Chapter 39. Tingkatan Kekuatan

417 23 0
                                    

Rombongan kembali melanjutkan perjalanan melewati hutan pinus. Sesaat di depan mereka tampak sebuah lapangan kecil yang dikelilingi pepohonan pinus berjejer rapi. Di tengah tengah lapangan ada sebuah batu besar pipih, disekelilingnya tumbuh bunga bunga beraneka warna, semakin mempercantik suasana.

"Nah, ini adalah taman asoka, salah satu tempat bagi para guru dan sesepuh memberi wejangan kepada para murid. Apabila para sesepuh dan guru tidak sedang bermeditasi atau melakukan urusan, mereka akan bergantian memberikan ilmu disini."

"Kak, apakah ada waktu waktu tertentu para guru datang kemari? Bagaimana kita tahu kapan para sesepuh dan guru datang kemari?" Tanya salah satu anak.

"Biasanya para sesepuh dan guru datang kemari setiap dua malam purnama. Namun apabila sang guru tidak datang karena suatu hal mendadak, maka murid inti yang dituakan akan menggantikan mereka disini." Jelasnya.

"Nah, tadi siapa yang bertanya tentang tingkat penyerapan energi? Begini, akan aku beritahu umumnya saja agar kalian tidak penasaran."

"Salah satu ilmu dasar yang diberikan disini adalah tentang konsep meditasi atau bertapa, dan konsep kekuatan. Kemampuan manusia itu terbagi menjadi beberapa tingkat. Di masing masing tingkat ada lagi tahapan tahapannya."

"Bagaimana itu kak?" Sahut Rangin.

"Sabar! Begini ya, semua manusia biasa itu berada pada tingkat penguatan tubuh. Pada tingkat ini kekuatan tubuh kita akan meningkat sesuai dengan beberapa tahapan. Tahapan tersebut dibagi menjadi tahap dasar, tahap refleksi, tahap penambah tenaga, tahap pembentukan tubuh, tahap aliran darah, pengerasan kulit, tahap penguatan tulang, dan tahap penyelarasan organ dalam."

"Dari tahap terakhir itu, nanti selanjutnya kalau kalian beruntung, kalian akan mulai bisa merasakan energi dari alam. Disinilah kalian memasuki tingkat selanjutnya, yaitu tingkat penguatan energi. Di tingkat ini terbagi menjadi tahap pondasi, tahap pilar, tahap ilusi, dan tahap pencerahan. Di tahap pencerahan inilah kalian akan bisa menemukan jalan kebenaran masing masing."

"Maksudnya jalan kebenaran apa kak?" Janu yang penasaran bertanya. Sementara itu anak anak lainnya masih kebingungan mencerna informasi yang begitu banyak.

"Jalan kebenaran itu yang aku paham adalah seberapa kuat tekad dan keteguhan hati kalian dalam menapaki dunia ini. Seberapa jauh kemampuan kalian, serta seberapa berani kalian untuk menentukan nasib kalian sendiri."

Masih bingung, Janu dan anak anak lain berpikir keras. Namun begitu mereka tidak bertanya lagi, mereka pusing dengan keterangan yang diberikan Atraman.

"Nah aku lanjutkan yang tadi. Setelah dari tingkat penguatan energi, kalian makan memasuki tingkat konsep kebenaran. Disini dibagi menjadi tahap benih kebenaran, tahap penyerapan, dan tahap penggabungan."

"Lalu untuk tingkat diatasnya lagi aku sama sekali belum tahu itu. Nanti kalau kalian sudah berada di tingkat tertentu, maka kalian akan tahu."

Panjang lebar kemudian Atraman menjelaskan kepada para murid baru tentang segala hal yang berkaitan dengan meditasi dan peningkatan kekuatan. Anak anak itu hanya mendengarkan saja, entah mereka paham atau tidak.

Seorang anak tiba tiba bertanya, "Kak, kalau kakak sudah berada di tingkat yang mana?"

"Aku disini baru dua belas tahun berguru, bakatku juga biasa biasa saja. Aku disini masih berada di tingkat penguatan tubuh, tahap penyelarasan organ dalam. Sebentar lagi, kalau aku beruntung, aku akan sampai di tingkat kedua dan mendapat senjata mistisku sendiri." Ujar Atraman sedikit malu.

"Lalu, para guru dan sesepuh berada pada tingkat mana kak?" Tanya anak itu lagi.

"Kalau para guru dan sesepuh, setahuku yang paling lemah itu Ki Amandaka sudah berada di tingkat konsep kebenaran tahap tinggi. Untuk sesepuh lain, terutama Ki Sadhana, aku sama sekali tidak tahu."

Disini Janu yang mendengar penjelasan dari kakak seperguruannya itu mulai paham tentang tingkatan dalam ilmu tenaga dalam. Dia pun membayangkan tentang kemampuan Demang Yasa dan musuhnya, Jalada. Setahu dia sang demang pernah berkata berada di tahap ke enam. Apabila dia mampu dikalahkan oleh Jalada, berarti musuhnya itu juga berada di tahap keenam atau bahkan lebih.

Sambil merenung, Janu kini semakin memiliki tekad yang besar untuk bisa lebih kuat lagi.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang