"Pertandingan tahap ke sebelas selesai, Kumbawirya lolos!"
Sampai babak ke sebelas, masih banyak terjadi pertumpahan darah. Walaupun banyak anak yang takut dan merasa tertekan melihat kekacauan di babak babak sebelumnya, namun tetap saja mereka harus naik ke atas arena.
Wulung hendak naik ke atas arena saat Janu menarik lengannya.
"Jangan dulu! Kita naik di tahap tahap agak terakhir saja." Saran Janu.
Prediksinya pasti di tahap pertengahan ini masih ada banyak anak yang kuat tersisa.
Benar saja, beberapa diantara anak yang naik ke atas arena memiliki postur tubuh yang besar dan jangkung. Dengan tubuh kekar, anak anak ini bagai sebuah menara di tengah kerumunan. Beberapa anak berbisik untuk menjatuhkan mereka yang terlihat kuat terlebih dahulu.
Aba aba pertandingan kembali bergema. Semua anak pun melancarkan serangannya. Tidak jauh berbeda dengan babak babak awal, babak pertengahan juga penuh dengan kekerasan. Mereka yang bertubuh besar mendominasi pertarungan, sementara yang bertubuh kecil terlempar keluar arena.
Barulah di pertengahan mendekati akhir, suasana yang tadinya panas kini mulai bersahabat. Beberapa anak yang tadinya sempat tegang melihat pemandangan pertarungan sengit sebelumnya, kini sudah mulai terbiasa. Di babak babak ini pemenangnya sudah tidak didominasi oleh anak anak bertubuh kekar dan besar, namun ada beberapa pula yang menang dengan mengandalkan strategi dan kelincahan.
Tibalah babak ke dua puluh lima, Janu naik ke atas arena bersama empat orang anak lainnya. Sementara itu Wulung masih ditahan oleh Janu untuk maju di babak agak terakhir.
" Pertandingan tahap ke dua puluh lima dimulai!" Aba aba diberikan oleh Suli.
Janu yang mendengar aba aba tersebut segera melesat ke tengah arena. Targetnya adalah seorang anak bertubuh kecil yang masih belum terbiasa dengan pertarungan. Anak itu sedang berusaha menghindari serangan dua lawan yang dekat di sampingnya. Dia tidak sadar kalau Janu pun ikut mengincar dari belakang.
Dengan sekali lompat, Janu menendang anak itu tepat di punggung, membuatnya jatuh terguling ke depan. Sayang serangannya itu tidak membuat anak itu jatuh keluar arena, dia masih bisa bertahan walau sambil meringis kesakitan.
Gagal dengan serangan pertama, Janu dengan cepat berlari ke arah yang lain. Dia menghindari serangan dua orang yang tadinya melawan si anak kecil. Sambil berlari, dilihatnya si anak kecil sedang menghadapi musuh baru di ujung arena.
Perlahan tapi pasti, Janu bertahan dari dua orang lawan barunya sambil terus mendekati targetnya tadi.
Sampailah jaraknya dengan si target, keduanya sedang bertarung di belakangnya. Dengan secara tiba tiba, Janu mengambil sebuah momentum. Saat dia ditendang oleh salah satu lawan, Janu berpura pura terlempar ke belakang. Dia dengan keras melemparkan diri dan menabrak tubuh si target.
Si anak kecil kaget dengan serangan tersebut, dia pun terpental keluar arena saat terkena dorongan tubuh dari Janu.
Tidak hanya itu saja, sesaat dia menabrakkan diri dengan si anak kecil, kakinya juga menendang lawan dari si anak kecil itu. Lawannya itu pun juga ikut terpental keluar arena. Satu serangan dua musuh gugur.
Kini lawannya tinggal dua orang anak yang sedari tadi menyerangnya. Mereka kini tengah berkelahi masing masing, sambil terus mengawasi pergerakan Janu. Tatapan mereka was was, mengisyaratkan untuk jangan mendekat.
Tentu saja Janu mendekati kedua anak itu. Dengan tenang dia bangkit, lalu perlahan bergerak memutari keduanya. Agak lama mereka berdua berkelahi, sambil berkelahi mereka juga melirik pergerakan Janu.
Disini Janu terus mencari celah untuk ikut menyerang. Dia pun mendapat sebuah ide. Dia memutari kedua lawannya sampai ke tengah arena. Dari situ dia terus mendekati keduanya sambil perlahan menggiring mereka ke pinggir arena.
Dua anak yang sedang bertarung tidak sadar kalau mereka sedang digiring ke pinggir arena. Kedua hanya bertarung sambil mengawasi Janu, mencoba menjauh darinya. Tampaknya kehadiran Janu membuat pertarungan keduanya menjadi tidak imbang.
Sampailah keduanya di dekat tepi arena, mereka terus saja baku hantam. Disini Janu pun akhirnya mengambil sebuah keputusan. Sambil memukul maju, dia ikut menyerang keduanya. Kini ketiganya terlibat perkelahian yang sengit di tepi arena.
Satu orang gugur saat dia menahan pukulan Janu, tidak sempat bertahan saat ditendang keluar arena oleh lawan satunya. Setelah pukulannya ditahan, Janu mengambil ancang ancang, lalu dengan kecepatan kencang dia mendorong lawan yang tersisa. Lawannya itu belum sempat bertahan setelah sebelumnya dia menendang lawan yang terjatuh keluar arena. Dia pun akhirnya ikut terjatuh keluar arena.
"Pertandingan tahap ke dua puluh lima selesai, Janu lolos!"

KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantasyKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...