Chapter 71. Tingkat Penguatan Energi

382 26 0
                                    

Pertandingan antar murid Perguruan Pinus Angin akhirnya selesai. Janu sebagai juara pertama, disusul oleh Malya, Rangin, dan Wulung. Kini saatnya mereka melawan masing masing juara dari Perguruan Pedang Emas. Kali ini serius, mereka mengeluarkan senjata masing masing.

Kelima pemenang dari Perguruan Pedang Emas tidak saling bertanding untuk memerebutkan juara satu, dua, tiga, dan empat. Mereka ingin menghemat tenaga untuk pertandingan akhir. Mereka pun saling bermusyawarah, memutuskan siapa yang terkuat, juara dua, tiga, dan empat.

Setelah mencapai kata sepakat, diputuskan empat besar dari kelima juara tersebut. Satu orang terpaksa tidak ikut bertanding.

Empat arena sudah disiapkan. Lawan Janu adalah seorang remaja bertubuh tinggi besar bernama Gandon. Senjatanya adalah sebuah pedang kayu runcing yang mengeluarkan kabut putih tipis. Dia sudah berada pada tingkat penguatan energi. Sebelumnya Janu telah melihat kemampuan Gandon. Serangannya memakai jurus jurus es yang dingin, namun cukup kaku dan monoton.

Malya menghadapi seorang remaja kurus dan tinggi semampai. Remaja itu seperti sebuah pohon kelapa yang ramping dan flamboyan. Dia bernama Wasa, juga sudah mencapai tingkat penguatan energi. Wasa memegang sebuah pedang kayu panjang yang mengeluarkan desiran angin saat diayunkan.

Lain lagi dengan Rangin. Musuhnya adalah seorang remaja laki laki yang bisa mengeluarkan ilusi dari tatapan matanya. Senjatanya berupa golok kecil yang mengeluarkan api dari sisi sisinya. Dia bernama Kuntojati.

Terakhir adalah Wulung yang berhadapan dengan seorang gadis gemuk, namun memiliki kekuatan aneh. Gadis itu membawa sebuah keris yang gagangnya berukiran kepala naga dan bisa mengeluarkan peluru air dari ujung mata naga. Gadis itu mengaku bernama Uwiyati.

Pertandingan akhir ini berlangsung cukup sengit. Empat lawan empat, tidak ada yang mau mengalah. Nilman melihat Janu berhasil mengimbangi gerakan Gandon. Dia menilai kalau Janu memiliki teknik dasar yang sangat kokoh, sehingga mampu mengimbangi lawan yang kekuatannya satu tingkat berada diatasnya.

Sementara Janu menerka nerka titik lemah Gandon, Malya yang masih belum puas menghajar Rangin menyerang Wasa secara habis habisan. 

Remaja itu tak berkutik menghadapi serangan liar si gadis brutal, tebasan anginnya tak mampu menebas pondasi Malya. Dia adalah yang pertama kali kalah dalam pertandingan akhir.

Sementara Malya mengalahkan Wasa, Rangin berhasil mengikuti jejaknya dengan mengalahkan Kuntojati. Serangan ilusi Kuntojati memang berhasil membuat Rangin sedikit bingung, namun serangan fisiknya tidak mampu menembus pertahanan keras Rangin.

Di lain pihak, Wulung yang masih muram semakin tidak berdaya menghadapi serangan Uwiyati. Tubuhnya bolong penuh luka saat peluru air menghujam dada dan perutnya. Peluru air itu memiliki kecepatan sangat tinggi, sehingga daya serangnya sangat mematikan.

Para murid berlarian hendak masuk ke dalam arena, bersiap mengobati Wulung. Namun alangkah terkejutnya mereka saat melihat luka bolong di tubuh Wulung perlahan menutup, hanya tersisa bercak darah yang menandakan luka cukup parah.

Wulung pun akhirnya dikalahkan Uwiyati. Daya penyembuhannya menguras energi, dia lemas saat dihempas keluar arena. Wulung pun tertunduk malu di luar arena, punggungnya ditepuk oleh Uwiyati yang berusaha menghibur dirinya.

Pertandingan Janu dan gandon berlangsung cukup alot. Kelemahan Gandon berhasil diketahui oleh Janu, namun tertutupi oleh serangan yang kuat. Disini Janu terus bergerak, dalam pikirannya tidak mau menyerah.

Saat terus bergerak itulah dia merasa ada sebuah energi besar yang masuk melalui kulit, menyebar lewat pembuluh darah ke sekujur tubuh. Energi itu terasa dingin, namun sangat nyaman, membuat tenaganya yang sedikit terkuras menjadi segar kembali.

Perasaan itu muncul dan menghilang secara bergantian. Janu kini berpikir, dia harus segera mengakhiri pertandingan itu. Karena energi yang muncul mendadak dan tidak beraturan, dia ingin segera memurnikan energi yang muncul tersebut.

Janu mulai melancarkan serangan membabi buta. Serangannya yang sebelumnya tampak teratur dan tertata, kini mendadak semakin ganas dan tidak dapat diprediksi. Jurus jurus yang dikeluarkannya pun kian mematikan. Dia hendak menyudahi pertandingan segera.

Gandon yang sedari tadi mampu dibaca serangannya oleh Janu mulai panik. Dia yang sudah kelelahan akhirnya tidak mampu mengimbangi kecepatan lawan. Dia menyerah kalah setelah menderita luka di dada. Dia pun keluar arena dengan sendirinya.

Sesaat Gandon keluar dari arena, Janu yang dinyatakan menang seketika duduk bersila di tengah arena. Matanya terpejam, mulutnya mengatup. Muncul getaran di bawah tanah yang cukup ringan. Getaran itu berakhir, tumbuh tunas rumput dari sela sela pasir pantai, mengelilingi Janu yang sedang bermeditasi.

Nilman mengetahui gejala apa yang sedang terjadi. Dia lantas menyuruh semua murid untuk menjauh, memberi ruang kepada Janu untuk bermeditasi.

Siang hari berlalu, malam pun menjelang. Mentari sudah berada di ufuk barat, memanjakan mata dengan penampilannya yang indah. Janu yang tetap ditemani sahabat sahabatnya mulai membuka mata. Dia mengakhiri meditasi dengan senyuman manis. Akhirnya Janu juga berhasil mencapai tingkat penguatan energi tahap pertama, tahap pondasi.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang