malam 'keakraban'

4.9K 368 129
                                    

Entah selarut apa dirinya tertidur, namun pagi ini Shani terbangun karena hembusan nafas yang menerpa wajahnya. Begitu membuka mata, wajah damai Gracio menyambut penglihatannya. Tubuh mereka menempel, dengan tangan Gre yang memeluk tubuh Shani posesif, seakan tidak rela mengizinkan jarak memisahkan mereka kembali.

Shani merapikan rambut kekasihnya yang terlihat berantakan, dia tersenyum menyadari keadaan mereka yang tentu akan menimbulkan prasangka buruk jika dilihat oleh orang lain. Gracio yang hanya menggunakan celana pendek tanpa kaos, sedangkan dia yang menggunakan tank top tipis.

Entah ujian apalagi, karena sudah lama tidak tidur di kamar Gracio, Shani tidak menyadari jika AC ruangan sedang bermasalah. Namun untuk pindah ke kamar Shani pun mereka enggan. Jadilah mereka tidur dengan minim busana. Namun syukurnya, (atau sayangnya?) tidak ada kegiatan yang mereka lakukan selain cuddling all night long.

"Sayang, bangunn" jemari Shani berpindah dari rambut Gre yang berantakan menuju hidung mancung Gre yang selalu membuatnya iri, kemudian turun ke bibir tipis yang selama dua tahun ini tidak pernah mengeluarkan kata-kata menyakitkan untuk dirinya.

"Gege, banguunn" Shani menjadi semakin gemas melihat tidak ada pergerakan dari kekasihnya. Alih-alih bangun, Gracio semakin mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di leher Shani. Dasar bayi besar, manja.

"Aku gamau ya kita sampai telat, jam pertama aku ngajar di kelasmu lo."

"Bentar Ci, aku tu udah lama ga bisa tidur nyenyak" suara Gracio yang terendam masih dapat di dengar oleh Shani. Gadis itu menyerah dan memberikan waktu untuk Gracio menikmati tidur paginya yang berkualitas.

Namun ternyata Shani terlalu berpikiran positif pada Gre, detik berikutnya lelaki itu malah sibuk menciumi leher Shani. "Ge, geli ahh"

"Sumpah Ci Shani harum banget, mandi minyak wangi ya?" Gracio mengangkat wajahnya untuk memandang Shani yang juga balas memandangnya. Dengan gerakan kilat, Gracio mencium bibir Shani sebelum berlari ke kamar mandi, meninggalkan Shani yang hanya bisa mengelus dada melihat tingkah Gracio yang memang selalu semaunya.

.

.

.

"Nju, berangkat bareng ya?" Shani terlihat sibuk menyiapkan pakaian kuliah untuk Gracio, dengan handphone yang dia jepit diantara telinga dan bahu, gadis itu dengan telaten menyiapkan segala keperluan kekasihnya yang masih asik di kamar mandi.

"Ga bareng Gracio?"

"Engga, dia motoran nanti. Yaudah, setengah jam lagi gue turun ya. Dahh" Bertepatan dengan terputusnya sambungan telp tadi, Shani dikejutkan oleh tangan Gracio yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Ge! Kamu tau ga sih badan kamu masih belum kering, jadi basah kan" Shani mengomel karena pakaian kuliahnya yang sudah sempurna menjadi basah hanya karena ulah jahil kekasihnya. Sedangkan Gracio yang kena marah hanya cengengesan. Sumpah, Gracio rela membayar berapapun demi melihat Shani yang marah-marah dan peduli lagi padanya.

Menghindari ujian hidup terberatnya, Shani memilih langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Shani memang tanpa henti selalu mengeluh mengenai manjanya seorang Gracio, serta sibuknya dia melakukan pekerjaan rumah kala bersama dengan Gracio, tapi percayalah tak ada kegiatan rumah favorit Shani selain merawat si bayi besar.

Melihat Shani menyisir rambut Gre, memakaikan vitamin rambut, merapikan barang-barang Gre, dan menyuapi Gracio adalah pemandangan biasa yang akan selalu dijumpai. Seperti saat ini, kala Shani dengan telatennya menyuapi Gracio dan tengah duduk dipangkuannya, memakai sepatu dengan mata fokus pada kartun Spongebob di TV.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang