Chapter 79. Mbah Bogel

375 22 1
                                    

Wulung lengah, dia terlambat menyadari tombak yang diayunkan ke kepalanya. Dia yang sudah kelelahan kaget dengan serangan itu. Reflek tangannya ke atas, berusaha menahan serangan itu.

'Prakk!'

Benturan pun tidak terelakkan. Tangan Wulung sedikit bengkok akibat hantaman tombak, mungkin saja tulangnya patah. Lunglai tangan kanan Wulung terjuntai tidak bisa digerakkan. Dia menjerit kesakitan.

Para remaja itu sudah terdesak, kelelahan membuat mereka kehilangan jalan keluar. Serangan putus asa dilancarkan keempatnya, namun dengan cepat dapat dipatahkan musuh.

Janu dan kawan kawan terluka cukup parah. Mereka menderita luka tusukan dan sabetan di sana sini. Bahkan tangan kanan Wulung patah terkena serangan musuh.

'Woosh!'

Bola api muncul dari segala arah, mengarah kearah para perampok Tanduk Api. Seorang perampok yang terlambat menghindar terbakar hidup hidup. 

Para perampok yang lain kaget bukan main dengan serangan tiba tiba itu. Salwaka dan yang lainnya juga tampak kaget, mereka melihat sekeliling.

"Bajingan! Siapa disana? Tunjukkan wajahmu!" Jalada berteriak menantang.

Seorang lelaki tua pendek sedikit gemuk muncul dari balik pepohonan. Sambil membawa kendi air di tangan, dia terkekeh. Kakek itu berjalan mendekat, dengan tenang dia menghadapi musuh yang tampak mematung.

"Siapa kau orang tua?!" Teriak Jalada. Emosinya memuncak.

"Hehehe... Orang orang memanggilku dengan nama Mbah Bogel, tapi nama asliku adalah Manyura." Dijawabnya pertanyaan itu dengan santai.

Salwaka dan Towok yang mendengar nama itu kaget bukan main. Mata mereka melotot, otot mereka sedikit meregang. Segurat rasa panik dan ketakutan langsung menjalar ke sekujur tubuh. Bulu kuduk mereka tegang, keduanya sedikit mundur ke belakang.

"Berani sekali kau tua..."

Belum sempat Jalada memaki lelaki tua itu, Salwaka segera menariknya ke belakang. Hal itu membuatnya kaget dan tersadar kalau lawannya kali ini sangat kuat.

"Maafkan atas kelancangan kami Mpu Manyura. Sekiranya tuan memaafkan, kami akan segera pergi dari sini." Ujar Towok sopan.

"Hmph!" Si lelaki tua mendengus.

Salwaka segera menarik Jalada pergi dari tempat itu, diikuti oleh Towok dan Kupita. Sementara para anak buah Jalada yang lain ikut berlari tunggang langgang berusaha kabur.

Saat para musuh itu melarikan diri, saat itulah keempat remaja itu akhirnya tidak kuat lagi. Mereka pun pingsan di tempat.

Di tengah pelariannya, Salwaka dan anggota perampok Tanduk Api akhirnya berhenti. Mereka berkumpul di sebuah tempat persembunyian.

"Salwaka, apa kau mengenal kakek tua tadi?" Tanya Jalada penasaran.

"Hmph! Bukan hanya mengenal, tapi kami tahu pasti siapa dia." Sosor Towok.

"Dia adalah musuh abadi dari pemimpin perguruan kami." Jawab Salwaka.

"Aku ingat wajah kakek itu. Aku melihatnya di Janti saat malam kita merampas kitab meditasi. Saat itu aku melihat kakek itu membunuh anak buah kita yang berusaha membunuh si wanita hamil." Ingat Kupita.

"Siapa sebenarnya kakek tua itu?" Erang Jalada.

"Huft! Kakek tua itu sangat misterius. Dia hanya muncul di tempat dan saat tertentu saja. Di wilayah Mataram ini, dia memperkenalkan dirinya sebagai Mbah Bogel. Nama aslinya adalah Manyura, si pendekar api pelangi. Dia adalah seorang pendekar pengelana yang tidak terikat dengan perguruan manapun." Terang Salwaka.

"Menurut cerita guruku, kakek tua itu sudah hidup selama ratusan tahun. Dia selalu ikut campur menghalau urusan kami. Dia sudah bermusuhan dengan pemimpin perguruan kami sejak seratusan tahun yang lalu." Lanjutnya.

"Kalau seratus tahun yang lalu dia bisa menghalau usaha usaha kalian, bagaimana dengan sekarang?" Ungkap Jalada bergidik.

Jalada membayangkan, bagaimana nasibnya tadi kalau saja Salwaka tidak segera menahannya. Dia menghela bafas, dadanya sesak. Bulu kuduknya merinding membayangkan kalau dia mati konyol di tangan si kakek sakti.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang