Agak lama Rangin dan kedua orang tuanya bercengkerama. Sementara itu, kedua rekan Rangin berdiam diri dibalik pintu. Mereka seolah tidak berani masuk.
Bukan masalah apa apa, tetapi keduanya masih belum terbiasa dengan kemewahan kediaman temannya itu. Mereka yang terbiasa hidup di rumah kayu atau bambu biasa, merasa kikuk berada di rumah tersebut.
Walaupun dahulu sering berada di kediaman Demang Yasa, namun perbedaan luas dan isi rumah sangatlah banyak. Mereka disini hanya terpaku seakan takut mengotori kediaman Rangin.
"Oh iya, ayahanda, ibunda, Rangin kemari membawa dua teman Rangin. Janu, Wulung, ayo masuk!" Teriak Rangin dari dalam ruang makan.
Kedua rekannya yang sedari tadi hanya diam sontak sedikit terkejut. Mereka dengan kikuk masuk ke dalam ruang makan. Wulung berjalan di belakang Janu, wajahnya merunduk ke bawah, seakan hendak dibenamkan ke bumi. Sementara Janu, dia berjalan berhati hati, membuat gerakan sesopan mungkin.
"Ini Janu, dan yang kecil itu Wulung. Mereka teman seperguruan Rangin. Mereka berasal dari Kademangan Janti di wilayah Lasem."
"Salam hormat Tuan Tumenggung! Salam hormat juga kepada Nyai!" Keduanya segera memberi salam.
Ayahanda Rangin tersenyum, dia pun berkata, "Kalian berdua temannya Rangin, makanya panggil saja aku paman Arya. Dan ini istriku, panggil dia bibi Lohtika."
"Baik... Paman Arya, bibi Lohtika." Jawab Janu sedikit canggung.
"Mbok Dumi! Tolong antar Rangin dan teman temannya ke kamar! Siapkan juga makan malam mereka disana!" Sambil berteriak, Tumenggung Arya Mahanta menyuruh pembantunya.
Malam itu mereka habiskan di rumah Tumenggung Arya Mahanta. Sepanjang malam, Janu dan Wulung berada di dalam kamar bermeditasi. Sementara itu, Rangin yang sudah lama tidak berjumpa keluarganya menghabiskan waktu bersama orang tuanya, menceritakan apa saja yang terjadi padanya selama tiga tahun terakhir.
Keesokan paginya, ketiga remaja itu sudah bersiap mengenakan pakaian biasa. Rangin kembali lagi seperti saat mereka baru pertama bertemu, bertelanjang dada.
Setelah sarapan, mereka berlanjut pergi keluar rumah untuk berkeliling wilayah kadipaten. Mereka bertiga berpencar. Sepanjang perjalanan mereka bertanya kepada setiap orang yang dilewati. Terkadang mereka juga ikut berkumpul mendengarkan kabar kabar burung dari warga.
Hingga siang tiba, ketiganya berkumpul kembali di sebuah rumah makan.
"Bagaimana informasi yang kalian dapat?" Tanya Janu.
"Aku tadi sudah ke Desa Waringin, Batur, dan Atmarojo. Tidak ada informasi yang berharga satupun."
"Aku juga sama kak. Aku sudah berkeliling Desa Truli, Kademangan Baruna, dan Desa Mahutaman. Semuanya tidak tahu apapun tentang keberadaan pohon dewandaru."
"Berarti hanya aku yang dapat sedikit informasi menarik."
"Informasi apa?" Sahut Rangin.
"Aku belum dapat informasi tentang pohon dewandaru, tetapi aku dapat sebuah kabar menarik." Ujar Janu.
"Tadi aku sempat ke wilayah Kademangan Lopati. Disana ada kabar tentang sebuah wabah aneh yang melanda beberapa desa di perbatasan Masin sebelah barat. Desas desusnya, ada warga yang melihat kabut hitam menyelimuti sebuah dusun kecil di pagi hari. Sehari kemudian, semua warga yang ada disana jatuh sakit, tubuh mereka lemas dan lunglai. Beberapa hari kemudian, dikabarkan kalau semua warga yang sakit tersebut meninggal."
"Hei, kalau berita itu aku juga sudah mendengar dari ayahku. Sebenarnya kalau hari ini aku tidak ada tugas ini, aku berniat membantu ayahanda menyelidiki wabah tersebut." Terang Rangin.
"Selain kabar itu, aku juga diberitahu kalau wabah itu muncul dari barat. Ayahandaku pertama kali mendengar berita tentang seorang petani yang dikabarkan meninggal seketika setelah terkena asap hitam yang menguap di dalam hutan."
"Wabah aneh apa itu? Kelihatannya mengerikan." Komentar Wulung.
Beberapa saat mereka bertukar informasi, makanan pun tiba. Mereka pun menyudahi percakapannya, langsung menghadapi makanan masing masing. Siang itu mereka tidak mendapat informasi berguna untuk pencariannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantasyKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...