Dengerin media, itu lagu yang saya puter seharian ini...
Klik klik
Bunyi shutter kamera mirrorless Gracio terdengar berkali-kali di coffee shop daerah Senopati. Fokus kameranya otomatis menangkap wajah sesosok gadis yang sedang duduk gelisah di area outdoor. Cuaca mendung tidak membuat gadis itu berniat untuk berpindah duduk. Mungkin sesuai dengan isi curhatnya di chat kepada Gracio, seharian ini ia sudah lelah menghadapi setumpuk dokumen yang harus dikerjakan.
Iya, dia adalah Shani Indira. Kekasihnya yang saat ini sedang menjalani masa probation pada sebuah perusahaan konsultan berkelas dunia di salah satu gedung-gedung tinggi area SCBD. Mereka janji bertemu jam 5 sore, tidak berselang lama Gracio juga telah sampai. Ketika ia memesan minum dan melihat sosok kekasihnya menunggu dengan setelan kantornya membuat Gracio urung menghampiri. Ia memilih duduk di dalam kafe dan memfoto candid Shani dengan kamera yang baru dia gunakan untuk mengambil foto dalam sebuah event olahraga.
"Iced Sleepy Coffee nya Kak" seorang pelayan membawakan pesanan Gracio dan menghentikan kegiatan memotretnya. Akhirnya ia melangkah mendekat ke meja Shani yang sudah menghabiskan setengah gelas Monstacino miliknya. Begitu melihat sang kekasih mendekat dengan senyuman melekat di wajahnya, Shani langsung memasang muka kesal.
"Kamu kemana aja sih, katanya tadi udah dijalan taunya masih lama" satu
"Kamu kebiasaan kalo janjian itu telat, tau gitu aku kan ga buru-buru dari kantor kesini" dua
"Kamu dengerin aku ga sih Ge? Senyum senyum terus dari tadi, nyebelin banget sih" tiga
"Tau ah tambah kesel aku sama kamu." Akhirnya Shani menyerah dan sibuk memainkan handphonenya karena tidak mendapatkan respon apa-apa dari Gracio.
Gre tersenyum. Entah kenapa ia sangat merindukan omelan Shani. Padahal hal itu biasanya sangat ia hindari. Karena jika Shani marah, bisa merembet ke topik-topik lainnya. Contohnya saja kejadian yang masih segar dalam ingatan adalah ketika pakaian bridesmaid pernikahan Keenan dan Yona sampai ke tangan Shani namun ternyata kekecilan, gadis itu seharian badmood mulai dari menyalahkan Gracio yang sering mengajaknya makan malam hingga menyalahkan penjahit baju pengantin Keenan yang pasti salah ukur. Dan berakhir dengan Shani menjalankan kembali diet ribetnya itu.
Gracio berpindah duduk di sebelah Shani yang masih sibuk memainkan handphone. Dengan lembut dia meraih tangan Shani yang ada di pangkuan.
"Jangan pegang pegang"
"Ci..." Gracio tidak putus asa. Ia mencoba sekali lagi.
"Dibilang jangan pegang pegang" Shani menepis tangan Gracio sekali lagi. Sepertinya ini akumulasi kekesalan Shani pada Gre selama seminggu ini. Mulai dari menghilang seharian saat keluarga Shani datang ke Jakarta, kemudian selama 5 hari setelahnya tidak bisa meluangkan waktunya untuk bertemu Shani.
"Maaf sayang, tadi macet banget. Ini aja aku tadi keluar dari venue harus nerobos semak-semak sampe tangan aku kena duri." Gracio mengadu. Mengetahui kelemahan Shani yang biasanya langsung lemah jika mengetahui Gracio kenapa-napa.
"Mana tangannya?"
Gracio tersenyum dan menggenggam tangan Shani.
"Bukan maksudnya tangan yang kena duri" Shani menepis lembut tangan Gracio yang menggenggam tangannya. Walau ia khawatir bukan berarti Gracio bisa modus ya.
"Oh ini, gapapa kok" Gracio memperlihatkan lengannya yang memang berbekas goresan panjang. Tidak parah, namun karena kulitnya yang putih membuat goresan itu terlihat jelas.
"Kamu ini udah mau 20 tahun lo Ge, masa ga bisa jaga diri sih. Kalau emang lagi penuh venue nya ya tunggu sampai bisa lewat."
"Tapi kan aku gamau Cishan nunggu, nanti kamu marah kalau aku telat" Shani yang mendengar alasan Gracio terdiam. Benar juga. Tapi kok jadi dirinya yang salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanficHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...