Di lokasi lain, di Giriloka, ada sebuah pertemuan antar pemimpin perguruan di tanah Jawa. Mpu Sadhana duduk bersila di pendopo, Ki Ekadanta dan Mpu Kalya duduk di sebelahnya dengan khidmat.
Disekitar mereka, para pemimpin perguruan lain dan para pendekar kenamaan juga duduk bersila, membentuk lingkaran di dalam pendopo.
"Selamat datang para pendekar sekalian! Terimakasih sudah mau menyempatkan diri ke perguruan ini. Sudah lama sekali sejak terakhir kita berkumpul. Baik, tanpa panjang lebar, alasanku mengundang kalian kemari lima tahun lalu adalah karena maraknya kejahatan yang terjadi akhir akhir ini."
"Seperti yang kalian tahu, banyak sekali teror yang muncul di seluruh wilayah Jawa, mulai dari perampok, hewan buas, hingga siluman. Mereka tahun tahun belakangan ini semakin berani turun dari sarangnya. Sesuai pesanku dalam undangan, juga meminta kalian untuk menolong para warga dimanapun."
"Nah, berkaitan dengan semua itu, aku mengumpulkan kalian tahun ini karena aku sudah mengumpulkan banyak informasi tentang keterkaitan para penganut ilmu hitam di dalam setiap teror yang terjadi."
"Lima tahun lalu, setelah aku mengirim surat undangan, aku mendapat pula informasi tentang sebuah peti yang didapat oleh para penganut ilmu hitam. Peti itu menyebutkan nama Dharavan!"
Beberapa pendekar dan pertapa terkejut mendengar nama itu. Yang lain hanya mengerutkan kening kebingungan. Banyak yang tidak tahu siapa itu Dharavan, hanya mereka yang sudah tua saja yang tahu.
"Mungkin sebagian besar dari kita tidak tahu siapa Dharavan, karena dia sudah tewas enam ratus tahun yang lalu. Aku juga hanya mendapat sepotong informasi bahwa Dharavan ini adalah salah satu pendekar sakti di Jawa yang berhasil menyegel salah satu raja siluman yang menteror seisi pulau."
"Mungkin disini ada yang tahu lebih jauh tentang Dharavan ini?" Lempar Mpu Sadhana.
Seorang pertapa tua berjenggot putih mendesah. Dia menatap wajah beberapa orang.
"Aku dan beberapa orang disini tahu siapa Dharavan itu." Ujarnya kemudian.
"Namaku Lokapati, aku sudah hidup selama delapan ratus tahun. Disini mungkin ada yang tahu bahwa aku tinggal di tanah Pasundan, di Padepokan Bukit Senja. Namun kalian mungkin tidak tahu bahwa dahulu aku berasal dari tanah Mataram ini."
"Dahulu, sebagian besar tanah Mataram ke timur hanyalah hutan rimba purba yang kacau, penuh kematian, dan teror. Penduduk yang mau tinggal disini pun hanya sedikit. Hal ini karena ulah seorang raja siluman bernama Agnikala!"
"Ya, Agnikala adalah seekor siluman naga yang mendiami wilayah pegunungan berapi di timur jauh. Dialah yang memerintahkan para prajurit siluman dan binatang buas untuk meneror manusia. Terornya bahkan sampai ke Salakanagara di barat."
"Karena ulahnya itu, enam ratus tahun yang lalu, para pendekar berkumpul seperti sekarang, dan bekerjasama menghancurkan kerajaan milik Agnikala."
"Disini, Dharavan yang asalnya dari Palawa, karena menjadi murid perguruan di Salaka, ikut dalam pertempuran itu. Terakhir yang aku tahu, dia menghilang setelah bertarung dengan salah satu panglima siluman bernama Kurupa."
"Dugaanku, isi dari peti yang kau maksud itu adalah siluman Kurupa yang berhasil disegel oleh Dharavan." Ungkapnya kemudian.
"Mungkinkah para penganut ilmu hitam ingin mencoba membangkitkan siluman Kurupa?" Duga salah satu pendekar.
"Emm... Kemungkinan itu sangat besar mengingat kerajaan milik Agnikala sudah hancur dan hanya menyisakan beberapa siluman yang berhasil meloloskan diri." Ujar si pertapa tua.
"Mungkin dari beberapa siluman itu ada yang memberitahukan tentang Kurupa dan Agnikala kepada pada penganut ilmu hitam." Gumam Ki Ekadanta.
Mendengar apa yang disampaikan oleh pertapa Lokapati, dan dari dugaan dugaan itu, para pendekar yang berkumpul menjadi semakin serius. Beberapa menampakkan raut kegelisahan dan ragu.
Mpu Sadhana diam. Dia memikirkan perang besar yang akan terjadi apabila Kurupa berhasil dibangkitkan. Dia juga memikirkan tentang berapa banyak korban yang harus berjatuhan akibat perang itu. Apa para pemimpin perguruan dan pendekar disini mau menolong, mengingat akan banyak dari mereka yang bisa tewas.
"Sebenarnya bukan hanya masalah peti itu saja. Baru baru ini kami menangkap salah satu penganut ilmu hitam. Disini kami mendapat informasi kalau para penganut ilmu hitam tengah berkumpul di selatan wilayah Kadipaten Lasem. Dia mengatakan sesuatu tentang syarat yang sudah lengkap dan sebuah ritual. Mungkin ada hubungannya dengan pembangkitan Kurupa."
"Maaf Mpu Sadhana, perkenankan saya menyela." Sahut seorang pendekar muda.

KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantasyKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...