Baca chapter ini pelan-pelan ya, jangan ngebut kayak kereta 🤣
Ini adalah chapter paling panjang yang pernah aku buat dicerita ini, hampir 2300 kata. Semua penjelasan soal kehamilan Ralin ada di chapter ini.
Semoga paham ya sama penjelasan aku. Chapter ini adalah penentu endingnya nanti. Hati-hati, siapkan hati dan pikiran buat baca.
Cukup pusing dan membingungkan kalo kalian bacanya nggak fokus.
Jadi apa kalian siap membaca?
Komentar siap di sini!
Penuhi paragraf dengan Komentar ya biar author seneng hehehe ...
HAPPY READING GUYS 💓
"Ralin, kamu mau kan gugurin kandungan kamu demi aku?"
Bagaikan tersambar petir, Ralin langsung tersentak kaget sekaligus tidak percaya jika Ragas kembali membicarakan soal perkara itu. Ralin terdiam beberapa saat, hingga akhirnya ia kembali menatap sepasang bola mata Ragas.
Ralin menggeleng keras, "aku nggak mau Ragas. Aku nggak tega sama janin yang aku kandung. Aku nggak mau, aku takut," ujarnya sambil menahan air matanya yang tiba-tiba saja tertampung di pelupuk matanya.
Ragas memejamkan matanya rapat-rapat seraya menarik napas panjang. Tangannya terkepal kuat. Tapi Ragas tidak ingin jika emosinya kembali tersulut. Meskipun ia geram mendengar respons dari Ralin, namun Ragas mengusahakan dirinya untuk tetap tenang. Lagipula, dirinya juga masih sekarat. Tidak memungkinkan bagi Ragas untuk memainkan emosinya.
Ragas semakin erat menggenggam tangan Ralin. Tatapannya pun semakin lama semakin dalam. Menghela napas panjang, Ragas kemudian berujar pelan dengan suara yang nyaris tidak terdengar di telinga Ralin. "Kamu nggak mau bikin aku kecewa kan Ralin?"
Ralin mengangguk. "Aku paham Gas, aku ngerti banget. Tapi apa yang kamu mau itu nggak akan pernah aku turuti. Aku sayang banget Gas sama kamu. Sampai kapanpun aku juga nggak mau bikin kamu kecewa."
"Kalo kamu sayang aku, terus kenapa keinginan aku nggak pernah kamu gubris? Aku cuma mau satu Ralin. Kemauan aku hanya ingin kita hidup bahagia tanpa ada anak yang kamu kandung itu."
Ralin mengusap kasar air matanya yang tergenang dipipinya. Sakit, hatinya bagai tersayat oleh ribuan pisau yang sangat tajam. Ralin menggeleng keras sambil melepaskan genggaman tangan Ragas.
"Kamu keterlaluan Ragas. Kamu nggak punya hati. Anak yang aku kandung nggak salah apa-apa. Kenapa kamu tega banget Gas? Kenapa? Aku nggak mau nuruti kemauan kamu yang gila itu. Sampai kapanpun aku nggak bakal mau Ragas."
Ragas menghela napas kasar. "Bayi yang berada di rahim kamu memang nggak salah apa-apa. Tapi yang salah itu kamu Ralin. Kamu penyebab ini semua. Kamu tega ngekhianati aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Novela Juvenil"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...