Chapter 73. Korban

361 23 0
                                    

Janu curiga saat dia menemukan seonggok mayat terbujur kaku di depan sebuah rumah. Ditambah dengan kondisi mayat yang sangat mengenaskan, membuatnya yakin kalau mayat itu adalah korban penggunaan ilmu hitam, sama seperti kejadian wabah misterius empat tahun lalu.

Dia pun menduga bahwa korban lainnya mungkin saja dikumpulkan di dalam rumah di dekat mayat yang mereka temukan.

Mereka pun bergerak. Rangin segera maju mendobrak pintu rumah yang tertutup rapat. Bau tidak sedap semakin menyeruak menusuk hidung.

Benar saja, di dalam rumah mereka melihat tumpukan mayat bergelimpangan. Tua muda semua tewas di dalam rumah. Kondisi mereka seperti mayat yang ditemukan di depan rumah.

Kebanyakan mayat ditemukan dengan kondisi kesakitan. Ada dua mayat lelaki dan wanita tua yang tergeletak di atas dipan di dalam sebuah kamar. Kemungkinan itu adalah pasangan suami istri pemilik rumah. Di atap ruang depan bolong.

'Semua warga tewas disini. Mungkin mayat yang ada di halaman depan itu berhasil kabur lewat atap namun mati karena sudah terkena racun dari wabah itu.' Duga Janu.

Setelah berkeliling di dalam rumah, tidak ditemukan kabut hitam maupun benda apapun yang mencurigakan. Mereka pun berkumpul kembali di halaman depan.

"Bagaimana menurut kalian?" Tanya Janu.

"Aku tidak menemukan apapun yang mencurigakan. Namun dari ciri ciri kematian mereka, aku juga yakin ini ulah penganut ilmu hitam." Sambat Rangin.

"Iya kak, tampaknya para warga ini tewas setelah dikumpulkan jadi satu di dalam rumah. Mungkin wabah ini dilakukan secara sembunyi sembunyi, sehingga tidak akan menimbulkan banyak kecurigaan dan tidak akan ada warga yang bisa lolos." Tambah Wulung.

"Aku belum pernah menjumpai wabah yang kalian ceritakan dahulu. Tapi dari apa yang kalian bicarakan ini, tampaknya masalah ini cukup serius." Tanggap Malya.

"Sekarang lantas bagaimana?" Tanya Rangin kemudian.

"Karena semua sudah terjadi seperti ini, yang bisa kita lakukan sekarang adalah membakar semua jasad ini, biar tidak menimbulkan penyakit lain lagi. Ini adalah karma baik untuk kita sebagai orang yang menemukan mereka. Semoga jiwa mereka tenang!" Ucap Janu muram.

Sore itu mereka membakar jasad jasad warga, beserta rumah dan hewan ternak yang mati sekalian. Api membakar rumah, membubung tinggi, menyisakan abu dan asap.

Melihat api membubung tinggi, membuat Janu teringat akan masa lalu. Dia mengenang kejadian beberapa tahun lalu, saat dirinya berada di Kademangan Janti. Kejadian itu masih terasa menyakitkan di dada, membuat kesedihannya memuncak. Disini Janu merenung.

Beberapa hari setelah kejadian di desa, keempatnya menemukan ternyata ada beberapa desa lain yang mengalami hal serupa. Seisi desa telah hancur dengan warga yang sudah tak bernyawa.

Beberapa desa untung saja masih ada yang selamat. Mereka yang selamat mengaku berhasil kabur atau tidak ada di dalam desa saat wabah menerjang. Beberapa desa itu tengah mengadakan ritual pembakaran mayat saat mereka tiba disana.

Di sebuah rumah makan berkumpul banyak orang dengan berbagai latar belakang. Disana ada dua kubu yang sedang bergerombol berjauhan.

Satu kubu tampak sedang serius membahas tentang para prajurit kademangan. Disana seorang pedagang menceritakan keanehannya tentang prajurit Kademangan Vriloka yang akhir akhir ini sering tampak berkeliling ke seluruh wilayah.

Kubu yang lain berkumpul di depan pintu masuk rumah makan. Mereka tengah membahas keresahannya tentang kejadian memilukan yang baru saja ditemukan. Ada yang bercerita tentang beberapa desa yang warganya tewas terkena wabah kabut hitam.

Sepanjang siang, kedua kubu masih terus berkumpul disana seolah tidak peduli akan waktu. Sampai sore hari barulah mereka pergi satu per satu. Dua remaja juga tampak membubarkan diri dari kerumunan dua kubu tersebut.

Di sebuah hutan, tak jauh dari desa, dua orang remaja berjalan menuju ke suatu arah. Disana berkumpul dua remaja lain tengah menyiapkan kayu bakar.

"Bagaimana? Apa kalian mendapat informasi yang bagus?" Tanya Janu saat melihat Rangin dan Malya datang.

JANU : Tahap AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang