Semua orang adalah tokoh utama di cerita hidup masing masing, namun hanya pemeran tambahan di cerita orang lain.
Gracio menghentikan langkah kakinya begitu mendengar permohonan Shani. Dengan seorang Shani bicara selirih itu membuat kakinya seakan dipaksa untuk berhenti.
Shani yang melihat Gracio berhenti walau belum mau menoleh ke arahnya pun mendekat. Menatap punggung orang yang selama ini mau dan mampu menahan berat tubuhnya, punggung yang selalu ada untuk dirinya."I want to start by saying that Iam sorry Ge.
"Sorry that I didn't love you the way you deserved.
Iam sorry that I couldn't really explain to you why we had to end.
Im sorry I gave up on us and break your heart.
Aku seharusnya menyadari, kamu berhak atas penjelasan. Kami punya hak mempertahankan. Tapi aku dan egoku seperti berlomba menyakitimu.
Tanpa aku pernah sadar, orang yang sedang aku coba lumpuhkan adalah orang yang paling aku sayang dan paling ngerti aku.
Aku dengan begitu bodoh mempertanyakan tujuan kita bersama. Meminta kepastian padahal kita berdua sama. Sama sama ga tau jawaban apa yang tepat untuk hubungan kita.
Hingga aku ingkar akan semua ucapanku, aku memilih meninggalkanmu. Jalan pintas yang aku kira adalah rute terbaik.Baru setelah itu aku sadar bahwa ada banyak orang yang bersedia bahagiain kamu, yang bisa dengan mudah menggantikan posisiku. Egoisnya aku, hanya untuk perasaanku aku menjadi antagonis untuk semua orang di sekitarku.
Aku tahu, Shania ada rasa sama kamu, dan sekarang otakku dipenuhi pertanyaan apa kamu punya perasaan yang sama sama dia.
Egois banget ya aku Ge? Boleh ga aku egois sekali lagi? Aku tahu aku udah menyakiti banyak orang, aku tahu caraku jahat banget buat akhirin hubungan kita waktu itu. Tapi aku bener-bener mau perbaikin ini semua Ge. Give me one more chance to be with you again."
Gracio berbalik, melihat Shani yang menahan isak tangisnya membuat dia sakit. Namun dirinya pun tidak ingin merasakan sakit lagi.
"Cishan ga usah minta maaf, aku sadar kok kalo aku juga bukan orang yang pantas bersanding sama kamu. Tentu memang pasti akan selalu terpikirkan untuk ninggalin aku"
"Aku bahkan ga pernah mikirin sampai kesana. Aku cuma ga kuasa ketika dihadapkan sama keluarga Ge"
"Aku juga punya keluarga Ci, dan keluarga ku juga ga mungkin setuju jika tahu aku menjalin hubungan kaya gini. Tapi apa Cishan pikir aku lantas pergi dan ninggalin Cishani? Enggak. Sejujurnya aku bahkan akan hadepin semua yang berusaha menentukan masa depanku."
"Dan itu yang aku lakuin. Aku tahu kalau hubungan ini perlu kita perjuangin. Aku juga gamau kamu berjuang sendiri. Itulah kenapa aku menghilang 3 hari ini. Aku balik ke Jogja, aku minta izin sama Ko Dyo. Aku udah ngelakuin kesalahan sekali, dan aku gamau kehilangan kamu lagi."
***
Yogyakarta, 3 hari yang lalu..
"Assalamuailakum" Shani melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, kehadirannya mungkin mengejutkan seisi rumah Shani karena gadis itu pulang tanpa mengabari.
"walaikumsalam. Adek, kok pulang ga bilang-bilang?" Mama Shani yang masih sibuk mendikte asisten rumahnya di dapur terkejut dengan kehadiran anak bungsunya.
"Iya Mam, kebetulan Adek free jumat sabtu jadi pengen pulang." Shani memeluk Mamanya dari samping. Berada di dekat Sang Mama selalu memberikan kahangatan yang sama saat dirinya berdekatan dengan Gracio.
"Yaudah, Adek bawa ini ke meja makan. Mama panggil Koko kamu dulu. Mereka pasti terkejut banget Adek pulang. Papa juga sebentar lagi sampai rumah."
"Dek! Sejak kapan di rumah?" Tebakan Shani dan mamanya memang tepat. Begitu Keenan dan Dyo menuruni tangga untuk makan malam, mereka begitu terkejut dengan kehadiran Shani yang tengah menata lauk di meja. Berbeda dengan Keenan, Dyo memilih tetap diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
Fiksi PenggemarHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...