48. SEBUAH PERTANYAAN

914 107 37
                                    

UPDATE LAGI!

Rasanya waktu cepat sekali berlalu, Ralin merasa sepertinya baru kemarin ia melangsungkan sebuah acara pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rasanya waktu cepat sekali berlalu, Ralin merasa sepertinya baru kemarin ia melangsungkan sebuah acara pernikahan. Dan tahu-tahu sekarang adalah genap dua bulan ia dan Ragas sudah menjadi pasangan suami istri. Ralin sebenarnya masih belum percaya dan tidak menyangka ini semua bakal terjadi.

Hari-hari yang Ralin lalui bersama Ragas masih terasa halus, bahkan omongan Ragas bisa Ralin pegang. Terbukti, Ragas tidak pernah main kasar kepadanya lagi. Dan itu membuat Ralin merasa senang. Tapi, ada satu hal yang masih mengganjal di hati Ralin. Ia dan Arjun belum putus sampai saat ini.

Awalnya Ralin takut jika Ragas akan marah, tapi cowok itu tidak mengungkit persoalan itu. Seolah Ragas sudah tahu apa yang seharusnya Ralin lakukan. Yaitu karena sudah menjalin ikatan pernikahan, Ralin dan Arjun akan tahu diri dan akhirnya putus. Tapi nyatanya saja hubungan itu masih berlanjut, Arjun juga saat ini belum tahu bahwa Ralin sudah menikah.

Tapi, ketika waktu istirahat Ralin habiskan bersama Arjun di kantin, Ragas tiba-tiba datang dan tanpa permisi menarik tangannya menjauh dari kerumunan menuju tempat sepi.

Ragas kesal dengan Ralin yang masih saja berdekatan dengan Arjun. Awalnya Ragas membiarkan itu, ia tidak ada masalah mau Ralin dekat dengan siapa saja, tapi semakin lama ia jengah juga dan tidak tahan. Tidak jarang Ragas sedang melihat Ralin dan Arjun berduaan. Dan itu terjadi tidak satu dua kali, Ragas sering melihatnya. Dan saat ini adalah kejadian serupa seperti sebelum-sebelumnya.

Ragas melepaskan cekalan tangannya setelah merasa sudah menemukan tempat yang lumayan sepi. Ia berbalik menatap Ralin tajam.

Berdehem kecil, Ragas bertanya dengan aksen suara berat, tapi terdengar sangat menyeramkan di telinga Ralin. "Ngapain di kantin sama Arjun?"

Ralin menatap sepasang bola mata Ragas yang berkilat tajam, sangat kentara jika amarah cowok itu sedang berkobar. Pertanyaan itu entah kenapa rasanya belum bisa Ralin jawab. Bukannya ia tidak tahu, tapi lidahnya terasa susah untuk mengucapkan sepatah kata pun.

"Kenapa diem? Aku tanya kamu, bukan lagi marahin kamu," ujar Ragas lagi. Tatapannya yang tajam sama sekali tidak berpindah dari sepasang bola mata Ralin.

Sedikit informasi singkat, Ragas memang sudah mengubah panggilan aku—kamu untuk Ralin, bahkan Ralin pun sama. Awalnya memang terasa aneh dan canggung, tapi lama kelamaan akan terasa biasa saja.

"Aku lagi makan sama Arjun," jawab Ralin akhirnya, terdengar ragu-ragu saat mengucapkan kalimat itu. "kenapa emangnya?"

Ragas melotot lebar, "kamu malah tanya kenapa? Nggak salah tuh?"

"Iya, aku janji nggak bakal deket-deket sama Arjun lagi."

"Iya janji, tapi besoknya udah dilanggar lagi. Itu cuma omongan, kamu ngelakuinnya nggak serius," timpal Ragas sembari tersenyum mengejek.

"Ragas, maafin aku. Aku janji nggak bakal jalan sama Arjun lagi, kamu jangan marah, ya?" mohon Ralin sambil memegangi tangan Ragas, berusaha meyakinkan cowok itu apabila kata-katanya tadi serius dan bisa di pegang.

Ragas menghela napas panjang, tatapannya kini sudah mulai melunak. "Kamu masih pacaran sama Arjun?"

Ralin mengerjapkan matanya, pertanyaan itu seolah mencekik lehernya. Baru kali ini Ragas bertanya soal itu, membuat Ralin terkejut sekaligus bingung harus menjawab apa. Tapi karena tidak mau menambah sebuah masalah lagi, dengan takut-takut Ralin pun mengangguk.

"Kenapa masih pacaran sama Arjun? Kamu tau kan kalo itu salah? Tapi kenapa masih dijalani? Kamu tahu perasaan aku, kan?"

"Maaf."

"Ralin, apa kamu masih belum percaya kalo aku bisa buat kamu bahagia? Kamu ragu soal itu?" tanya Ragas, ia mulai serius lagi, membuat Ralin menelan ludahnya gugup.

Ralin diam sembari menunggu Ragas kembali berbicara.

"Jangan deket-deket sama Arjun lagi, aku nggak suka. Kamu itu sekarang udah jadi istri sah aku, cuma aku yang harus bikin kamu bahagia, bukan malah cowok lain."

"Ra—

"Aku mau kamu sama Arjun putus, nggak ada hubungan apa-apa lagi diantara kalian. Kamu pikir aku nggak tahu selama ini? kamu salah Ralin, aku nggak pernah ungkit ini bukan berarti aku nggak tahu, aku udah tahu semuanya. Hanya saja aku nunggu waktu yang pas buat ngomong masalah ini," ujar Ragas panjang lebar memotong ucapan Ralin.

"Nggak semudah itu," respon Ralin singkat sambil menunduk.

Tanpa sadar tangan Ragas sudah terkepal mendengar jawaban Ralin. Bagaimana ia tidak tersulut emosi kalau sudah begini?

"Maksudnya kamu nggak mau putus sama Arjun gitu?" Ragas menghela napas panjang tidak habis pikir, "apa aku nggak cukup buat kamu bahagia sampai kamu nggak mau putus sama Arjun?"

Ralin menggeleng, "bukan itu, jangan salah paham dulu."

"Terus apa? Jangan bikin aku tambah emosi, kenapa kamu nggak mau putus? Kamu kira hubungan kita itu apa?" balas Ragas cepat dengan emosi yang perlahan mendidih di kepalanya.

"Iya, aku bakal putusin Arjun, tapi nggak semudah itu Ragas. Aku perlu waktu buat mikir dan ngomongnya. Aku nggak mau Arjun kecewa, aku perlu ngomong baik-baik biar Arjun ngerti," pinta Ralin.

"Kayak gitu doang perlu mikir? Apa yang harus dipikirin lagi sih? Kamu cuma ngomong putus, dan itu nggak sulit," jelas Ragas sudah mulai jengkel. "Apa karena Arjun baik di mata kamu jadi kamu susah ngelepasin dia? Kamu lebih bahagia sama Arjun ketimbang sama aku?"

"Jangan ngomong gitu Ragas."

"Ya udah putusin Arjun!"

"Iya Ragas iya, kamu nggak denger aku ngomong tadi. Aku bakal putusin Arjun, tapi nanti. Kamu nggak usah takut gitu, aku nggak bakal ninggalin kamu. Aku cuma perlu waktu, dan aku harap kamu bisa ngerti dan nggak egois gini," ujat Ralin sambil memegang kedua tangan Ragas.

"Aku ngomong gini karena aku sayang kamu Ralin, aku nggak bermaksud egois. Tapi aku nggak mau kamu terus berduaan sama Arjun. Kamu tahu kan definisi cemburu itu kayak apa?"

Ralin mengangguk. "Iya aku paham perasaan kamu. Sekali lagi aku mohon maaf."

"Aku maafin."

"Beneran?"

Ragas menghela napas panjang. "Sebenernya terpaksa, tapi aku sayang banget sama kamu. Aku takut kalo kamu bakal ninggalin aku demi Arjun."

Ralin tersenyum manis, "aku nggak bakal ninggalin kamu Ragas, aku janji."

"Kenapa?"

Ralin menunduk sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Pipinya pasti sudah semerah tomat sekarang karena terasa sangat hangat. Ralin juga merasa irama detak jantungnya berpacu lebih keras.

"Aku juga sayang kamu Ragas. Sampai kapanpun aku janji nggak bakal ninggalin kamu, kamu bisa pegang omongan aku ini."

"Iya aku percaya, tapi rasa sayang aku lebih besar daripada rasa sayang kamu ke aku," jawab Ragas sembari tersenyum. "Jangan lupa putusin Arjun secepatnya, Kalo nggak aku bakal garap kamu malam ini juga!"

Ralin melotot, dipukulnya dengan keras pundak Ragas. "Nyebelin ih!"


ENDING




Jangan hapus cerita ini dari library kalian ya!

Bakal ada informasi penting

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang