Gracio vs Everybody

4.1K 330 115
                                    

"Astaga capeknya." Gracio menjatuhkan dirinya di kursi perpus FEB lantai basement, tempat paling sepi di lingkungan FEB karena lantai basement biasa digunakan oleh mahasiswa pasca sarjana dan doktor. Mungkin bagian perpus ini menjadi tempat favorit Gracio selama 3 hari ini atau mungkin seterusnya.

Melelahkan.

Adalah satu kata yang cocok menggambarkan kehidupan Gracio semenjak malam keakraban. Disaat Shani menjadi lebih bahagia karena tidak lagi harus sembunyi-sembunyi perihal hubungannya, namun Gracio malah sebaliknya.

Mungkin ini adalah konsekuensi dari mencintai seorang Shani Indira.

**

Jangan remehkan kecepatan mahasiswa-mahasiswi dalam bergosip, sejak senin malam berita tentang hubungan Shani Indira dengan seorang mahasiswa baru beredar tidak hanya di WA grup kelas dan organisasi, tapi juga di kalangan dosen dosen.

Begitupun ketika hari pertama Shani dan Gracio berjalan bersama sebagai sepasang kekasih. Saat ini masih setengah 8 pagi, namun hampir seluruh fakultas, bahkan mungkin satu kampus sudah tahu. Dan semua sepertinya penasaran ingin mengetahui bagaimana sosok laki-laki yang bisa menaklukkan hati seorang Shani Indira Natio.

Sepertinya Shani sudah menduga hal ini akan terjadi, maka saat Gracio masih asik bermimpi, gadis itu sudah siap dan mengganggu tidurnya untuk berangkat bersama.

"Padahal kita baru juga jalan bareng kemarin, masa beritanya udah segede ini?" Gracio memijat pelipisnya, bingung ketika melihat halaman parkir dekat kantin, tempat Shani sering parkir dipenuhi banyak orang. Begitu Gracio turun dari mobil Shani yang menjemputnya untuk berangkat bersama, Gracio sudah menyadari bahwa suasana telah berubah. Namun dia tidak menyangka efeknya akan sebesar ini.

"Kamu kaya gatau aja hobi baru orang Indonesia ya tubir dan julid"

"Iya tapi aku ga nyangka akan seheboh ini."

"Yaudah aku tungguin sampai kamu siap turun."

Shani dengan santainya mengarahkan kamera untuk selfie, sesekali mengarahkan handphonenya ke wajah Gracio. Tidak menyadari jika kekasihnya pagi-pagi sudah dibuat pusing.

"Yuk ah turun, kalau ditungguin pun mereka ga akan pergi." Gracio akhirnya pasrah dan turun lebih dulu, Shani cepat-cepat mengikuti kekasihnya dari belakang.

"Gila dah, kamu ini sengetop apa sih?" desis Gracio lewat sudut bibirnya pada Shani yang saat ini tengah berjalan di sebelahnya.

Oke, dia menyadari jika kekasihnya itu cantik, cantik banget malah. Pinter, jangan ditanya, modis, baik, sempurna. Tapi dia tidak pernah menyangka jika efek dari menjadi pacar Shani bisa sebegini besar. Gracio mengamati, walau matanya pura-pura tidak memperhatikan bahwa sebagian dari mahasiswa yang saat ini mengamati mereka bukan berasal dari jurusan manajemen, bahkan bukan dari fakultas ekonomi dan bisnis!

Gracio jadi panik-panik ajaib ketika tanpa sengaja memandang orang-orang yang saat ini berbisik-bisik dengan teman di sebelahnya. Ada yang menatapnya dengan sorot mata merendahkan, memandang dengan pandangan aneh, ada yang sok cuek, ada yang dengan sengaja menunjukkan tampang risih, sampai ada yang sirik dan beberapa malah tidak bisa menyembunyikan kemarahan mereka.

Sepertinya di seluruh kampus, tidak ada yang menganggap berita Shani akhirnya mempunyai kekasih menjadi berita yang membahagiakan. Mengetahui jika kekasihnya tertohok dengan fakta tersebut, Shani langsung mengambil peran. Gadis itu merapat, menyelipkan tangannya di lengan Gracio dan menggandengnya hingga mereka sampai di gedung kuliah A.

"Aku ke departemen manajamen dulu, mau urus magang dan judul proposal, nanti kalau sempet makan siang bareng ya." Shani merapikan kerah kemeja yang dikenakan Gracio dan melambaikan tangannya.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang