49. FAKTA MENGEJUTKAN

931 110 80
                                    

Anda kena prank hahahaha

Siapa yang menyangka emang beneran ending? Atau kalian udah kebal dengan ginian, terus nggak bakal percaya gitu aja.

Hati-hati baca chapter ini, mungkin bakal emosi :)

HAPPY READING 💓

"Ragas sialan, lo nyebelin banget sumpah!" Elang memberikan Ragas tatapan kesal sembari terus mengikuti langkah Ragas menuju parkiran sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ragas sialan, lo nyebelin banget sumpah!" Elang memberikan Ragas tatapan kesal sembari terus mengikuti langkah Ragas menuju parkiran sekolah. "Lo jahat banget sama gue, kasih tahu gue dong."

"Nggak!"

"Gue bunuh diri nih kalo lo nggak kasih tahu juga," ancam Elang.

Ragas menoleh ke samping sambil tersenyum mengejek. "Lah, tinggal bunuh diri aja sana. Gue nggak rugi tuh, bahkan gue untung kalo lo minggat!" balasnya tajam semakin membuat Elang mengerucutkan bibirnya dan menampilkan ekspresi keruh.

"Temen nggak tahu diuntung!"

"Lagian pertanyaan lo nggak jelas banget, males lah gue jawabnya," kesal Ragas sambil memutar bola matanya.

"Gue cuma nanya lo udah main gituan nggak sama Ralin. Masa sih pertanyaan gitu aneh? Wajar kali kalo gue tanya ke orang yang udah nikah. Pasti lo pernah, kan? Ngaku lo Gas! Rasanya gimana Gas?" Elang menatap Ragas antusias.

"Goblok!" Ragas menjitak kepala Elang dan mulai mempercepat langkahnya agar segera menjauhi dari manusia spesies aneh seperti Elang.

Sementara Elang terbelalak di tempat. "GAS ELPIJI! SIALAN LO, GUE KUTUK JADI SI TANGGUNG BARU TAHU RASA LO!"

Setelah dirasa jaraknya dengan Elang terpaut jauh, Ragas pun menoleh ke belakang. Senyumannya mengembang, ia sudah merasa aman terhindar dari sahabat bobroknya itu. Langkah Ragas semakin cepat agar ia bisa langsung cabut tanpa ada halangan lagi.

Pulang sekolah kali ini Ragas tidak bersama Ralin, cewek itu sudah meminta ijin sama Ragas bahwa dirinya akan mengerjapkan tugas kelompok di rumah temannya, dan Ragas menyetujui itu tanpa berpikir panjang.

Ragas hendak menuruni anak tangga sebelum tiba-tiba saja telinganya mendengar suara percakapan orang lain. Entah kenapa langkah Ragas terhenti. Ia mengerutkan dahi, sementara otaknya sedang berputar. Ia seperti mengenali suara salah satu diantara percakapan yang ia dengar barusan.

Sekali lagi, Ragas mempertajam pendengarannya.

"Kamu janji mau beliin aku boneka?"

"Iya aku janji."

"Demi apa? Serius? Kamu nggak bohong, kan?"

"Buat apa aku bohong. Kamu mau boneka yang kayak gimana? Tinggal ngomong aja, nanti aku beliin."

"Kamu kok baik banget sih sama aku? terharu nih jadinya.

"Apa sih yang nggak buat kamu. Aku sayang banget sama kamu."

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang