smell the rain

4.6K 355 163
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Gerimis membasahi kaca kedai kopi tempat Shani menghabiskan waktu istirahat siangnya bersama Shania. Memandang jauh ke arah danau dengan tanpa henti menempelkan handphone di daun telinga, mencoba menghubungi kekasihnya sedari tadi. Sudah dua hari, namun Gracio masih mengacuhkannya. Ini rekor terlama Gre ngambek padanya. Dan ini membuktikan bahwa kekasihnya benar-benar serius menjalankan aksi ngambeknya.

Shania yang sedari tadi diam menemani ikut pusing melihat Shani yang jiwanya seperti tidak berada di bumi. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Dengan pelan Shania menggeser gelas Caramel Macchiato Shani yang sudah mendingin ke arah gadis itu.

"Sebelum dingin."

Shani menghembuskan nafas lelah dan memilih meletakkan iphone keluaran terbaru miliknya di meja. Sungguh dia bingung mencari keberadaan kekasihnya. Dia sudah mengunjungi kost Gre dua kali namun sepertinya Gracio tidak pulang ke kos. Begitupun ketika dia mencoba menunggu kekasihnya saat mata kuliah usai, namun Gracio selalu menghilang lebih dulu.

Di lain tempat, Shania terlihat bimbang. Dia sepertinya mengetahui Gracio dimana, namun dirinya ragu untuk mengatakannya pada Shani. Tidak mau jika nantinya Shani salah sangka, dan tidak ingin mengganggu Gracio yang mungkin sedang ingin menenangkan diri.

"Gre dimana ya Nju?"

"Mungkin dia lagi nenangin diri, gimanapun minggu-minggu ini pasti jadi minggu terburuknya."

Shani masih mengaduk caramel macchiato sembari merenung.
"Apa publikasiin hubungan sama gue segitu buat dia menderita?"

"Bukan masalah publikasiin hubungannya, tapi tanggapan orang-orang. Ga mudah buat orang nerima lo sekarang sama Gre. You know that, right?"

"Why?"

"Why? Oh come on Shan, lo tahu persis kenapa. Jangan bilang lo selama ini ga sadar."

Shani benar-benar bingung. Apa yang dimaksudkan Shania?

"Maksud gue, oke gue tahu kalo banyak anak-anak yang ga nerima and ngomongin kita dibelakang. Tapi ya sebatas itu kan?" Shani memastikan. Namun dari kalimatnya terbersit perasaan ragu yang mulai menyelimuti.

"Nju, hanya itu kan? He is okay right?"

"Kalau tiap hari harus lunch di Kantin Teknik, pergantian kelas nunggu di tempat sepi, got scolded by lecturer just because he loves you, dituduh yang enggak-enggak sama temen-temennya itu menurut lo hal yang wajar dia terima, yes he is okay."

"Shan, lo ga bener-bener ngira bahwa ini hanya masalah kecemburuan aja kan? Lo ga bener-bener berpikir kalo mereka hanya diem dan ngomongin kalian di belakang tanpa ngelakuin sesuatu kan?"

Shania menambahkan saat melihat Shani yang masih terdiam. Mencerna semua informasi yang disampaikan oleh Shania. She never knows.

Shani POV

Head Over Heels [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang