04. Pemicu masalah
Ragas, cowok itu berjalan tergesa menuju kelasnya dengan raut wajah rumit, tatapannya kelewat tajam dan serius, membuat siapa saja tidak berani menatap wajah tersebut lebih dari lima detik. Tatapan tajamnya fokus ke depan, kedua alisnya menukik dalam. Wajah tegas namun penuh emosi yang menggumpal sudah dipancarkan.
Ketika cowok itu sudah sampai di kelasnya, suasana yang semula ramai layaknya pasar swalayan, kini berubah hening seperti berada di kuburan. Ragas mencoba tidak peduli, ia berjalan cepat menuju bangkunya yang berada di pojok. Terlampau emosi, Ragas menendang bangku dengan kakinya. Aksi gilanya itu menuai respons teriakan histeris para cewek di kelas tersebut. Sebagian besar penduduk kelas berbondong-bondong keluar karena tidak mau terkena imbas dari Ragas yang sedang menjelma menjadi binatang buas. Percayalah, ketika cowok itu sudah bertingkah menyeramkan seperti itu, apapun bisa Ragas lakukan.
"BANGSAT!"
Ragas berteriak sangat keras dan lantang. Wajahnya sudah merah menahan geram, bahkan urat-urat di lehernya kini terlihat menonjol.
Gubrak!
Lagi, Ragas membuat kekacauan kelas. Ia bersikap brutal. Kini kelas nyaris kosong, hanya keempat temannya yang masih berdiri tidak jauh darinya. Ragas memandangi mereka satu persatu dengan dada yang naik turun. Sebelum akhirnya cowok itu duduk di kursi dengan amarah yang belum surut.
"Ragas, lo kenapa bisa emosi gini?" tanya Saka penasaran, disambut anggukan kepala dari temannya yang lain. Ragas tidak menjawab, ia bungkam dengan pikiran rumitnya.
Elang mendekati Ragas, lalu menepuk pundak cowok itu cukup keras. "Hei, lo kenapa marah-marah gini? Ketahuan guru karena lo kencing di botol Aqua, ya?"
Satu jitakan keras Elang dapatkan dari Nolan, tidak hanya itu, cowok yang seringkali mengeluarkan lelucon receh itu mendapatkan pelototan tajam dari yang lainnya. "lagi serius goblok!"
Selagi Elang yang mengelus puncak kepalanya, Miko yang biasanya jarang angkat suara, kini mendadak saja ingin tahu. Ia menatap Ragas, kemudian mengulang pertanyaan Saka. "Lo ada masalah?"
"Kan gue udah bilang barusan kalo si Ragas kencing di botol Aqua, lo semua dengerin orang tua ngomong makanya," celetuk Elang lagi.
"Woy! Lo bisa diem nggak? Kita lagi serius, bukan waktunya becanda," tegas Saka, kesal dengan Elang yang tidak kenal situasi untuk ngelawak. Padahal suasana sekarang masih dilingkupi oleh keseriusan. Elang kemudian langsung tutup mulut.
"Gas, cerita dong sama kita. Lo kenapa bisa emosi kayak tadi? Nyeremin tahu nggak? Lo lihat nih sekarang, kelas kosong karena takut sama lo," ujar Nolan, mewakili rasa penasaran yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Burn the Bad Boy (END)
Genç Kurgu"Arjun terus yang dipilih. Kapan lo milih gue?" tanya Ragas dengan kesak sambil menatap Ralin. "Kalo Arjun ajak lo ke kantin lagi, apa lo bakal nolak?" "Oh ya nggak mungkin gue tolak dong. Arjun ngajak gue ke kantin? Berduaan? Makan bakso? Dan gue...