Chapter 104. Lima Tahun Berselang

356 22 0
                                    

Lima tahun dijalani Janu dengan meditasi. Kini dia sudah menginjak usia dua puluh dua tahun. Bagi ukuran orang orang Jawa, dia sudah terlalu tua untuk menikah. Namun disini, dia sebagai seorang pendekar, tidak terlalu memikirkannya. Memang, usia orang yang memiliki kekuatan dan kesaktian jauh lebih lama dibandingkan orang biasa.

Semakin dewasa, kini Janu terlihat lebih tampan. Rambutnya yang ikal panjang, kini sudah dipotong sebahu. Tubuhnya yang kurus namun tegap ditambah kulit sawo matang, membuatnya terlihat sangat flamboyan. Ditambah lagi matanya yang tajam dan wajahnya yang tirus, semakin meningkatkan kharisma dirinya.

Dia bersama dengan ketiga rekannya, kini sudah benar benar menjadi murid inti Perguruan Pinus Angin. Mereka menjadi murid termuda yang berhasil menjadi murid inti perguruan itu.

Selama menjadi murid inti, keempatnya sama sekali tidak diperbolehkan keluar perguruan tanpa pemberitahuan. Mereka diminta untuk terus bermeditasi sebelum mencapai tahap pencerahan.

Hanya sekali saja keempatnya keluar dari perguruan, yaitu saat mencari murid murid yang baru. Mereka menggantikan tugas Suli memimpin perekrutan murid baru.

Selama keluar perguruan itu, Janu mendapat kesempatan bergabung dengan murid Perguruan Pedang Emas menghabisi sebuah perguruan ilmu hitam di daerah Kuwu.

Selama lima tahun itu, selain bermeditasi, Janu juga terus memikirkan ucapan dari pertapa yang pernah ditemuinya di Pegunungan Sewu. Apakah balas dendam bisa membuat warga Janti hidup kembali? Atau mungkin itu hanya alasannya saja untuk menyalahkan keadaan?

Ucapan si pertapa sangat mengena dengan dirinya. Dia memilih balas dendam sebagai alasannya dalam mencari kekuatan. Namun dia juga sadar kalau balas dendam itu bisa menjadi racun yang merusak pikirannya.

Janu kini teringat akan saran dari Mbah Bogel. Sebagai seorang pendekar, ada kalanya kita harus membuka mata, namun terkadang pula kita harus berani menutup mata. Apa yang terjadi di Janti itu bukan sesuatu yang bisa dia lawan, tidak usah memaksakan kehendak apabila memang sudah terjadi.

Dia baru mengerti sekarang, kunci kebenaran ada di dalam hati yang diucapkan Mbah Bogel itu disampaikan atas dasar karena hatinya yang masih bimbang dan diselimuti dendam. Itu juga yang diucapkan si pertapa dari Pegunungan Sewu. Untuk membebaskan hati, maka dia perlu menghilangkan dendam tersebut.

Janu dan Wulung sudah sering berbicara tentang masalah dendam mereka itu. Mereka juga paham, kalau dendam itu hanya akan membuat meditasi keduanya terhambat. Namun mereka belum menemukan titik terang bagaimana menghilangkan dendam itu.

Kini, walaupun pikiran keduanya masih punya bibit dendam, namun berkat kedisiplinan mereka, keduanya berhasil mencapai puncak tahap pencerahan. Hal itu juga berlaku bagi Rangin dan Malya, mereka berdua pun, walau tidak sedisiplin Janu dan Wulung, juga berhasil mencapai tahap yang sama.

Keempat pemuda itu kini hanya butuh sebuah pencerahan saja untuk mencapai tingkat selanjutnya. Karena tidak semua orang mampu melewati tahap pencerahan ini, butuh keberuntungan dan pemikiran mendalam untuk menemukan kebenaran.

Sejak keempatnya mendapat senjata mistis, mereka kini mengembangkan jurus sendiri.

Janu dengan kecepatan dan kelihaian tangannya memainkan pisau dwitungga baruna, membuat sebuah jurus dengan gerakan yang sangat cepat. Dia memberi nama jurus itu taring kembar bayangan maut.

Senjata cincin milik Rangin yang diberi nama mahacala benar benar menambah daya hancur serangannya semakin menjadi jadi. Dia menyempurnakan jurus pukulan miliknya, dan menamainya ajian seribu tangan dewa.

Malya yang memiliki senjata paling aneh, sudah mampu mengendalikan bola bola petir itu melayang di udara. Gadis itu menciptakan sebuah jurus yang mengandalkan formasi dari bola bola itu, dan diberi nama jurus amukan langit.

Terakhir, Wulung dengan tombaknya membuat sebuah gerakan jurus yang dinamakan ajian gelombang angin.

Empat pemuda itu telah berhasil menyempurnakan ajiannya masing masing saat mencapai tahap ilusi. Kini, kekuatan mereka sudah jauh diatas kekuatan manusia biasa.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang