Belum terlambat bagi sebagian besar orang untuk membuat sebuah resolusi di Bulan Februari ini. Entah resolusi finansial, kesehatan, ataupun asmara. Khusus untuk Shani, sejak kemarin dia menyusun resolusi dadakan untuk tahun 2020. Diantara list yang dia tempel di dinding kamarnya, terdapat satu agenda yang menjadi concern dan mempunyai tingkat prioritas tertinggi untuk Shani saat ini:
Balikan sama Gre!
Dicetak dengan font size 72 dan di bold!
Resolusi yang membuat Shani rela meninggalkan apartemen nyamannya pagi-pagi buta untuk menuju ke kampus. Melupakan ballet yoga pants dan tanktop yang menjadi outfit olahraganya setiap pagi, berganti dengan Adidas zne pants dan tshirt dengan merk yang sama. Dia tak henti mengamati apple watch yang melingkar di tangannya untuk memastikan timingnya tepat.
Selama beberapa hari ini, Shani telah melakukan pengamatan mengenai kegiatan Gracio sehari-hari selama liburan. Dan hasil pengamatan itu membawa Shani kesini, sekarang. Yaitu area jogging trek di kampusnya.
Setelah penantian cukup lama, akhirnya ekor mata Shani menangkap sosok kekasihnya yang terlihat baru datang dan melakukan pemanasan di depan Pusat Kegiatan Mahasiswa. Dengan itu, dimulailah akting pertama Shani.
Ia langsung mengenakan headshet wirelessnya dan mulai berlari melewati area tempat Gracio pemanasan. Gracio yang sedang Stretching pun terkejut ketika melihat Shani melewatinya.
Sejak kapan Shani suka lari? Olahraga Shani cuma 2, yoga dan renang. Dia tidak suka olahraga yang membuat gerah.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Gracio mulai mensejajarkan langkahnya pada Shani. Melihat Gracio yang sudah ada disamping dan tengah memandang dirinya membuat Shani memasang muka pura-pura terkejut, namun kemudian memberikan senyuman termanisnya.
"Lari bareng?"
"Hah?" Shani pura pura tidak mendengar ucapan Gracio. Walau memang benar musik yang sedang diputar di headshet wirelessnya sangat kencang, namun gadis itu masih bisa membaca gerak bibir Gracio yang hanya berjarak kurang dari semeter dengannya.
Shani melihat Gracio tersenyum, yang seakan menghentikan aliran darahnya ke otak untuk berpikir. Namun gadis itu masih dapat menangkap kode dari Gracio untuk melepaskan headshetnya.
"Sorry, kenapa Ge?"
Mendengar panggilan itu, Gracio tidak langsung menjawab. Dan ini memang menjadi salah satu trik Shani yang lain. Bahwa dia akan mempertahankan panggilan sayangnya pada Gracio. Berharap dengan itu si mantan akan sulit move on.
"Aku tadi bilang, mau lari bareng?"
"Oh, ga usah. Aku larinya lama nanti malah ngerusak pace lari kamu."
"Oh yaudah kalo gitu, semangat ya"
Loh loh, kok gini?
Harusnya kan kalo ini Gracio, dia akan memaksa untuk menemaninya walaupun lari Shani selelet kura-kura. Namun gadis itu hanya bisa memandang punggung Gracio yang benar-benar sudah menjauh.
Apaan, masa percobaan pertama udah gagal!
Akhirnya Shani memaksakan lari agar tidak tertinggal jauh dengan Gracio. Tujuannya terfokus pada punggung lelaki itu, sampai-sampai dia tidak menyadari jika mereka hampir mengitari setengah luas fakultas-fakultas di kampus. Mereka melewati FMIPA dan Farmasi, menyusuri sepanjang danau Mahoni, danau yang memisahkan fakultasnya dengan FIB, FISIP, Psikologi, dan FH. Ketika Shani mengecek outdoor running di jam tangannya, ia terkejut ketika melihat jarak tempuhnya sudah 2,34km. Dirinya memilih beristirahat dan tidak mengikuti Gracio lagi. Keterlaluan jika dia memaksakan tubuhnya, bisa-bisa Shani tidak bisa magang esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
Hayran KurguHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...