45. RUANG MAKAN

1K 119 45
                                    

Update pagi-pagi biar semangat hahaha
Jangan lupa tekan vote dan komentar ya!

HAPPY READING 💓

Ralin bangun dari tidur dengan napas terengah, ia kemudian melirik jam beker yang berada di nakas, masih pukul jam lima pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ralin bangun dari tidur dengan napas terengah, ia kemudian melirik jam beker yang berada di nakas, masih pukul jam lima pagi. Berusaha mengumpulkan nyawanya agar kembali sepenuhnya, Ralin sempat bengong beberapa saat.

Tadi malam ia bermimpi jika Ragas mencium keningnya dan berbisik di hadapannya. Tapi, kenapa itu terasa sangat nyata? Ralin menggeleng kuat, itu pasti beneran mimpi. Lagipula, mana mungkin Ragas bertindak romantis seperti itu? Ralin membuang napas panjang dan berusaha untuk menampik pikiran konyol itu dari memori otaknya. Walaupun saat ini jantungnya berdentum keras, Ralin mencoba untuk tenang.

Ralin berdiri dan berjalan keluar dari kamar, entah kenapa yang ada dipikiran Ralin saat ini hanyalah Ragas. Tidak butuh waktu lama untuk Ralin menyeret langkahnya menuju sofa ruang tamu.

Dapat dilihatnya dengan sepasang bola matanya, Ragas tertidur dengan lelap. Entah kenapa terbesit perasaan kasihan terhadap cowok itu. Menghela napas panjang, Ralin membungkuk dan tangannya langsung terulur. Ditepuknya pipi Ragas cukup kuat.

"Ragas, bangun!" ujar Ralin. Tapi Ragas tidak kunjung bangun, cowok itu hanya mendengkus dan berpindah posisi menyamping. Ralin kembali mencoba, diguncangnya tubuh Ragas sekali lagi. Dan kali ini cukup kuat.

"Ragas, buruan bangun. Udah siang nih, lo mau sekolah nggak?"

Perlahan, cowok itu mengerang dan membuka matanya. Menggeliat beberapa detik sampai akhirnya Ragas membuka mata sepenuhnya. Ia menatap Ralin, langsung saja senyumannya mengembang.

"Bangun tidur langsung natap istri, kayak gini doang gue udah seneng banget," ungkap Ragas sambil tersenyum lebar. Membuat Ralin berlagak ingin muntah.

"Buruan deh bangun."

"Morning kiss-nya mana?" tanya Ragas masih dalam posisi menyamping.

"Nggak usah alay," balas Ralin sambil melotot lebar.

"Nggak pa-pa, kan sama istri sendiri. Bujuk gue lagi, baru gue bangun."

"Bodo amat, mau lo nggak bangun gue juga nggak peduli. Dibangunin malah ngelunjak, mau gue siram pakai air panas lo?"

Ragas terkekeh kecil, melihat Ralin yang marah-marah membuatnya bertambah gemas. Ragas belum juga menyerah, ia masih betah menggoda Ralin. "Cium dulu biar gue semangat hari ini."

"Coba lo ngomong sekali lagi," ucap Ralin melotot lebar.

"Gue mau dicium sama istri gue."

Ralin melotot lebar mendengar itu, dengan cepat ia mengambil bantal sofa dan melemparkannya ke wajah Ragas. "Cium tuh bantal!" ucapnya puas dan segera pergi dari sana. Ralin tersenyum puas melihat itu.

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang