"Bisa stop ga sih Ci ketawanya"
Gracio terlihat kesal melihat Shani yang sejak tadi tidak berhenti mengetawainya. Ingin rasanya membungkam mulut Shani agar berhenti tertawa namun apa daya, dirinya tidak seberani itu.
"Ga bisa. Hahahaha" Shani tertawa sambil menepuk-nepuk pahanya. Sedangkan tangan kanannya dengan lincah memutar stir mobil, berbelok kearah gerbang utama kampus. Shani memang tidak bisa berhenti menertawai Gracio yang penampilannya berbeda banget dari yang biasanya Shani lihat. Jika dulu Shani terbiasa melihat Gracio berpakaian semaunya layaknya anak SMA, sekarang dia tidak pernah menyangka akan melihat kekasihnya berpakaian sangat rapi, kemeja dimasukkan, rambut yang dipotong rapi tidak melewati telinga, lengkap dengan atribut-atribut khas mahasiswa baru.
"Turunin aku disini." Tiba-tiba Gracio melepas seat beltnya.
"Eh, kok ngambek sihhh. Dedek Cio kok ngambekan sih sekarang." Shani terlihat kaget dengan reaksi Gracio.
"Maafin aku, jangan marah ya. Kan aku becanda." Shani meraih tangan Gracio untuk digenggamnya.
"Siapa yang marah sih Ci, maba kan ga diizinin naik kendaraan dan dianter jadi mesti turun disini. Yang buat aturannya kan kamu Yang sama temen-temenmu. Masa lupa sih"
Jangan tanya betapa malunya Shani yang berpikir Gracio akan ngambek. Gracio sudah kebal dengan siksaan Shani guys."Hehe aku lupa. Yaudah, jangan sampai ada yang ketinggalan perlengkapannya. Kalau ada apa-apa kabarin. Botol minumnya jangan lupa."
"Ish, aku udah gede tau Ci, ga usah diingetin bawa botol minum lagi. Udah ya aku turun."
"Eh tunggu dulu." Gracio yang sedang meraih kenop pintu berhenti dan menoleh ke arah Shani.
"Peluk dulu."
Gracio tersenyum lebar dan dengan senang hati memeluk Shani erat. Karena sedikit gugup Gracio sampai lupa memeluk Shani, padahal biasanya dia yang minta.
"Kamu jangan buat ulah ya, dengerin aja kata kakak-kakak panitianya. Aku udah masukin sunblock di tas, nanti pas kegiatan lapangan dipakai, biar ga belang. Semangat ya junior"
Shani membenarkan kerah baju Gracio, memasukkan tissue kedalam kantong kemejanya, dan diakhiri dengan mencubit pelan pipi kekasihnya."Iya, semangat jagain dedek-dedek lucu senior. Love you"
Gracio melambaikan tangan kepada Shani dan segera turun dari mobil. Menunggu hingga mobil Shani menjauh sebelum melanjutkan perjalanannya menuju lapangan tempat mahasiswa baru berkumpul.***
"Gila senior-senior kok pada cakep cakep banget yak" Mario, salah satu teman Gracio berkomentar saat seorang senior melewati mereka."Cakepan juga pacar gue kemana mana"
"Lah pacar lo juga senior disini bego" Mario memukul pundak Gracio sebelum melanjutkan aktivitasnya memandangi kakak senior.
Melihat dirinya diperhatikan terus oleh Mario, panitia tersebut mendekat.
"Kamu bisa dik?""Hah bisa apa kak?"
"Kamu gak denger ya, tadi kita lagi cari mahasiwa yang mau jadi peraga ekskul Mapala. Kamu mau?"
seketika Mario pucat pasi. Jangankan bergelantungan di tali, diajak panjat tembok untuk bolos sama teman-temannya aja dia ga berani.
"Wah ini aja Kak, dia anak Sispala dulu jago dia."
Mario menunjuk Gracio yang sedang minum dari botol minum ungunya. Seketika membuat Cio hampir menyemburkan minumnya."Bisa gak dik?" Kakak itu beralih memandang Gracio.
"Bisa sih Kak, tapi.. aku belum izin." Iya dia belum izin sama Cici kesayangan. Kalau sang pacar membuas karena gak dikabari kan bahaya.
"Tenang aja, aman kok. Diawal juga udah tanda tangan mengikuti ospek kan jadi ga akan ada masalah. Yuk kesana bentar, mau diberi pengarahan."
Gracio akhirnya ikut bangkit menjauhi kerumunan mahasiswa yang dibuat duduk melingkar di lapangan untuk menyaksikan demo ekskul.
***
Shani bergabung dengan panitia-panitia lainnya duduk di bawah pohon rindang menunggu demo ekskul dimulai. Disebelahnya Shania tampak kelelahan sehabis menghukum mahasiswa baru yang melanggar. Shania memang menjadi anggota komisi disiplin, hal itu terlihat dari lakban hitam yang tertempel pada lengannya. Shani terlihat lega karena Gracio menjadi anak baik dan tidak dihukum hari ini.
"Kasi space dong, ini nanti anak Mapala bakal pake pohon ini buat demo ekskul" pengurus ekskul Mapala terlihat mensterilkan lokasi tepat di depan Shani dan Shania duduk.
"Eh denger-denger yang demo buat flying fox maba loh." Shania memberitau Shani yang terlihat sibuk dengan hapenya.
Ini si gendut ngapain sih sok sokan banget ga bales chat."Shan liat shan keren banget!" Shania menarik tangan Shani, yang mau tidak mau membuat Shani memperhatikan demo salah satu ekskul yang legendaris di kampusnya. Terlihat dari seberang sana seseorang tengah menaiki pohon besar di seberang mereka. Gerakannya lincah, walau batang pohon yang dinaikinya lumayan besar. Saat sudah menginjak ranting yang cukup tinggi, akhirnya orang itu meluncur, mendekat ke arah tempat panitia berkumpul. Beberapa mahasiswa dibawahnya berteriak kagum sekaligus terpesona karena memang terlihat sangat keren.
Namun saat jarak mereka mungkin tinggal 20 meter, Shani dibuat tekejut karena dia begitu mengenali orang yang saat ini bergelantungan dengan tali webbing di atasnya.
"Shan, itu kan brondong lo!?" Shania berteriak pelan. Sedangkan Shani tanpa perlu diberitau oleh Shania dia sangat mengenali sosok tersebut.
"Ih cakep" Shani dapat mendengar adik tingkatnya divisi medik berkomentar.
Ganjen.
Akhirnya tali berakhir membuat Gracio berhenti tepat beberapa meter di depan Shani, Gracio menyunggingkan senyumnya pada Shani, yang menatapnya tajam.
Caper.
***
Niatnya update yang sebelah tapi stuck jadi yang ini aja 😂
Ini cerita versi beta ya, ga janji bakal lanjut kalo gege sama shani pisah. Kan jadi ga bisa gesrek 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...