Chapter 46. Keluar Perguruan

394 25 0
                                    

Diatas meja, tumpukan gulungan menggunung. Ada beberapa meja di sudut sudut aula.

Ketiga remaja itu sudah tahu, dua meja di ujung aula adalah ditujukan bagi para pemula yang belum mencapai tahap keempat. Lalu lima meja berjejer di dekatnya adalah kelompok tugas bagi murid yang sudah mencapai tahap keempat hingga ke delapan. Dan sepuluh meja berjejer di seberang aula adalah dikhususkan bagi para murid yang sudah mencapai tingkat penguatan energi. Untuk mereka yang sudah mencapai tingkat konsep kebenaran, tugasnya diserahkan langsung oleh Mpu Kalya.

Beberapa anak tampak sudah mengerumuni meja untuk tahap keempat dan seterusnya. Saatnya ketiganya berpencar mencari tugas yang cocok untuk mereka. Disini ketiganya segera membolak balikkan dan membuka tiap gulungan tugas.

"Janu, Wulung kemari!" Undang Rangin di salah satu meja.

"Ada apa?"

"Lihat ini!"

Kedua remaja itu mendekati Rangin.

"Ini, ada tugas gampang. Melatih beladiri putra putra Tumenggung Jatmiko dari Kadipaten Jogorogo selama dua bulan penuh. Imbalan yang diberikan berupa seratus kepeng emas untuk masing masing orang. Bagaimana?"

"Hmm... Simpan saja dahulu. Kita cari yang lain lagi." Saran Janu.

Mereka kembali mencari dan membuka tiap gulungan. Saat itu seorang murid senior membawa puluhan gulungan baru. Dia lantas meletakkannya diatas salah satu meja. Ketiga anak itu pun penasaran, mereka mulai membuka gulungan gulungan tugas baru tersebut.

"Kak, aku mendapat ini! Tugas menjaga seorang saudagar bernama Cati dari Bagaluhan menuju ke Bhumi Mataram. Imbalannya adalah lima buah senjata mistis bagi lima orang penjaga bayaran. Bagaimana dengan ini?"

"Simpan dulu dengan tugas yang tadi." Tegas Janu.

"Oh, Janu! Aku menemukan tugas yang cukup menarik. Tugas dari Ki Sura Yudha, mencari buah dari pohon dewandaru yang berusia lebih dari lima ratus tahun. Pohon misterius ini desas desusnya ada di antara tiga wilayah entah itu di Kadipaten Masin, Kadipaten Kuwu, atau di Gunung Lawu. Imbalan yang diberikan adalah ramuan anti seratus racun."

"Hei, Masin kan daerahmu tinggal Rangin?!"

"Hmm, coba kita pilih pilih diantara tiga tugas ini. Tugas pertama, melatih putra putra bangsawan di Jogorogo. Imbalannya besar sih, namun lokasinya sangat jauh dari sini. Apalagi kita baru mencapai tahap ke empat, akan memalukan kalau nanti kita melakukan kesalahan." Terang Janu.

"Benar juga." Ucap Rangin.

"Yang kedua juga cukup berbahaya. Kita baru sampai tahap keempat, kemampuan kita tidak seberapa kalau harus menjaga seseorang dari kerajaan di barat sampai menuju ke pusat Mataram. Bagaimana kalau nanti kita bertemu dengan perampok kuat, atau hewan buas, atau bahkan raja siluman sekalipun."

"Yang paling mungkin kita ambil adalah tugas dari Ki Sura Yudha, mencari buah dewandaru. Apalagi ada kemungkinan pohon itu ada di daerah Masin, kita bisa mencari informasi disana. Bagaimana kalian berdua?"

"Aku ikut saran kak Janu saja."

"Setuju! Aku juga sudah lama tidak kembali ke Masin."

Setelah ketiganya bersepakat mengambil tugas mencari buah dewandaru, ketiganya langsung mendaftarkan tugas itu ke salah satu murid senior. Disana mereka diberi saran untuk mencari tahu karakteristik dari pohon dan buah dewandaru di pusat kitab.

Sehabis dari pusat kerja perguruan, mereka bergegas menuju ke pusat kitab. Ketiganya ingin segera mencari informasi tentang pohon dewandaru yang misterius.

Selesai mendapat berbagai informasi yang dimaksud, mereka pun berkemas. Sebenarnya tidak ada barang penting yang harus mereka bawa. Paling tidak satu set pakaian untuk membaur dengan warga, dan pakaian perguruan yang sedang mereka kenakan itu. Untuk perlengkapan lain seperti senjata, mereka berencana membelinya setelah berada di Masin.

Tanpa menunggu lebih lama, hari selanjutnya pun mereka berangkat. Perjalanan menempuh waktu sekitar lima hingga enam hari berjalan kaki tanpa henti. Karena baru pertama kali keluar dari perguruan, ketiganya beberapa kali salah jalan dan menyimpang dari jalur yang ditentukan. Hingga siang hari ke tujuh barulah mereka tiba di perbatasan kadipaten.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang