Kantin Fakultas Ekonomi siang ini dipadati oleh mahasiswa-mahasiswa yang memilih menyantap makan siangnya di salah satu kantin ternyaman di universitas. Letaknya yang disebelah danau membuat banyak mahasiswa dari fakultas lain rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk makan di kantin FE karena memang harga makanan yang lebih mahal dari kantin-katin lain di kampus ini.
Shani berjalan berdampingan dengan Vino memasuki kantin saat kursi kantin sudah hampir terisi penuh. Mereka baru saja berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing dan memutuskan untuk makan siang dahulu sebelum melanjutkan kelas berikutnya,
Mahasiswa-mahasiswa yang awalnya sibuk menghabiskan makanan mereka seketika hening melihat dua orang yang memang populer berjalan bersama, dengan Vino yang begitu gentle membawakan barang-barang Shani. Bisikan-bisikan penasaran pun mulai terdengar, mempertanyakan apakah kedua orang petinggi BEM Fakultas itu sudah menjalin hubungan.
Shani berusaha menulikan diri, tetap berjalan mengikuti Vino yang memilih tempat duduk kosong di dekat jendela.
"Mau makan apa Shan?"
"Aku jus wortel tanpa gula aja Vin."
"Ga makan? Kelas kita sampai sore lo." Vino memperingatkan.
"Bakso boleh deh, tanpa mie ya." Vino mengangguk penuh senyum dan berlalu untuk memesan makanan mereka berdua. Selama menunggu, Shani mengedarkan pandangan ke sekitar. banyak yang tiba-tiba mengalihkan pandangan saat mata mereka bertemu, namun tidak sedikit yang terang-terangan memandang penuh selidik ke arahnya.
"Shan, tumben lo sendiri." Tiba-tiba muncul Sakti bersama dengan teman-temannya.
Saat Shani akan menjawab, Vino lebih dahulu mendahului. "Wei minggir lo."
"Widihhh, Pak Ketua sama Bu Wakil ya sekarang. Mantap lah ya." Sakti menggoda kedua teman angkatannya. Memang siapapun yang melihat Shani dan Vino akan langsung berpendapat jika dua orang itu cocok. Sama-sama pintar, sama-sama pendiam, dan yang tidak diragukan lagi sama-sama berparas rupawan.
"Udah sana makan, gangguin aja lo."
Vino mendorong bahu Sakti untuk pergi dari mejanya, merasa canggung juga diperhatikan oleh banyak orang.
"Shan, itu Shanju." Vino mengedikkan kepala ke arah belakang Shani dan otomatis membuat Shani menoleh untuk memanggil sahabatnya. Namun belum sempat dirinya mengeluarkan suara Shani menyadari jika Shania tidak berjalan sendiri. Dia tengah berbincang dengan Gracio.
Gracio yang pertama menyadari pandangan Shani kearah mereka, dan entah apa yang Gracio ucapkan, Shania mengalihkan pandangan ke arah Shani dan melambaikan tangan.
"Hai Nju." Vino menyapa Shania yang sudah berdiri disebelahnya.
"Caniya duduk sini aja sama gue, jangan ganggu pasangan baru Shan." Sakti tiba-tiba menambahi dari belakang Shani.
Shani mencuri pandang kearah Gracio yang telah duduk di meja seberang, satu-satunya meja yang tersisa. Shani mengharapkan Gracio memandang ke arahnya namun lelaki itu terlihat acuh dan malah berlalu untuk memesan makanan.
"Sini aja Nju, Tarik kursi aja."
"Engga deh, gue duduk disana aja Shan."
Shania meletakkan tasnya di meja seberang, yang juga adalah meja yang diduduki oleh Gracio.
"Cie Caniya sama Gracio sekarang. Pantes dulu waktu naik gunung nelponin."
"Apaan sih lu, gossip mulu deh."
Dan entah kenapa suasana dan aura canggung menyelimuti meja itu karena tidak ada obrolan diantara mereka. Shani seketika hilang selera untuk menghabiskan makanannya. Beberapa pertanyaan terlintas yang bukannya menemukan titik terang malah semakin gelap tak terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...