Chapter 99. Sosok Tengah Malam

340 22 0
                                    

Janu dan Rangin menarik Malya melompat dari mulut gua. Mereka terjun bebas dari tebing yang curam, langsung terperosok ke semak belukar di bawah. Janu sempat menaruh Malya digendongan saat di udara.

Disini Janu dan Rangin sigap. Masing masing membawa beban, mendarat di semak belukar dengan tegap. Wulung di pundak Rangin dan Malya di gendongan Janu sedikit terhentak. Wajah Malya masih panik akibat serangan kelelawar tadi.

Di bawah sana, ketiganya lantas mendongak ke atas. Di atas tebing, di mulut gua, para kelelawar tadi ditambah ribuan kelelawar dari dalam gua mengikuti sang kelelawar raksasa terbang entah kemana.

"Huft! Untung saja para kelelawar itu tidak menyerang kita." Gumam Janu sambil menjatuhkan Malya dari gendongan.

"Apa apaan kalian ini! Loncat tanpa bilang bilang. Untung kita masih selamat!" Gerutu Malya. Amarahnya kini dialihkan kepada kedua temannya.

"Alah, bilang saja kalau kau takut kelelawar!" Ejek Rangin.

"Apa? Mau dihajar kalian?"

"Siap aku ladeni!" Tantang Rangin tanpa takut.

"Ugh..."

Malya tidak meneruskan kata katanya. Dia sedang tidak ingin meladeni Rangin. Sedikit memicingkan mata ke arah Rangin, gadis itu kemudian berbalik arah. Tampak bahwa dia sedang kesal.

Rangin juga tidak meneruskan ledekannya. Dia meletakkan tubuh Wulung di atas tanah kering.

"Aarrgghh!!"

Belum sempat Malya berjalan jauh, gadis itu berteriak kembali. Dia jatuh terduduk sambil melotot ke atas.

Janu dan Rangin sontak menoleh ke arahnya. Mereka lantas juga melihat ke arah yang dilihat Malya. Mereka ikut terkejut.

Disana, sesosok manusia berdiri di atas pohon randu yang tinggi. Di dekatnya, sang kelelawar tampak tenang bertengger di salah satu cabang pohon.

"Siapa kalian dan apa urusan kalian kemari?" Suara melengking seorang lelaki terdengar terucap dari mulut sosok itu.

Ketiga remaja itu masih dalam kondisi terkejut. Jantung mereka sedikit berdetak kencang melihat sosok itu di tengah malam. Ketiganya langsung sadar kalau yang mereka hadapi adalah orang berkekuatan tinggi.

"Kami murid Perguruan Pinus Angin, datang kemari ingin mencari pohon walikukun."

Janu tidak sadar berucap mengungkapkan identitas mereka.

"Perguruan aliran putih rupanya. Untuk apa kalian mencari pohon walikukun? Kenapa kalian masuk ke dalam wilayahku?"

"Eh! Kami, kami mendengar di wilayah Pegunungan Sewu ini tumbuh pohon walikukun, makanya kami kemari."

"Bukan itu maksudku! Kenapa kalian masuk ke dalam gua tempat tinggalku?"

"Maafkan kami tuan. Kami tidak bermaksud lancang. Kami masuk ke dalam gua untuk mencari rekan kami yang dibawa masuk oleh kelelawar di samping tuan."

"Hmm... Apa benar Jambrong membawa anak itu masuk ke dalam gua?"

"Benar tuan, kami tidak berbohong!" Ucap Janu bersikukuh.

"Emm, begini saja. Aku akan memeriksa kalian satu per satu. Menilai apakah kalian berbohong atau tidak."

Melihat ketiga remaja itu sedikit gusar, sang lelaki menurunkan nada bicaranya.

Ketiganya saling pandang, lalu mereka saling mengangguk.

"Baiklah tuan! Kami menerima itu. Tapi kalau kami terbukti tidak berbohong, kami minta tolong tunjukkan dimana pohon walikukun berada."

"Baik!"

Si lelaki kemudian menunjuk ke arah Rangin. Dari jari telunjuknya muncul cahaya putih berkilau, menyinari malam. Cahaya itu sangat cepat menghujam ke arah Rangin yang belum sempat bertahan.

Belum sempat Rangin siap, cahaya itu sudah menghantam tubuhnya, menembus kulit, dan menyebar ke dalam tubuh. Energi yang sangat aneh masuk ke dalam tubuh membuatnya sedikit kaku. Tidak ada rasa sakit sama sekali yang diderita.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang