Shit!
Gracio berlari secepat yang dia bisa menuju apartemen kekasihnya dengan masih menggunakan seragam futsal. Dia tau dia sudah sangat telat dan melewati batas waktu yang ditentukan shani.Hari ini adalah hari sabtu, sehingga Gracio mendapat izin untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya. Namun karena terlalu asik bermain Gracio lupa bahwa Shani menerapkan jam malam kepadanya.
Selama masa ospek, gracio memang tinggal di apartemen shani. Karena masa ospek kampus mereka yang lumayan lama dan lebih awal dari jadwal semester baru dimulai, menyebabkan sulitnya mendapat tempat tinggal untuk gracio yang sesuai dengan keinginan Shani. Kos untuk kekasihnya itu harus yang khusus cowok, harus bersih, parkiran luas, dan masih banyak lagi. Gracio yang capek berburu tempat kos pun akhirnya memutuskan tinggal sementara di apartemen Shani yang memang memiliki 2 kamar tidur.
Tapi jangan bayangkan bahwa ketika mereka tinggal serumah terus bebas melakukan hal hal yang 'diinginkan'. Itu salah besar. Gracio yang polos dan terlalu takut dengan Shani bahkan tidak pernah memikirkan akan bertidak seperti itu, sedangkan shani yang memang tsundere juga tidak pernah merayu Gracio untuk berani bertindak lebih.
Begitu memasuki apartemen aura mistis sudah dapat Gracio rasakan. Dengan perlahan dia berjalan mendekati Shani yang sedang menonton TV di sofa.
"Sayang, aku pulang." Gracio berucap sangat pelan, seakan takut jika suara nya lebih tingi setengah oktaf saja, amarah Shani akan meledak.
Shani masih membisu namun tangannya meraih remote TV, mematikan satu-satunya sumber suara di apartemen ini untuk fokus pada kekasihnya.
Gracio langsung memasang tampang pura pura bersalah karena melanggar janjinya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya karena dipandang oleh Shani. Gadis yang sudah menggunakan piyama itu membenarkan letak kacamatanya sebelum berbicara.
"Beri aku alasan yang logis kenapa kamu bisa telat 46 menit dari jam yang udah kita sepakati"
Gracio masih bergeming, berusaha mengalihkan pandangan dari Shani namun gadis itu langsung menangkup wajahnya agar tidak berpaling.
"Eewww" Shani bergidik jijik ketika menyentuh pipi Gracio yang ternyata penuh keringat, dengan cepat mengelap tangan di kaos Gracio yang ternyata sama basahnya.
"Kamu 4 jam pergi ngapain aja sampai ga bisa ngabarin, ga bisa bersih-bersih dulu?" Shani menuntut penjelasan.
"Aku tadi main ci, habis itu ngobrol di lapangan, ga pegang hp. Cici jangan marahh" Gracio memasang tampang memelasnya.
Shani menghembuskan nafas lelah. Selalu seperti ini. Dirinya selalu kalah dari hobi dan teman teman Gracio. Dia selalu nomor dua setelah PS, futsal, teman-teman, dan game moba nya. Kadang Shani merasa seperti Patrick yang selalu menunggu kepulangan Spongebob jika sedang menunggu Gracio berkutat dengan kesibukannya. Sedangkan dia hanya bisa menunggu satu-satunya sumber hiburannya. Walau Shani memiliki banyak teman dsn juga sibuk dengan kegiatan kampus, namun tetap saja Gracio adalah prioritasnya.
Gracio merasa bersalah mendengar hembusan nafas lelah dari Shani. Dia lebih baik dimarahi daripada didiamkan seperti ini.
"Sayang, jangan marah." Cio menarik ujung piyama Shani agar Shani menoleh kepadanya. Namun Shani masih acuh dan terlihat sibuk dengan handphonenya.
"Ci, maafin aku." Gracio berusaha merebut handphone Shani namun ditepis dengan mudah oleh Shani. Akhirnya gadis itu kembali memfokuskan diri pada Gracio.
"Iya, aku tau kok. Kamu kan emang ga pernah mau dengerin kata kata aku kan. Kamu juga kayaknya bosen seharian sama aku makanya betah banget diluar. Aku sadar kok."
"Engga gitu Ci, jangan kaya gini." Akhirnya Gracio merengek dan langsung memeluk tubuh Shani dengan erat, menenggelamkan kepalanya diperut Shani. Dirinya merasa sangat bersalah, Shani yang begitu baik padanya, begitu menyayanginya sampai berkata seperti itu.
"Aku janji ga akan main lebih dari jam malam lagi, aku janji kabarin Cici terus. Tapi jangan ngomong gitu lagi." Gracio masih memeluk perut Shani dengan erat.
Tanpa Gracio ketahui Shani tersenyum penuh kemenangan. Menaklukkan bocah ini emang gak bisa dengan marah-marah. Itu bakal masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Shani sudah hapal betul. Gracio harus dibuat merasa bersalah, merasa sudah menyakiti Shani maka lelaki itu akan berlaku sangat manis untuk menebus rasa bersalahnya.
Shani melepas pelukan Gracio, memasang wajah sedih. "Aku ga maksa kamu Ge, aku tau mungkin kamu bosen juga sama aku kan. Aku sadar kok."
Sedangkan Gracio diberi kata-kata seperti itu tambah merengut. Dia tidak suka jika Shani berkata seperti itu, bahkan dia takut jika Shani akan meninggalkannya.
"Sayang jangan ngomong gitu, aku ga suka. Aku ga pernah bosen sama kamu. Aku janji minggu ini bakal habisin waktu sama kamu. Jangan tinggalin aku Ci."
Gracio memeluk tubuh Shani erat, Shanipun akhirnya tidak tahan lagi dan membalas pelukan bayi besarnya dengan tak kalah erat. Gemas dengan tingkah laku Gracio. Bahkan dirinya tidak keberatan walau piyamanya ikut basah karena keringat. Dan malam ini Shani habiskan dengan menenangkan Gracio yang ternyata sangat terpukul dengan kata-kata Shani. Memeluk kekasihnya sepanjang malam mungkin akan jadi salah satu kegiatan favoritnya.Tega ya ci Shani bikin Gege sedihh 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...