20. PERTARUNGAN

1.6K 178 152
                                    

Vote dulu sebelum baca biar nggak lupa. Plis ... Jangan jadi kaum sider, sedih akutuh kalo banyak yang sider 😢

Mana nih suaranya yang nungguin cerita ini update?

Komentar disetiap paragraf ya biar aku tambah semangat buat Update!

Tembus 500 komentar atau lebih besok aku update lagi. Kalo nggak nyampe ya nunggu aku mood buat Update 😆

 Kalo nggak nyampe ya nunggu aku mood buat Update 😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langsung cuss baca aja!

HAPPY READING 💓

Pulang sekolah adalah waktu yang Ragas tunggu-tunggu bersama para sohibnya. Mereka sekarang berada di parkiran sekolah dan sudah duduk di atas motor masing-masing. Pandangan Ragas mencari-cari sosok manusia yang ia tunggu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk memberikan sebuah pelajaran yang sesungguhnya untuk Lathan.

"Mana tuh anak? Nggak nongol-nongol perasaan," ujar Saka tidak sabar, matanya ikut memperhatikan sekitar, berharap musuhnya itu segera datang.

Sambil menjilat permen kaki, Elang menyeletuk. "Gue lebih nggak sabar lagi Sak, gue nggak sabar pengin habisin tuh cowok biar jadi remahan roti roma."

Nolan menggeplak kepala Elang dengan kuat. "Mulut lo itu kalo ngomong suka nggak filter dulu, ya? Belum dipukul aja lo udah teriak-teriak ketakutan. Sok-sokan nggak sabar pula!"

"Kan gue belum siap waktu itu, burung gue salah parkir makanya gue teriak biar lawan yang mau pukul gue berhenti dulu. Salah parkir itu nggak enak Lan, lo tahulah rasanya," jawab Elang santai. Nolan hanya memutar bola matanya sebagai jawaban karena ia malas meladeni Elang.

"Gue juga relain nggak nonton Upin Ipin nih demi main adu otot. Nggak pa-pa, gue ikhlas," ujar Elang lagi. "Habis magrib juga main lagi tuh tuyul kembar."

"Semerdeka lo aja Lang," sahut Miko.

Elang nyengir lebar. "Gas, lihatin dong, lidah gue warnanya merah nggak?" tanya Elang, ia pun menjulurkan lidahnya keluar ketika Ragas sudah menatapnya.

Ragas mendengus, "nggak, warnanya ijo!" jawabnya kesal. Ragas melirik Elang sinis. Pertanyaan Elang tadi menurutnya sangatlah konyol. Pertanyaan retoris, benar-benar tidak memerlukan jawaban. Tanpa diminta untuk menjawab, Elang sendiri pun sebenarnya sudah tahu jawabannya.

"Itu Lathan and the geng chuby chuby manja pada ke mana sih? Ditungguin dari tadi nggak nongol. Dikira gue nyetok kesabaran segalon apa!" Elang mengomel lagi. Dan ucapannya itu kali ini di dukung oleh para sohibnya. Semua siswa kebanyakan sudah pulang ke rumah masing-masing, tinggal mereka berlima yang masih stay di parkiran.

Sadar jika sudah terlalu lama menunggu, Ragas mendecakkan lidah. Namun, bersamaan dengan itu bunyi ponselnya terdengar. Ia merogoh saku celana, langsung saja ia mengeluarkan benda pipih tersebut.

How to Burn the Bad Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang