Saat Shani memasuki lapangan tempat dilaksanakan Orientasi Pengenalan Kampus dia mendapati Gracio tengah dihukum push up oleh komisi disiplin di depan mahasiswa baru lainnya. Seketika dia merasa bersalah karena menahan Gracio tadi. Dia memilih duduk menyendiri, tidak bersama panitia-panitia yang lain. Shani memang bukan mahasiswa yang aktif di organisasi, walaupun dirinya sangat populer di fakultas maupun di universitas.
Shani Indira Natio
Pembawaannya yang pendiam membuat orang-orang segan untuk mendekati, terlebih karena pesonanya membuat orang-orang hanya berani mengagumi dari jauh. Shani bagai gadis yang tidak tersentuh, selalu sibuk bersama Bapak dan Ibu dosen entah mengerjakan project atau ditugasi sebagai asdos di mata kuliah yang diampu. Namun itulah yang membangkitkan pesonanya.
Tidak jarang mereka melihat Shani menjadi moderator di acara-acara diskusi mengenai bisnis dan investasi. Gadis yang terlihat sangat sempurna, yang bahkan membuat orang tidak bisa mencari celah untuk tidak menyukainya.
Tujuan Shani mengikuti kegiatan kemahasiswaan ini tidak lain adalah untuk menjaga Gracio. Dia menyadari betul jika Gracio adalah orang yang selalu mengutarakan apapun yang dianggapnya benar. Sosok orang yang sangat idealis yang pernah Shani kenal. Gracio tidak akan segan-segan mengeluarkan pendapat jika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan pandangannya. Berbeda dengan Shani yang selalu berpikiran realistis. Shani dapat dengan mudah mengatur pandangannya sesuai dengan yang diinginkan lawan bicara. Realisme yang dianut membuat orang dengan mudah mencintainya.
Perkenalan mereka dulu didahului oleh kejadian tidak mengenakan pada masa Ospek SMA, dan Shani tidak ingin hal itu terjadi lagi.
***
Gracio mengusap peluhnya, sangat kesal karena Shania seperti benar-benar balas dendam kepadanya. Namun dia tak mau kelihatan lemah, dia harus menghapus stigma manja di mata Shania!
Sembari menunggu perlengkapan OPK yang sedang dibagikan Gracio mengedarkan pandangan kearah panitia, mencari sosok Shani.
Rasa kesalnya bertambah melihat Shani yang sedang asik mengobrol dengan dua panitia yang Gracio tau bernama Vino dan Boby, Ketua Panitia dan Ketua Komisi Disiplin. Gracio tau betul kedua lelaki itu berebut mencari perhatian Shani.
"Jangan diliatin terus entar makin panes." Shania tiba-tiba datang dan mengulurkan sebotol air mineral kepadanya, menyadari arah pandangan Gracio.
"Udah ngambil barang-barang belom?" Gracio menggeleng, menuangkan minuman yang Shania berikan ke kepalanya, udara sangat panas ditambah melihat adegan panas membuat Gracio perlu menyegarkan pikirannya.
"Ya kalo gitu kenapa gak ikut baris bocahhhh, sana baris! Bener bener lu ye buat orang darah tinggi aja."
.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore namun mahasiswa baru terlihat masih sibuk berlalu-lalang melaksanakan arahan yang diberikan panitia kepada mereka. Sebelumnya mereka diharuskan untuk membentuk kelompok kecil yang terdiri dari satu orang laki-laki dan satu orang perempuan dimana masing-masing kelompok kecil akan meminta panitia untuk menjadi Kakak Asuh.
Gracio masih saja duduk di bawah pohon, sedangkan Mario sudah mendapatkan pasangan dan sedang mencari Kakak Asuh.
"Eh, sana samperin Kak Shani. Buat apa lo punya pacar jadi panitia kalo ga dimanfaatin. Sana!" Mario berbisik sambil mendorong Gracio untuk bangkit. Sedangkan Gracio terlihat enggan untuk berdiri. Jiwa idealisnya memberontak dengan kegiatan-kegiatan senioritas seperti ini.
Di lain tempat Shani terlihat khawatir melihat kekasihnya terlihat malas-malasan sedari tadi.
'Itu anak ga ada niat minta gue jadi kakak asuhnya apa' batin Shani. Padahal sudah ada beberapa lelaki bergerombol yang memandang takut-takut kearahnya yang sengaja diacuhkan. Tangannya terlipat di depan dada, berpura-pura mendengarkan percakapan panitia lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanfictionHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...