Chapter 76. Amarah Wulung

363 22 0
                                    

Janu dan para sahabatnya berjalan mengendap endap mendekati kerumunan orang di tengah hutan. Mereka lantas bersembunyi di balik semak, berusaha menguping pembicaraan.

Seorang sosok berjubah hitam berdiri di tengah kerumunan. Di hadapannya, membelakangi keempat remaja, sosok lain berjubah kelabu tengah dimaki habis habisan oleh sosok berjubah hitam di depannya. Sementara orang orang yang mengerumuni mereka tampak ketakutan sambil menundukkan wajah.

Sekilas Janu dan kawan kawannya melihat wajah sosok berjubah hitam. Mereka bertiga seperti mengenal dengan sosok tersebut. Dia bukan lain adalah Salwaka, si penganut ilmu hitam, murid Perguruan Lembah Ular.

Dari sini terkuak sudah siapa dalang di balik wabah mematikan di Kademangan Vriloka. Salwaka, lelaki yang dahulu menyerang Masin dengan wabah yang sama, kini sudah kembali muncul ke permukaan.

Janu dan kawan kawan terus menguping pembicaraan mereka. Dia tidak mau gegabah menyerang musuhnya secara langsung. Dia belum tahu seberapa kuat kekuatan lawan setelah empat tahun berlalu.

Saat mendengar nama Kupita disebut, Janu dan Wulung sedikit bereaksi. Keduanya berpikir keras, kenapa Kupita ada disana? Apa yang tengah direncanakan orang orang ini? Mereka berpikir keras sambil terus bersabar mencari informasi.

Disini Salwaka terus saja memaki habis habisan orang orang yang ada di hadapannya. Hingga tibalah seorang lelaki muda lainnya datang menghampiri. Lelaki itu bertubuh tinggi kurus dan membawa sebuah tombak yang tergantung di punggung.

"Towok, ada apa?!"

"Aku dapat informasi korban yang baru. Mau dengar?"

"Cepat katakan! Tak usah kau bertele tele."

"Di sekitar wilayah Gunung Mayang ada beberapa desa terpencil yang jauh dari pusat kerajaan. Kalau kita bergerak disana, hampir pasti para prajurit kerajaan tidak akan mengetahuinya."

"Hmm... Kali ini kau takut dengan peliharaan Mataram bukan?"

"Siapa yang takut? Bodoh! Apa kau tahu kalau rencana kita ini gagal karena ulah para penganut aliran putih? Itulah kenapa aku cari lokasi yang terpencil, jauh dari pusat perhatian."

"Ya sudah! Tunggu apa lagi?"

"Bagaimana dengan orang orang ini?"

"Tunggu sebentar!" Ujar Salwaka.

"Kalian semua! Cepat kalian telan ramuan ini! Kalau tidak, mati kalian sekarang!" Lanjutnya.

Orang orang yang berada di sekeliling Salwaka memucat wajahnya. Dengan gemetaran, mereka menelan racikan misterius itu.

Beberapa saat mereka menelan ramuan tersebut, orang orang itu semua langsung muntah darah. Wajah mereka semakin memucat, perut mereka kesakitan, panas terasa di dalam perut.

Para murid Perguruan Pinus Angin melihat sosok berjubah kelabu juga muntah darah, lalu meringkuk ke samping. Disitulah tampak sekelebat wajah dari sosok berjubah kelabu. Janu dan Wulung melotot melihat sosok tersebut. Dia tak lain adalah Jalada, musuh yang mereka benci.

Wulung gemerutuk giginya, emosinya hampir tak tertahan melihat Jalada dihadapannya. Tangannya mengepal, serasa hendak langsung maju memukul musuhnya itu. Mukanya memerah dan hidungnya kembang kempis.

Janu yang berada di sebelahnya juga sedikit gemetar menahan emosi. Dia disini terlihat lebih tenang dibanding Wulung. Remaja itu berusaha mendinginkan pikirannya untuk lebih berpikir rasional.

Rangin dan Malya tidak mengetahui kalau Janu dan Wulung tengah berusaha menahan emosi. Keduanya terus terfokus pada orang orang yang sedang berkerumun itu. Mereka tidak mengenal Jalada, hanya tahu cerita masa lalu Janu dan Wulung saja. Namun disini, Rangin yang mengenal Salwaka tahu siapa dia dan darimana dia berasal.

Beberapa saat mereka menguping pembicaraan, satu sosok melesat keluar dari semak. Wulung yang emosinya sudah di puncak, tidak sanggup menahan lagi. Dia keluar dari persembunyian dan menyerang orang orang itu.

Terlambat bagi Janu, dia tidak sempat menahan Wulung. Dia yang sempat emosi juga kaget dengan kenekadan Wulung.

Mau bagaimana lagi, tiga remaja yang lain pun akhirnya keluar dari tempat persembunyian. Mereka ikut menyerang musuh musuhnya, termasuk Salwaka dan Towok.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang