One year later...
Bunyi mesin pemanggang roti memecah keheningan pagi ini di sebuah apartemen di kawasan Senopati. Kepulan hangat dua cangkir kopi gayo khas Sumatera memenuhi dapur kecil itu. Shani, yang telah siap dengan pakaian kantornya keluar dari kamar dan meletakkan dua potong roti itu diatas piring, lengkap dengan unsalted butter dan strawberry jam.
Keenan yang juga telah siap dengan pakaian kantor segera duduk pada kursi kosong di depan Shani. Ia melirik adiknya yang tengah sibuk membaca rubrik finance pada koran nasional yang terbuka di depannya.
"Adek ga makan?" Keenan mengoleskan selai ke roti panggangnya. Pertanyaan basa-basi sebenarnya karena ia sudah mengetahui jawaban Shani.
"Ga, lagi diet."
Shani melipat koran dan mengamati Keenan yang tengah meneguk habis kopinya. Tidak habis pikir kenapa Kokonya masih saja berkunjung kesini padahal istrinya sedang hamil muda.
"Koko ga perlu ke Jakarta lagi tiap minggu. Kasian Ka Yona lagi hamil pasti butuh ditemenin"
Selama setahun ini, Keenan dan Dyo secara rutin menemani Shani di Jakarta. Alasannya agar Shani tidak sendiri.
"Udah ga usah cerewet, nanti Ko Dyo kesini minggu depan."
Keenan sudah siap menggunakan jaketnya. Berbeda dengan hari biasanya, kali ini Keenan bukan menggunakan kereta untuk kembali ke Jogja namun menggunakan pesawat. Jadi Keenan akan langsung ke tempat kerja, setibanya lelaki itu di Jogja.
"Ko, ga usah. Aku udah lupa sama dia kok." Shani mengucapkan kalimat itu memang terdengar biasa saja. Acuh. Tapi Keenan tahu jika adiknya masih belum bisa lupa. Bahkan nama itu seperti terlarang diucapkan di depan Shani.
"Kamu ngomong sendiri sama Ko Dyo sana, kaya bisa aja kakakmu itu diatur Koko"
"Hmmm, yaudah tapi please stop kasi dia bawain masker sama hand sanitizer. Sejak tahun lalu oleh-olehnya ga pernah beda dari ini. Bisa-bisa kos Adek nanti beralih fungsi jadi gudang masker." Shani menunjuk 1 kabinet yang memang shani khususkan menyimpan semua barang yang dibawakan Keenan dan Dyo setiap minggu. Masker dan hand sanitizer.
"Hahaha, iya nanti Koko bilang. Koko balik dulu ya Dek." Keenan mencium puncak kepala Shani sebelum hilang dibalik pintu apartemen adiknya.
Shani menghela nafasnya, namun ia tetap mengambil beberapa lembar masker dan sebotol sanitizer untuk ia bawa ke kantor. Sejak wabah virus corona tahun lalu viral, Koko Shani setiap mengunjunginya selalu membawakannya ini.
Setahun telah berlalu sejak hari wisudanya. Sejak malam dimana kehidupan Shani berubah secara drastis. Saat ini, ia sudah tidak lagi menjalani masa probation di tempatnya bekerja dulu. Bahkan ia sudah pindah kerja ke tempat yang lebih besar, tepatnya 6 bulan yang lalu. Saat ini Shani sudah menjadi junior consultant di salah satu perusahaan konsultan.
Hari-hari dia lalui seperti biasa. Bangun pagi, shalat, yoga, kemudian bersiap untuk bekerja hingga larut malam. Terkadang menerima ajakan rekan kerjanya di kantor untuk nongkrong, atau sahabat-sahabatnya sewaktu kuliah. Ia jarang pulang kantor masih melihat matahari. Shani memilih menyelesaikan semua pekerjaannya di kantor, even makan malamnya biasa dilakukan di kantor. Rumah hanya menjadi tempat pesinggahan baginya.
Ketika weekend, Shani biasanya hibernasi dan tidak mau keluar kamar jika tidak terpaksa karena ajakan Koko Shani, entah Keenan atau Dyo yang memang hampir setiap weekend datang untuk menemani Shani dari Jogja.
Speaking about Jogja... Shani hampir tidak pernah pulang ke Jogja, terakhir lebaran tahun lalu.
Saat sedang bermacet ria di Senopati, sebuah motor melintas di depannya padahal jalan yang Shani lewati itu tidak boleh dilalui motor. Inisiatif Shani mengklakson berkali-kali agar motor itu sadar dan untungnya pengendara motor itu segera putar balik dan menggunakan jalan khusus sepeda motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels [END]
FanficHead Over Heels, merupakan definisi dari orang yang tergila-gila akan cinta, yang mau melakukan apapun demi orang yang dia cinta. Dan Gracio beserta Shani adalah definisi sempurna dari bucin itu sendiri. Yang 1 polos, lambat, dan ceroboh. Satu lagi...