02. Adu Otot
"DASAR BANCI!"
Baru saja hendak menoleh ke sumber suara, seketika Ragas sudah dihadiahi oleh bogeman mentah yang mendarat di pipinya. Karena tidak siap, Ragas sampai sedikit oleng. Untung saja otot kakinya yang kuat tidak menyebabkan ia jatuh terjerembab ke tanah.
"Maksud lo nampar gue apaan bangsat?!" Masih memegangi pipinya yang masih merasa panas, Ragas mempertajam sorot matanya kepada si pelaku. Sedikit terkejut, Ragas menggertakkan giginya. Rupanya Arjun yang memukulnya. Ya, ketua OSIS yang menurut Ragas songong dan sok jago.
Arjun maju selangkah mendekat Ragas, dadanya membusung ke depan. Bersamaan dengan dorongan cepat yang ia layangkan, Arjun berkata emosi, "maksud lo dorong Ralin apaan? Dasar banci, beraninya sama cewek!"
Ragas memutar sedikit tubuhnya, wajahnya kini mengarah pada cewek yang tadi ia dorong sampai jatuh. Cukup lama Ragas memperhatikan Ralin yang sibuk meniup-niup luka di sikunya yang berdarah.
Ragas kembali memusatkan sorot matanya pada Arjun ketika ketua OSIS itu bersuara lantang. "Lo mikir pake otak! Udah masuk terlambat, nyolot, dan sekarang bikin cewek yang nggak nggak salah apa-apa terluka? BANCI TAHU NGGAK?!"
Mulut Arjun yang kelewat lemas membuat Ragas geram. Rahangnya sudah mengetat, tangannya kini terkepal kuat, di tambah giginya yang sudah bergemeretak. Langsung saja Ragas menghadiahi Arjun pukulan lebih kencang di perut cowok itu.
BUGH!
Satu tinjuan saja sudah membuat Arjun oleng beberapa detik, sebelum akhirnya ketua OSIS itu terkapar. Ragas tersenyum picik, ia mendekat Arjun yang merintih sambil memegangi perutnya. Setengah jongkok, Ragas mencengkram kerah seragam Arjun.
Menyeringai muak, Ragas berkata menusuk. "Sekali lagi lo berurusan sama gue, nyawa lo taruhannya," ucapnya tegas. Ragas kemudian melepaskan cengkeramannya. Sekali lagi, Ragas terkekeh puas melihat Arjun tumbang tidak berdaya.
"Lo yang maksa masuk dalam lingkaran hidup gue, dan setelah ini, jangan harap lo bisa hidup tenang bangsat!" Untuk kedua kalinya, Ragas memberikan Arjun pelajaran fisik. Jika sebelumnya ia memukul perut Arjun dengan kepalan tangannya, justru kali ini Ragas menggunakan kakinya.
Setelah berdiri tegak, Ragas berjalan beberapa langkah menghampiri cewek yang beberapa saat lalu memancing emosinya. Ragas jongkok kembali, bibirnya menyeringai.
"Gimana? Sakit?" Ragas terkekeh pelan sambil memperhatikan wajah Ralin yang memasang ekspresi tidak bersahabat. Terlalu rumit untuk Ragas deskripsikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...