"Kak, senjata mistis itu apa?"
"Akan aku jelaskan! Senjata terbagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan energi dan aura yang ada di dalamnya. Sebelum ini senjata yang kalian kenal selama ini hanyalah senjata biasa tanpa energi dan aura apapun."
"Nah, untuk tingkatan dasar adalah senjata tanpa aura seperti yang kalian kenal. Lalu selanjutnya adalah senjata mistis. Senjata ini hanya bisa menyalurkan energi dari tubuh si pengguna, tanpa bisa menyimpan atau memiliki kemampuan khusus tersendiri. Jadi apabila si pengguna menggunakan jurus energi api, maka senjata ini akan menyerap energi si pengguna dan mengeluarkan energi tersebut menjadi berlipat."
"Yang ketiga adalah senjata bumi. Senjata tingkat ini mampu menyimpan energi dan aura dari alam, jadi energi pengguna tidak akan terserap habis oleh senjata tersebut. Selanjutnya adalah senjata langit, dimana daya serang dan kemampuannya jauh diatas senjata bumi. Senjata ini memiliki daya hancur yang sangat luas dan dapat membunuh ribuan orang di dekatnya sekaligus."
"Yang terakhir, yang masih menjadi misteri adalah senjata jiwa. Senjata ini masih menjadi legenda, hanya orang orang tertentu saja yang memilikinya. Bahkan sampai saat ini, para guru pun juga belum pernah menemukan orang yang memilikinya. Dimitoskan bahwa senjata ini memiliki jiwanya sendiri, mampu bergerak sendiri, dan memilih orang tertentu untuk menjadi tuannya."
Atraman menjelaskan panjang lebar tentang jenis jenis senjata yang dia tahu. Anak anak itu semua mendengarkan dengan seksama. Mereka kemudian memandang kearah Malya dengan tatapan iri. Seandainya saja mereka yang bisa memenangkan pertandingan, maka senjata senjata dahsyat itu bisa berada di tangan mereka.
"Malya! Mpu Kalya memerintahkan agar kamu sekarang masuk ke dalam pusat penempaan. Minta sebuah senjata mistsi kepada guru di dalam sana, bilang saja disuruh oleh Mpu Kalya. Kami disini akan menunggu sambil beristirahat."
Malya masuk ke dalam pusat penempaan. Agak lama dia berada di dalam rumah besar itu. Sementara Malya masuk ke dalam, anak anak mempergunakan kesempatan itu untuk beristirahat.
Saat mereka beristirahat, Janu mengambil kesempatan itu untuk bertanya.
"Kak Atraman, di dalam pusat penempaan ada siapa saja?" Tanya Janu, sementara anak anak yang lain juga ikut mendengarkan.
"Owh iya, hampir saja terlupa. Di pusat penempaan ini ada tiga orang guru sekaligus ahli tempa. Mereka adalah Mpu Dalasa, Mpu Gambrong, dan murid Mpu Gambrong bernama Lestaman. Ketiga orang ini yang bertugas untuk menempakan senjata untuk murid murid."
"Kaĺau nanti kalian semua sudah mencapai tingkat penyerapan energi, datang saja kesini! Nanti kalian akan dibuatkan senjata oleh mereka."
"Tingkat penyerapan energi itu apa kak?" Salah satu anak menimpali.
"Kalau Malya sudah kembali, nanti aku jelaskan sedikit." Balas Atraman.
"Kak, kalau asal usul Perguruan Pinus Angin ini apa kakak tahu?" Tanya Rangin.
"Hmm... Yang aku tahu adalah perguruan ini didirikan oleh seorang pertapa sakti bernama Marung Loji beberapa ratus tahun lalu. Dia dijuluki sebagai pendekar gua kalong pada masa itu. Kabarnya dia pergi begitu saja setelah mendirikan perguruan ini, lalu kepemimpinan perguruan diserahkan kepada Mpu Gamawan, muridnya. Setelah berganti kepemimpinan beberapa kali, barulah sekarang kepemimpinan di tangan Mpu Sadhana, generasi ke empat belas."
"Lalu, kenapa diberi nama Pinus Angin?"
"Kalian bisa lihat sendiri, lokasi perguruan ini dikelilingi oleh hutan pinus yang sangat luas, juga berada di daerah lereng gunung yang sangat berangin. Dari sinilah nama tersebut diambil."
"Kalau pertapa Marung Loji sendiri perginya kemana kak?" Tanya Janu penasaran.
"Wah, aku tidak tahu kalau itu. Yang aku tahu, yang masih berada disini untuk bertapa adalah dari pemimpin generasi ke sebelas sampai sekarang. Para pemimpin generasi sebelumnya aku tidak tahu."
Begitu banyak pertanyaan dilontarkan oleh para murid baru, terutama berkaitan dengan pertapa Marung Loji yang misterius. Walau begitu, banyak juga pertanyaan tersebut yang tidak bisa dijelaskan oleh Atraman, atau hanya berdasarkan mitos mitos saja.
Beberapa saat kemudian Malya keluar dari dalam pusat penempaan dengan wajah yang berseri seri. Di tangannya tergenggam sebuah tongkat bambu kuning setinggi dada. Sambil diayun ayunkan tongkat itu diarahkan ke anak anak yang lain, Malya tertawa riang. Melihat itu, anak anak yang lain pun jadi sedikit iri.

KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantasyKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...