"Kalau boleh tahu, apa yang sebenarnya terjadi di desa ini?"
"Begini tuan pendekar,..."
Tumenggung Amuk Kumbara pun lantas menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di Desa Telang.
Beberapa hari yang lalu desa ini diserang oleh sekelompok orang misterius. Orang orang itu muncul tiba tiba dan pergi juga dengan seketika. Anehnya, mereka sama sekali tidak menjarah harta para warga, namun hanya melukai dan menghancurkan banyak rumah warga.
Menurut warga yang selamat, orang orang itu mencari sebuah benda yang tersimpan di desa. Namun para warga tidak tahu sama sekali benda apa yang dimaksud, karena di Desa Telang sama sekali tidak memiliki benda berharga apapun.
Mendengar penjelasan dari sang tumenggung, Janu menjadi sedikit penasaran. Apa kejadian ini ada kaitannya dengan penyerangan para penganut ilmu hitam yang baru baru ini sering meresahkan warga.
"Tuan tumenggung, sebenarnya kami kesini mencari batu yang terkenal mampu menyerap kekuatan petir. Namun kalau tuan membutuhkan bantuan kami, kami siap membantu." Ujar Janu menawarkan bantuan.
"Owh, para pendekar mencari batu ketumbar? Setahu saya, batu itu ada di dekat sungai di timur desa. Batu itu sangat besar, berwarna aneh antara kuning dan merah. Kalau dibelah, warnanya persis seperti warna ketumbar." Terang si tumenggung.
"Terimakasih atas informasinya, tuan tumenggung." Janu memberi salam.
"Sebentar, apa tumenggung kenal dengan Tumenggung Arya Mahanta dari Masin?" Tanya Rangin tiba tiba.
"Iya, dia teman de... Ah! Kau mirip sekali dengannya! Jangan jangan..."
Rangin tersenyum. "Ya, dia adalah ayahanda saya." Ungkapnya.
"Pantas! Kau mirip sekali dengannya." Ujar Tumenggung Amuk Kumbara.
Kini setelah mengetahui identitas dari Rangin, rasa curiga yang masih tersisa di dalam benak si tumenggung sirna seketika. Dia pun membiarkan keempatnya berlalu. Mereka segera keluar sebelum tiba tiba terdengar suara dari belakang.
"Tuan pendekar! Tunggu sebentar!"
Sang tumenggung berteriak dari dalam rumah. Dia berlari keluar, mencoba mengejar Janu dan kawan kawan yang sudah agak jauh.
"Tuan, tunggu!" Teriak sang tumenggung.
Janu dan kawan kawan berhenti, mereka menoleh.
"Tuan, kalau boleh, saya meminta bantuannya." Lanjut sang tumenggung.
Janu melirik sekejap ke arah teman temannya. Sambil tersenyum dia kemudian berkata kepada sang tumenggung, "Hmph! Desa ini sedang dalam masalah, kami sebagai pendekar Mataram wajib untuk menolong."
"Terimakasih tuan! Disini saya tidak akan terlalu memberatkan kalian. Saya hanya akan meminta tolong untuk ikut mencari benda yang dicari oleh para penyerang, juga berjaga kalau saja ada musuh yang juga berada di tingkat penguatan energi."
"Baiklah tuan tumenggung. Lalu, rencananya seperti apa?"
"Disini kami membagi pasukan menjadi tiga kelompok. Satu mencari benda yang dimaksud, satu berjaga, dan satu lagi memperbaiki rumah warga yang rusak."
"Nah, kami meminta bantuannya dalam kelompok pencarian dan penjagaan."
"Baik, nanti tiga orang dari kami akan membantu berjaga, sementara satu orang akan ikut kelompok pencari."
"Terimakasih! Terimakasih banyak tuan!"
Setelah berunding dengan Tumenggung Amuk Kumbara, kelompok Janu membagi diri dengan tugas masing masing. Disini Janu menjaga batas barat desa, Rangin berpatroli di timur, dan Malya menjaga wilayah dalam desa. Sementara Wulung ikut dengan kelompok pencari. Wilayah utara dijaga oleh sang tumenggung.
Selesai membagi tugas, keempatnya berpencar. Wulung bersama dengan para penduduk bertugas mencari benda yang dicari cari para penyerang. Disini dia terlihat sibuk mencari benda benda yang dianggap mencurigakan.
Wulung tidak tahu sama sekali benda seperti apa yang dicari. Dia hanya mengamati setiap benda yang mencurigakan. Patokannya adalah benda itu harus memiliki suatu aura atau kekuatan tersendiri.
Semua rumah dijelajahi, seluruh kamar dibuka. Bahkan tempat tempat seperti gudang, kandang, ataupun tempat kayu bakar juga digeledah. Beberapa penduduk juga sempat heboh saat menemukan beberapa kotak dan peti yang sebenarnya biasa biasa saja.
Dua hari berlalu, Wulung mulai putus asa. Berbagai tempat sudah digeledah, bahkan ada yang sampai dua hingga tiga kali, namun tetap belum membuahkan hasil. Dia pun kebingungan dan mulai tidak sabar.
![](https://img.wattpad.com/cover/182581631-288-k567062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantezieKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...