Mendengar aba aba dari Janu, seketika, Rangin yang tadinya hanya menghindar kini melemparkan goloknya. Dengan cepat dia menangkap kedua sisi mulut sang buaya.
Sambil mengatupkan mulut dan gigi yang gemerutuk, dia berusaha membuat agar buaya itu terbalik. Seluruh tenaga dikerahkan, Rangin yang sudah mencapai tingkat penguatan energi melawan buaya putih yang kekuatannya sangat luar biasa dan ganas.
Ilmu tubuh sutra yang dipelajarinya dikeluarkan, membuat tubuhnya berubah menjadi kuning keemasan. Kedua lengannya nampak padat memperlihatkan otot dan sendi yang keras bekerja. Kelihatan sekali dia mempertaruhkan sebagian besar tenaganya untuk membalik tubuh sang buaya.
Buaya itu juga tidak mau kalah. Dia terus berusaha mengatupkan rahangnya, mencoba menggigit tangan Rangin yang menggenggam kedua sisi moncong mulutnya. Sambil bergerak ke depan, dia mencoba mendorong Rangin.
"Aaarrrggghhh...!"
Satu teriakan nyaring terdengar. Rangin berteriak kencang dan berhasil sedikit mengangkat satu sisi dari sang buaya.
Melihat sang buaya agak oleh ke samping, Janu tidak menyianyiakan kesempatan itu. Dengan tombak di tangan, dia menusuk ke samping perut si buaya yang terbuka, membuat si buaya tidak bisa kembali ke posisi semula.
"Wulung, Malya! Cepat melompat kemari! Kita serang dari posisi ini!" Teriak Janu kemudian.
Keduanya pun langsung melompat dengan tangkas, melintasi tubuh sang buaya, mendarat aman di samping Janu. Si pemuda yang sedari tadi jauh di belakang Janu langsung melempar beberapa tombak lagi kepada mereka.
Masih menggenggam tombak yang ditancapkan ke perut buaya, Janu tiba tiba terangkat keatas saat si buaya mencoba untuk berguling lagi. Dia terlempar ke sisi sebaliknya.
Naas bagi si buaya, dia tidak bisa berguling dengan sempurna. Selain ditahan oleh Rangin yang berputar menyeimbangkan diri, tubuhnya juga tertahan oleh bambu yang telah menancap dalam di perutnya. Kini posisinya sedikit miring, tangan dan kaki kiri menggelepar gelepar.
Wulung segera tanggap. Dia melempar tombak di genggamannya ke arah Janu yang sudah bangkit.
Janu pun juga tanggap. Walau tubuhnya sedikit pusing karena terbanting ke udara, dia masih cukup kuat untuk menyerang. Tombak bambu segera ditangkapnya, lalu dengan cepat ditusukkan ke arah perut sang buaya yang terbuka di depannya.
Darah mengucur deras saat Janu menusuk tombak bambu itu. Janu yang menerima lemparan tombak lagi dari Malya, segera menusukkan tombak ketiga di perutnya, merobek perut buaya itu.
Sang buaya kini semakin beringas. Gerakannya semakin liar, membuat ketiganya semakin susah untuk menyerang.
Rangin terus saja berusaha menghentikan gigitan si buaya. Dia kini memeluk mulut sang buaya dan mengapitnya dengan kencang. Sementara itu Malya dan Wulung dengan sigap menerima tombak bambu lagi, dan melompat lagi ke arah Janu.
Berusaha agar tombak bambu yang menancap di perut sang buaya tidak patah, keduanya pun ikut menghujamkan tombak ke perut si buaya. Lalu dengan sekali hentakan, mereka merobek robek semakin lebar perut si buaya.
Darah, daging, dan seluruh isi perut si buaya tercerai burai keluar dari luka sobekan tersebut. Bahkan sesosok tubuh manusia masih separuh utuh juga keluar. Pemandangan itu terlihat sangat mengerikan dan menjijikkan.
Buaya itu semakin lemah. Serangannya mulai berkurang. Dia tidak berontak lagi. Akhirnya dia menyerah, mengatupkan mata, dan tewas di tempat.
Rangin melepas perlahan cengkeraman tangannya. Untuk memastikan bahwa buaya itu sudah benar benar mati, dia lalu mencoba membuka rahang dari sang buaya. Dengan kekuatan tersisa, dia merobek seluruh mulut si buaya.
Melihat si raja sungai tewas dengan kondisi mengerikan, para warga banyak yang bersorak gembira. Walau pemandangan itu menjijikkan bagi mereka, namun rasa lega atas berakhirnya teror raja sungai melebihi segalanya.
Si pemuda yang tadi membawa tombak bambu memberanikan diri mendekati si buaya yang sudah tak bernyawa. Dia lantas menendang tangan si buaya yang sebesar batang pohon kelapa.
Janu dan kawan kawannya terduduk lemas. Mereka sudah kelelahan akibat bertarung dengan si raja sungai. Beberapa saat mereka didekati oleh beberapa warga desa yang turun ke pinggir sungai. Mereka langsung mengucap terimakasih kepada keempatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/182581631-288-k567062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantasyKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...