bisa menghilangkan pandangan sempurna mereka terhadap Shani.

"Koko gatau mesti ngomong apa. Kalau nyuruh kamu mikir, kamu orang yang paling pinter diantara kita, paling dewasa dan rasional. Kamu pasti tau sendiri ajaran kita gimana. Jadi kesimpulan Koko, kamu udah tau, this isn't a right decision. Kenapa kamu jalanin sih Dek kalau udah tau dilarang?"

"Aku memang belum nemuin kajian atau pembenaran dari apa yang aku jalanin ini. Tapi logika dan perasaanku mengatakan bahwa ga ada yang salah dari mencintai Gracio. Ga ada yang salah dari mencintai pria yang juga cinta sama Adek, buat Adek nyaman, setia dengan Tuhannya dan juga setia sama ucapannya. Adek bisa katakan kalau Adek ga pernah mengenal orang yang lebih jujur dari Gracio, orang yang lebih tulus dari dia. Gre begitu sederhana dan Aku Ka, ga pernah senyaman ini sama orang seperti saat sama dia. Jadi ga ada alasan untuk meninggalkan dia, mengakhiri ini semua. Selain karena alasan kita berbeda Ko. Perbedaan yang malah tidak pernah kami inginkan. Tuhan berkuasa penuh atas diri kami berdua, tapi kenapa Tuhan mempertemukan kami itu juga tidak lepas dari kuasaNya."

"Jangan ragukan sebanyak apa kami sudah memohon pada Tuhan. Dari hal yang mungkin sampai hal yang paling mustahil sekalipun. Hingga pada akhirnya doa kami setiap hari menjadi sangat sederhana.

Tuhan, semoga esok kami masih bersama. Izinkan kami tetap bersama."

***

Apartemen 703 menjelma menjadi sehening kuburan di minggu malam kali ini. Sekembalinya Gracio dari beribadah, dirinya menyadari perubahan yang terjadi di wajah Kakak Shani dan juga kekasihnya. Tidak harus menjadi orang cerdas untuk mengetahui bahwa telah terjadi sesuatu, dan Gracio menyadari isu yang sedang mereka hadapi.
Beberapa kali dirinya saling melempar tatap dengan Shani, menunggu waktu yang tepat untuk berbicara berdua. Namun Kakak Shani seperti enggan membiarkan mereka bersama. Bahkan memilih ikut menyaksikan Fox Crime, serial favorit Shani.

"Adek ga tidur?" Dyo akhirnya menyerah, daritadi kantuk tidak bisa dia tahan, ditambah menonton tontonan yang terlewat serius membuat Dyo segera ingin mengistirahatkan tubuhnya.

Shani melirik jam yang tergantung di dinding ruang tengah, 11.25 malam. Memang sudah seharusnya mereka beristirahat.

"Duluan aja, aku udah siapin kamar Gr- tamu buat Koko."

"Trus lo nanti tidur dimana?" Keenan bertanya dengan sedikit ketus pada Gracio. Dia menghiraukan tatapan tajam Shani yang tidak setuju kekasihnya diperlakukan sekasar itu.

"Aku nanti di ruang tamu aja Kak, atau nanti bisa nginep di kosan temen."

"Gak boleh. Udah malem mending kamu tidur disini, aku siapin alas sama selimut buat tidur."
Saat Keenan dan Dyo sudah masuk ke dalam kamar Gracio, dalam diamnya Shani melapisi sofa agar lebih lembut saat dijadikan tempat tidur.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang