EP2: Deep thoughts

7.3K 332 225
                                    

"Hhhhh" Shani mencoba melepaskan diri dari kungkungan suaminya yang masih tertidur dan memeluk tubuhnya dari belakang. Ia mengerjapkan mata, jendela tanpa tirai di kamar mereka ditembus matahari yang begitu menyengat membuat pupilnya harus beradaptasi terlebih dahulu,

"Ahhhh" Shani yang berniat menurunkan kakinya meringis menahan sakit saat ternyata bagian bawahnya masih sangat nyeri. Erangan itu membuat suaminya yang memang peka terhadap suara langsung terbangun.

"Cishan kenapa?" Begitu melihat istrinya menundukkan badan melingkar, Gracio seketika panik. Ia segera turun dari tempat tidur yang sudah sangat berantakan itu dan bersimpuh di kaki tempat tidur. Dari bawah sana, ia bisa melihat ekspresi Shani yang sedang menahan sakit.

"Beb?" Gracio memaksa duduk di sebelah Shani dan tanpa sengaja mendorong kaki gadis itu hingga membuat Shani memukul lengannya dengan keras.

"Argghh sakit tau!"

"Apanya yang sakit?" Gracio masih dengan wajah paniknya merapikan rambut istrinya agar bisa melihat wajah Shani dengan jelas.

"Itunya yang sakit?" Akhirnya Gracio mengerti. Melihat anggukan kepala dari Shani dirinya menjadi semakin merasa bersalah karena telah menyakiti istrinya sendiri.

"Yaudah kalo gitu Cishani tidur aja ya? Nanti breakfast in bed aja, aku yang bawain."

Ia mengelus pipi Shani dengan sayang. Tidak tega sebenarnya melihat Shani yang masih kesakitan, namun bibir istrinya yang merah dan sedikit membengkak itu benar-benar menggoda iman Gracio untuk mencuri sebuah ciuman

Cup

"Good morning istriku"

Ucapan dan tatapan mata yang lembut dari Gracio seketika membuat Shani yang akan kesal menjadi tersenyum dan balas mencium pipi Gracio.

"Good morning suamiku"

"Sayang mau sarapan dulu apa mandi dulu?"

"Mandi dulu Ge, aku harus sholat."

"Yaudah, aku gendong ke kamar mandi ya Ci" Gracio melilitkan handuk terlebih dahulu pada bagian bawahnya dan dengan kehati-hatian penuh, berlaku layaknya sang istri adalah benda yang sangat fragile, Gracio mengangkat tubuh Shani ala bridal style. Otomatis itu membuat Shani mengalungkan tangannya di leher Gracio. Selimut tipis yang sebelumnya menutupi tubuh istrinya pun akhirnya terjatuh dan menampilkan tubuh polos Shani dengan banyaknya bekas merah hasil ciuman Gre pada sekujur tubuh istrinya.

"Maaf ya?"

"Hmm?" Shani sudah mengangkat sedikit tubuhnya hingga bibirnya menempel pada telinga Gre. Rasanya sangat nyaman membenamkan wajah di leher suaminya itu.

"Maaf karena aku mainnya terlalu ganas."

"Gapapa Ge" Shani mencium pelipis suaminya saat Gracio akan menurunkannya di bathtub. Mereka sangat beruntung menemukan flat khusus khusus mahasiswa dengan fasilitas yang lumayan lengkap dan letak yang strategis.

"Hari ini mau yang wangi apa buble bathnya, Vanila? Atau mau yang british rose?" Gracio masih berdiri di dekat rak sabun dan memilihkan sabun mandi untuk Shani. Sementara gadis itu telah duduk dengan tenang sambil memainkan tangannya di air.

"Kamu maunya yang mana?"

"Eh? Yang ini aja gimana?" Gracio menunjukkan sebuah botol berwarna biru muda yang diangguki oleh Shani. Wangi Aloe sama Chamomile adalah pilihan suaminya.

"Ayo mandi bareng"

Tanpa menuju persetujuan dari Gracio, Shani langsung menarik handuk yang sedari tadi melilit tubuh suaminya dan melemparnya ke sudut ruangan yang masih kering. Shani menuntun jemari Gracio untuk masuk ke dalam bathtub dan memposisikan dirinya di belakang Shani.

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang