Disini akhirnya Janu memilih kitab seni permulaan hampa yang misterius. Saat dia menoleh mencari keberadaan Wulung, yang dicarinya sudah tidak ada disana. Malya pun juga sudah tidak nampak lagi, hanya Rangin yang masih berdiri membaca penjelasan beberapa kitab. Beberapa anak mulai berdatangan naik ke lantai tersebut.
Janu pun memutuskan untuk turun ke lantai tiga. Suasana disana sudah berkurang keramaiannya. Janu masih belum menemukan Wulung disana.
'Ah, mungkin Wulung sudah ada di lantai dua.' Pikirnya.
Dia pun bergerak menuju ke salah satu rak yang ada disana. Dibukanya satu per satu gulungan kitab pergerakan. Dia pun mulai sibuk kembali mencari jurus pergerakan.
Beberapa kali Janu berkeliling, akhirnya dia menemukan sebuah kitab yang tulisannya diukir pada sebuah batu pipih. Janu melihat nama jurus tersebut, biasa saja, tidak ada yang menakjubkan.
Kitab teknik bergerak bebas, itu nama yang terukir di batu pipih. Dia lantas melihat isi di bawah nama. Disana tidak berupa kalimat panjang atau kata kata, namun terukir gambar gambar abstrak langkah pergerakan kaki. Di ujung bawah gambar terukir kecil sebuah kalimat "Kebebasan berawal dari dalam hati."
"Menarik! Akan aku coba kitab ini." Ujar Janu.
Dua kitab sudah dipilihnya, saatnya mencari kitab jurus pertarungan. Janu kini berpikir keras, apa yang dibutuhkannya saat ini.
Kelebihan Janu adalah dia sudah dilatih bertarung dengan beberapa jurus oleh kakek demang, dari tangan kosong hingga senjata seperti pedang dan tombak, jadi jurus apapun bisa dengan mudah diserapnya. Tubuhnya yang lincah dan cepat juga menjadi nilai tersendiri. Dia juga ditunjang dengan kecepatan berpikir, ide serta taktik, dan ketenangan dalam situasi genting. Semua itu adalah kelebihan yang dimiliki Janu karena tempaan selama di Janti.
"Sepertinya semua jurus bisa aku pelajari dengan cepat. Mungkin disini aku akan mencari jurus jurus yang lebih mengandalkan senjata, agar seranganku bisa lebih kuat lagi."
Di lantai dua dia mengambil sebuah gulungan kitab tentang jurus pedang, tertera nama namanya kitab pedang menghilang. Dilihatnya informasi tentang jurus ini. Penjelasan awal tentang kitab ini adalah jurus ini diciptakan oleh seorang pendekar pengelana bernama Hadratala yang terkenal dengan julukan pendekar kilat hitam. Dia berhasil mendapat pencerahan tentang jurus tersebut saat dia mengalahkan seekor siluman elang yang meneror wilayah Wengker.
Melihat bahwa jurus tersebut kelihatan cocok dengan dirinya yang memiliki kecepatan dan kemampuan berpedang, tanpa basa basi dipilihlah jurus tersebut untuknya.
Janu pun membawa ketiga gulungan kitab itu ke lantai satu. Di lantai satu dia menjumpai Ki Ekadanta sedang beradu mulut dengan Malya.
"Cucu kurang ajar! Kau sudah kuberi satu kitab jurus milik Mpu Sariti kan? Kenapa sekarang ingin mengambil satu jurus lagi? Belum juga satu tahun!"
"Alah jurus yang kakek beri itu tidak ada hebatnya! Waktu aku pakai bertanding kemarin, beberapa kali aku hampir kalah! Aku malu pakai jurus itu lagi!" Teriak Malya sedikit mengamuk.
"Ah, itu kau saja yang setengah setengah mempelajarinya, cucu pemalas!" Sewot sang kakek.
"Maaf, Ki Ekadanta... Bolehkah saya menyela?"
Janu yang merasa canggung mendekati keduanya. Ki Ekadanta yang tadinya penuh amarah saat beradu mulut dengan Malya seketika menunjukkan wajah yang berwibawa. Malya yang melihat reaksinya menjadi jijik dan malu, sementara Janu hanya meneguk liur saja.
"Bah, kakek peyot tak tahu malu." Kicau Malya.
"Ada apa?" Tanya Ki Ekadanta mengabaikan Malya.
"Eh, saya mau bertanya. Kitab apa saja yang ada di lantai satu ini?"
"Di lantai satu ini banyak kitab tentang informasi dan pengetahuan dari berbagai tempat di dunia. Kebanyakan kitab disini berisi tentang ilmu bercocok tanam, ilmu etika kerajaan, ilmu laut, sejarah, ilmu tentang binatang mistis dan siluman, serta cerita cerita para pendekar pun ada."
"Kebanyakan murid yang datang mencari informasi di lantai satu biasanya mencari tentang ilmu tanaman obat dan catatan catatan tentang fenomena yang terjsdi di berbagai tempat."
"Hmm, begitu rupanya. Apakah disini juga ada catatan tentang gambaran wilayah kerajaan Mataram atau yang lainnya?" Tanya Janu kemudian. Dia sangat penasaran dengan keberadaan kerajaan lain di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantastikKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...