Yang nungguin ada nggak nih, man nih suaranya?
Sebenarnya chapter ini udah aku tulis semalam sih, tapi karena tadi malam usah ngantuk banget dan bel sempat revisi. Jadi baru sempet sekarang.
Di sekolah kalian belajarnya sama nggak lewat daring?
Jam berapa kalian lihat notip cerita ini muncul?
Jangan lupa komentar di setiap paragraf ya!
Happy reading 💓
Untung saja Arjun masih sadarkan diri. Dan Ralin akhirnya bisa memapah cowok itu pergi ke UKS untuk diobati secepatnya. Ralin tidak peduli dengan tatapan penuh tanya orang lain yang mengarah kepadanya. Dan selagi Arjun di obati oleh perawat yang senantiasa bertugas di UKS, ia pun pergi ke ruang BK untuk melaporkan kasus ini kepada Bu Mumun.Ragas harus dapat ganjaran atas apa yang ia ulahkan. Ralin tidak peduli dengan nasib Ragas, ia sungguh kesal dengan cowok kejam seperti itu yang maunya menang sendiri.
Beberapa menit berbicara kepada Bu Mumun, akhirnya Ralin kembali menuju UKS untuk melihat keadaan Arjun. Cowok itu masih terbaring di ranjang.
"Jun, gimana keadaan lo?" tanya Ralin lembut sembari duduk di kursi. Ia menatap wajah Arjun penuh prihatin. Bekas pukulan Ragas tentu saja masih terlihat jelas. Ralin sendiri bahkan ngeri membayangkannya. Arjun yang kena bogeman, Ralin malah yang meringis ngilu.
Arjun mengusung senyuman tipis. "Gue baik-baik aja kok, makasih ya udah nolongin gue."
Ralin menghembuskan napas lega, lalu ia tersenyum lebar dan mengangguk. "Iya, nggak pa-pa kok. Masih ada yang sakit nggak?"
"Selagi lo duduk di samping gue, gue nggak bakal kenapa-napa kok," jawab Arjun.
Ralin menyubit lengan Arjun. "Alay tau!"
"Emangnya kenapa?" tanya Arjun.
Ralin menggeleng pelan. "Udah udah, lo istirahat aja biar cepet sembuh."
"Iya."
"Lo harus sembuh sebelum GKS di mulai. Mana acaranya besok lagi. Terus gimana kalo lo sakit gini? Bakal kacau Jun kalo nggak ada lo," ucap Ralin cemas. Ia sudah gelisah memikirkan itu. Padahal acara ini susah disiapkan sangat matang. "Ini semua gara-gara Ragas! Tuh cowok nyebelin banget. Maunya menang sendiri, egois, hobinya marah-marah nggak jelas. Kerjaannya buat onar mulu!"
Arjun memandangi Ralin dalam sambil tersenyum kecil. Melihat Ralin yang marah-marah membuatnya bertambah menggemaskan dimatanya.
Ralin kemudian melirik Arjun yang malah terkekeh kecil. Langsung saja Ralin menyubit lengan Arjun lagi. "ish ... Kenapa lo malah senyum-senyum gitu sih! Gue lagi kesel juga."
"Lo lucu kalo lagi marah."
"Apaan sih Jun."
Arjun tidak bisa memberhentikan senyuman yang menempel di bibirnya. Ia kemudian mengambil tangan Ralin, membuat Ralin langsung tersentak kaget. Arjun mengusap lembut punggung tangan Ralin dengan jempol tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Teen Fiction"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...