"Kita bagi kelompok dalam empat penjuru! Aku ke utara, sisanya kalian bagi saja sendiri, siapa yang akan mengikutiku." Tegas Suli.
Para murid pun langsung membagi menjadi empat kelompok, masing masing mengepung dari empat sudut bukit. Janu, Rangin, dan Wulung bergerak ke sisi timur. Sedangkan Malya, bersama murid murid yang lain mengepung dari arah selatan.
Disini belum ada yang menyadari pergerakan para murid Perguruan Pinus Angin. Mereka melakukan penyergapan dengan sangat senyap dan tanpa suara, aura mereka pun bahkan dihilangkan. Dengan gesit mereka berjalan mengendap endap dari semak ke semak, pohon ke pohon.
Setelah merasa cukup dekat dengan target, mereka langsung menghabisi para penjaga itu dengan senyap. Di luar, para penjaga yang berada di setiap sudut dihabisi tanpa sisa. Tidak ada suara apapun terdengar selain kematian.
Para murid berhasil menyusup ke dalam menerobos pagar bambu. Mereka pun bergerak menuju ke pondok pondok yang tersebar disana.
Janu, Rangin, dan Wulung masih tetap dalam satu kelompok bersiap menyerang sebuah pondok yang terlihat paling besar. Disana juga sudah ada Suli yang berhasil menghancurkan pondok pondok di sebelah utara.
"Aba abaku! Satu, dua, tiga! Masuk!" Teriak Suli.
Para murid segera masuk menerobos pintu pondok. Di dalam pondok terbesar itu dijumpai belasan orang tengah mabuk dan tak sadarkan diri. Kondisi di dalam pondok sangat kacau, bau arak sangat terasa. Belasan wanita tanpa busana tergeletak pula di ujung pondok, ada pula yang masih dalam kondisi terikat.
Kesempatan itu tidak disia siakan para murid. Janu dan yang lainnya langsung membantai orang orang itu.
Para perampok itu kaget bukan main saat mereka diserang. Mereka tidak sempat mengambil senjata masing masing, pukulan dan serangan para murid sudah mengantarkan mereka kepada ajalnya.
Disini para perampok banyak yang tewas dan tidak sempat membalas. Semuanya lari kocar kacir menyelamatkan diri. Bagaimana mungkin para perampok yang kekuatannya sebatas tingkat penguatan tubuh mampu melawan Janu dan kawan kawannya.
Keributan di berbagai pondok akhirnya membuat para perampok yang lain menjadi sadar. Mereka yang berada di wilayah puncak bukit mendengar teriakan dan keributan di bawah.
Puluhan lebih perampok di atas bukit lantas keluar dari pondok masing masing membawa senjata. Sang pemimpin, Jalada, juga terlihat diantara para perampok yang turun. Dia keluar bersama dengan Nyi Kupita, Kijan, dan para pentolan perampok lainnya.
"Suara gaduh apa ini? Kenapa ribut sekali dibawah?" Andaka berteriak marah sambil mengacungkan goloknya.
Seorang perampok lari terbirit birit menghampiri mereka. Dengan nafas tersengal sengal di berteriak, "Markas diserang! Tolong!"
"Aish! Bicara pelan pelan! Apa maksudmu?" Jalada berang.
"Hosh... Hosh... Kita diserang sekelompok orang kak! Banyak anak buah yang mati di bawah!"
"Apa!? Bangsat! Berani sekali ada orang yang menyerang wilayahku!" Pekik Jalada.
Jalada marah besar. Dia yang masih sedikit mabuk segera memimpin anak buahnya yang lain untuk pergi ke sumber keributan.
Di dekat salah satu pondok, Jalada berjumpa dengan beberapa murid yang tengah membantai anak buahnya. Tidak ada tersisa dari dalam pondok, hanya mayat dan kubangan darah para para perampok.
"Brengsek! Siapa kalian!" Teriak Jalada sekencang kencangnya. Mukanya memerah, emosinya memuncak melihat jasad jasad tak bernyawa tergelepar di mana mana.
"Hahaha... Kami adalah para pencabut nyawa kalian!" Balas seorang murid perguruan.
"Apa kau tidak tahu siapa aku?! Aku adalah Jalada! Pemimpin perampok Tanduk Api. Kalian semua kemari harus membayar semua ini!"
Jalada langsung menyerang dengan senjata goloknya. Golok itu pun lantas mengeluarkan sebuah hawa dingin es dan kabut putih di sekitar ujungnya.
Senjata yang dikeluarkan Jalada tidak sesuai dengan namanya. Perampok tanduk api, tapi senjatanya mengeluarkan hawa dingin sedingin es. Hanya bentuknya saja yang menyerupai sebuah tanduk.
"Hahaha! Bukan kami yang akan menghadapimu."
Para murid lantas bergerak menghindari serangan Jalada. Mereka melompat cepat dan berlari ke suatu arah, dikejar oleh Jalada dan para pengikutnya.
Para murid itu seakan mempermainkan Jalada dan anak buahnya. Mereka mundur perlahan sambil terus bertahan dari serangan serangan es Jalada. Tidak lama, para murid yang lain juga keluar dari berbagai pondok, mereka langsung bergerak mendekati keributan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/182581631-288-k567062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantasyKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...