Awan gelap menyelimuti langit sore ini, namun hal itu tidak membuat Gracio beranjak dari tempatnya. Bertempat di dekat salah satu danau UI yang jarang dikunjungi, Gracio memilih menghabiskan waktu sorenya di bawah pohon Johar.
Akhir-akhir ini dia lebih nyaman menghabiskan waktu di tempat sepi karena bosan dengan orang-orang fakultas yang mulai terang-terangan menyerang dia. Gracio memilih segera menghindar saat kelas bubar daripada terpancing emosi kakak-kakak tingkatnya yang saat ini punya hobi baru, menggosipkan Gracio.
"Jadi tempat ini jadi tempat pelarian Gracio kala ada masalah."
Gracio menoleh, dan sesuai tebakannya Shania berjalan mendekat ke arahnya. Gadis itu berdiri, memandang jauh langit kota dengan mendung pekat.
Ya, tempat ini adalah tempat yang Shania kenalkan pada Gracio beberapa minggu yang lalu. Tempat terakhir kalinya mereka berdua menghabiskan waktu.
"Maaf ya Kak, aku jadi ambil tempat favorit Kak Shania."
Shania membalikkan tubuhnya hingga bisa memandang Gracio yang masih duduk bersandar pada batang pohon.
"Gimana, sudah merasakan pahit dan manisnya jadi mahasiswa?"
"Kalau kaya gini sih banyakan pahitnya. Aku ga pernah tahu, pacaran sama Ci Shani bakal buat semua orang hampir kebakaran jenggot gitu."
"Itu sih kamunya yang terlalu positif. Pacaran sama Shani, orang aja ga berenti-berenti deketin dia, dimana lagi ada paket komplit kayak gitu. Dan saat ada orang yang hampir sempurna seperti Shani di depan mata otomatis semua pasti tertarik. So, what do you expect?"
"jadi pacarnya aja susah banget ya, apalagi jadi Cishan nya sendiri. Tapi yang jadi pacar Kak Shanju nanti juga pasti bakal ngalamin hal yang sama."
Shania masih terdiam dan memilih duduk di samping Gracio. Lelaki ini, orang yang dia usahakan setengah mati untuk keluar dari pikirannya. Lelaki yang sampai saat ini masih memberikan kenyamanan yang lebih saat bersamanya.
"Terus hubungan sama Shani nya sendiri aman-aman aja kan?"
"Ya seperti biasa. Tapi udah dua hari aku ga ketemu Cishani. Skripsi beneran bikin sibuk ya Kak?"
"Yaa gitu. Apalagi ditambah magang, pasti makin jarang bisa ketemu."
"Emang Ci Shani magang dimana Kak?" Gracio baru sadar bahwa kekasihnya belum menginformasikan apa-apa perihal magang yang akan diikuti oleh Shani.
"Elo belum tau?"
Gracio menggeleng.
"Ada baiknya Shani langsung yang ngasi tau lo."
"Kalau Kak Shanju magang dimana?"
"Di McKinsey."
"Woahh, itu bukannya perusahaan besar? Hebat bangettt" Gracio takjub dengan orang-orang pintar seperti Shania dan Shani yang sepertinya sangat mudah untuk lolos internship di perusahaan-perusahaan besar. Dirinya jadi penasaran Shani magang dimana.
"Makanya kamu belajar yang rajin biar nanti magangnya gampang."
"Hhhh, lagi ga niat belajar nih, dosennya aja kayak gitu." Gracio membaringkan tubuhnya di rumput dan memandang dahan pohon yang melindungi kepalanya. Gracio heran, sepertinya Pak Iwan begitu dendam pada dirinya.
Iwan Brotoseno, bersama dengan beberapa dosen muda memang kerap berlaku sinis padanya. Namun berbeda dengan dosen muda, tanggapan dosen yang sudah berumur malah membuat Gracio sedikit terhibur dikala penatnya hari-hari menjadi seorang 'most wanted' di lingkungan kampus.
Kamis kemarin pelajaran dengan salah satu dosen yang sudah berumur, dan sama seperti dosen-dosen lainnya ketika berhenti di nama Gracio, Pak Ari terdiam sebentar dan menurunkan kacamatanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...