Satu hari berselang, kondisi Desa Telang malah semakin tegang. Sekelompok prajurit dari Bhumi Mataram tiba di desa. Mereka dipimpin oleh Tumenggung Amuk Kumbara.
Setibanya di Desa Telang, dia langsung memerintahkan para prajurit untuk berjaga di perbatasan desa. Dia pun segera bertemu dengan sang kepala desa dan memulai pemeriksaan di dalam desa.
Siang hari, Janu dan kawan kawan dikejutkan dengan kedatangan sekelompok prajurit yang sedang melaksanakan patroli. Keempatnya lantas ditangkap dan digiring menghadap Tumenggung Arya Kumbara.
Mereka tidak melawan sama sekali saat dibawa oleh para prajurit.
Bersama dengan beberapa pendatang lain, keempatnya dikumpulkan di dalam sebuah ruangan kosong. Disana sudah berkumpul beberapa prajurit kuat yang menatap dengan tatapan curiga.
Seorang lelaki tengah diperiksa dan ditanyai oleh sang tumenggung di ruangan sebelah. Beberapa saat dia keluar didampingi oleh dua orang prajurit, wajahnya tegang dan ketakutan. Dia digiring kembali di ruangan bersamaan dengan Janu dan beberapa orang lainnya.
Si prajurit lantas menyuruh dua orang bapak anak untuk berdiri dan mengikuti mereka. Keduanya dibawa masuk ke dalam ruangan.
Setelah beberapa giliran orang dibawa masuk ke dalam ruangan, tibalah saatnya giliran Janu dan kawan kawan. Keempatnya dibawa bersama masuk ke dalam ruangan.
Di dalam ruangan terlihat sepi. Hanya ada sang tumenggung yang duduk tenang di atas balai. Disana keempatnya didudukkan di tanah, menghadap si tumenggung.
Sang tumenggung lantas menatap keempatnya satu per satu. Janu dan kawan kawan membalas tatapan itu dengan berani. Agak lama mereka saling menatap, seorang prajurit kemudian berbisik ke telinga sang tumenggung.
"Hmm! Ada maksud apa kalian berada di hutan barat Desa Telang?" Selidik sang tumenggung menatap tajam kearah Janu.
"Apa kami harus menjawab pertanyaan ini?" Balas Janu berani.
"Kalian berempat patut dicurigai sebagai anggota komplotan yang menyerang Desa Telang. Menurutku, kalian hanyalah mata mata kecil suruhan para penjahat itu. Sekarang, kalau kalian tertangkap seperti ini, jawab jujur atau mati di tempat!" Tegas si tumenggung.
"Hahaha! Konyol sekali." Janu tertawa sinis.
"Apa kau benar benar mau membunuh kami?" Tanya Malya kemudian.
Tanpa ada kesepakatan, dari tubuh keempat remaja itu tiba tiba mengeluarkan semacam dinding perisai energi yang cukup kuat. Dinding perisai itu tidak terlihat, namun mampu dirasakan oleh semua orang yang memiliki kesaktian.
Sebelumnya Janu dan kawan kawan belum bisa mengeluarkan perisai energi itu, karena mereka baru saja memasuki tingkat penguatan energi. Kekuatan energi mereka masih belum stabil. Kini, setelah stabil, mereka mampu dengan bebas mengeluarkan perisai energi tersebut.
'Tingkat penguatan energi!' Batin sang tumenggung. Dia kaget melihat kemampuan mereka.
"Siapa kalian?" Tanya sang tumenggung penasaran. Kini sikapnya berubah, dia waspada.
Melihat keempatnya masih menatap dengan sinis, Tumenggung Amuk Kumbara segera paham. Dia pun menyuruh para prajurit di dalam ruangan untuk keluar.
"Maafkan kelancangan saya. Namun saya ingin tahu, para pendekar ini berasal dari mana?" Tanyanya sekali lagi.
"Huft! Kami murid Perguruan Pinus Angin. Jadi tumenggung tidak usah curiga dengan kami. Kami kemari hanya ingin mencari bahan untuk senjata mistis kami." Jawab Janu jujur.
Disini Janu memilih untuk jujur karena dia bukanlah musuh dari para prajurit itu. Dia juga ingin tahu apa yang sedang terjadi di Desa Telang. Tindakannya sebelumnya hanyalah gertakan, agar tidak banyak yang tahu rahasia mereka.
"Owh! Kalian para pendekar golongan putih rupanya. Maafkan kelancangan saya tadi."
Kini si tumenggung berdiri dan turun dari balai. Sikapnya kini menjadi berbalik, dia menjadi sopan kepada keempat remaja itu. Setelah mengetahui keempatnya berasal dari perguruan golongan putih, dia menjadi sedikit lega.
"Tidak apa apa tuan tumenggung... Kalau boleh tahu, ada apa sebenarnya yang terjadi di desa ini?" Tanya Janu kemudian.
![](https://img.wattpad.com/cover/182581631-288-k567062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANU : Tahap Awal
FantasíaKisah seorang anak manusia yang berusaha bertahan hidup dan menjadi kuat ditengah pertempuran dua kubu. Dengan berlatar belakang jaman kerajaan Mataram hindu, sang anak berusaha menjadi seorang pendekar yang membantu menciptakan kedamaian di kerajaa...