Jadi yang udah baca bonus part, pasti tahu kalau sebelumnya Ve udah nyamperin Gre ke Aussie kan ya, juga udah tau yang terjadi ke Ci Cani... Dan... ini lanjutannya :)
"Jadi ga bisa nemenin?"
"Iya Ka Ve, aku nemenin Ci Shani di kampus. Ini lagi di RC Center. Maaf ya.. Besok kalo Ci Shani udah baikan aku temenin ke Egonnya"
Veranda menghembuskan nafas kecewa.
"Yaudah kalau gitu."
"Have fun ya Ka jalan-jalannya."
"Kamu disana sampai kapan?
"Di RC center? Paling sampe jam makan siang Ka"
Veranda mengecek jam tangannya. Masih pukul 9 pagi. "Kalo aku kesana boleh?"
"Ka Ve mau kesini? Ya gapapa sih..."
"Yaudah tunggu disana ya, aku jalan sekarang abis breakfast"
Veranda langsung menghabiskan Sauge Sangers yang tersisa di piringnya. Ia merombak total rencananya hari ini yang awalnya akan berbelanja dan berkeliling The Rocks, menjadi hanya menemani Cio yang menemani istrinya. Great...
Gadis itu memilih menggunakan uber daripada berjalan kaki walau jarak The Ledge RC Centre tidak terlalu jauh dari taman yang kemarin mereka kunjungi, yang juga masih di dalam area The University Of Sydney. Ve hanya ingin memanfaatkan waktu dengan baik.
.
.
."Kita seharusnya ga kaya gini.... Atau lebih tepatnya, aku seharusnya ga kaya gini."
Mata teduh Gracio balas memandang Veranda lama, seakan menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya. Namun Veranda memilih memandang jauh ke arah mahasiswa yang sedang bermain kriket di oval field.
Beberapa detik berlalu, hingga akhirnya gadis itu berbalik menatap Gracio yang bersandar di pagar pembatas. Kemeja flanel yang melapisi no sleeve shirt, serta rambutnya yang sudah memanjang tertiup angin, membuat ujung rambut dan kemejanya berkibar. Semakin dewasa, lelaki polos ini justru semakin membahayakan. Jika dulu ia bisa meyakinkan hati untuk tidak suka dengan Gracio karena tampangnya yang masih seperti anak SMA, kali ini dengan kumis dan jenggot tipis yang mungkin sengaja ia tumbuhkan membuat Ve tidak punya alasan untuk tidak menyukai Gracio.
"Io, you are the perfect definition of a lucky bastard"
Veranda mendekatkan tubuhnya ke arah Gracio. "Kamu itu pinter. Berlindung di wajah polosmu itu, kamu buat baper semua orang. Dengan tanpa hatinya kamu berlaku baik ke semua orang. Orang-orang ngira kamu tulus, polos, dan memaklumi semua perlakuanmu yang menggantungkan hati banyak wanita. Itu kan kamu yang sesungguhnya? Gracio Harlan?"
"Kamu menarik simpati orang dengan bermental korban, membuat orang orang menaruh kepedulian yang besar sama kamu, pintar ya kamu?"
Rahang Gracio mengeras, ia bisa melihat tatapan tajam lelaki itu yang seakan tidak setuju dengan ucapan Veranda.
"Marah ga kamu kalo aku bilang gitu?"
Dan sesuai dugaan lelaki itu mengangguk.
"Aku ga pernah ngelakuin apa yang kamu bilang, bahkan mikirin pun engga."
"Tau gak, kalimat itu selalu aku rapalin di dalam hati tiap hari. Frekuensinya makin sering kalo aku lagi sama kamu. Aku mau yakinin diri, kalo kamu kaya gitu. Biar aku ga perlu lagi mandang kamu sebagai orang yang spesial. Biar aku sadar, aku disini itu korban. Korban dari bajingan yang sangat beruntung seperti kamu."
"Pernah ga kamu tertarik sama aku?"
"Ka Ve..."
"Jawab aja, toh ini pertanyaan yang sejak dulu pengen aku tanya. Aku jauh-jauh ke Aussie buat ketemu kamu. Dan harusnya pertanyaan ini menjadi pertanyaan prioritas yang harus mendapat jawaban"
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
Fiksi PenggemarHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...